BAGIAN 07

209K 5.1K 153
                                    

(Part dewasa dihapus, hanya tersedia di Karya Karsa: Wihelmina Miladi, ebook, dan cetak)

***

Hari ini Liam dan Arabella sudah pindah ke rumah baru milik Liam yang dibelinya sendiri dengan uangnya sendiri, Arabella sedikit terkesan dan dia juga bangga ternyata Liam yang selalu seenaknya, hidupnya bebas Dan glamor bisa mandiri juga.

"Hey, kita tidur di kamar terpisah. Aku akan menemuimu saat aku membutuhkan dirimu untuk melayani dan memuaskanku."

Perkataan Liam menusuk relung hati Arabella, saat ini Ara merasa harga dirinya di injak-injak, tapi Ara harus tetap bersabar. Apalagi menghadapi Liam yang masih labil Karna usianya masih sangat muda, Ara yang lebih dewasa harus bisa memahami Liam.

"Oh iya, sebenarnya rumah ini aku beli untuk masa depanku dengan Cherry, tapi kau merusak segalanya dasar wanita matre!" ejek Liam tajam.

"Gagal mendapatkan kakakku, eh, malah sengaja mengincar diriku, iya kan? Agar kau bisa jadi orang kaya!" ejek Liam lagi seenak jidatnya tanpa memikirkan apakah lawan bicaranya terluka atau tidak.

"Bukan begitu Liam, aku juga terpaksa menikah denganmu. Iya aku akui aku melakukan itu demi pengobatan pamanku, terserah kamu mau menganggapku apa."

Ara kesal dia tidak perduli lagi ejekan Liam padanya, yang terpenting Ara bukan wanita seperti itu.

"Sialan, kamu bilang terpaksa menikah denganku, Ara?" kesal Liam entah mengapa dia tidak suka kala Ara mengucapkan kata terpaksa menikah dengan Liam.

"Iya, aku terpaksa, demi pamanku, aku mengerti kalau kamu juga terpaksa!" jawab Ara jujur.

"Alasan, jadi kau rela menikah dengan siapa saja hanya demi uang? Walau kau terpaksa dan tidak mencintainya? Dasar wanita murahan, wanita gila harta." Liam semakin kesal dan mencaci maki istrinya itu.

Ara hanya diam saja mencoba bersabar dengan segala hinaan yang dia terima, memang kenyataannya dia menikahi Liam agar mama Dara mau membayarkan pengobatan pamannya. Jadi tak sepenuhnya salah jika Liam menganggapnya begitu, Ara merasa dirinya juga bersalah menghancurkan masa depan Liam.

Ara tau Liam belum siap dengan sebuah pernikahan, bahkan Liam sudah memiliki kekasih, maka dari itu Ara memaklumi semua kebencian Liam padanya.

"Apa yang kau lakukan kepada mama dan papaku sehingga mereka sangat menyukai, huh? Kau pasti menjelek-jelekkan Cherry kan di depan mamaku sampai mamaku tidak suka padanya dan menentang hubunganku dengannya!" sinis Liam sambil mencengkeram lengan Arabella kuat.

"Aku tidak pernah melakukan apapun Liam, aww sakit ... lepassssss."

Ara meringis kesakitan ketika tangan Liam dengan kasar mencengkeram tangannya, Liam lalu menghempaskan Ara kelantai. Ara hanya dapat menahan sakitnya dan diam, air matanya menetes karna sang empu sudah tidak kuasa lagi menahannya.

Selama ini dia tidak pernah diperlakukan sekasar ini oleh Damian, dia diperlakukan dengan sangat baik dan lembut, walau mereka kakak beradik tapi sifat mereka berbeda sangat jauh sekali.

Liam langung pergi ke kamarnya yang berada tepat di samping kamar Arabella, dan Ara juga segera masuk ke kamarnya, tiba-tiba ponsel Ara berdering dan itu panggilan dari Alika.

"Halo, Alika kenapa?"

Ara mengangkat teleponnya dan berusaha menstabilkan suaranya agar tidak terdengar seperti habis menangis oleh sahabatnya.

"Lo kemana aja sih sampe cuti tiga hari gitu, mana gak ada kabar kita cemas tau!" omel Alika bak emak-emak memarahi anaknya yang jauh merantau dan tidak memberikan kabar pada keluarga di rumah.

"Maaf yah, soalnya aku nemenin pamanku yang lagi sakit dan kemarin habis operasi."

"Tapi besok lo masuk kerja kan?"

"Iya lah aku masuk, aku kangen kalian," jawab Ara jujur, saat ini dia sangat merindukan sahabat-sahabat nya yang konyol dan lucu. Setidaknya jika bersama mereka Ara akan melupakan masalah hidupnya dan banyak tertawa.

"Ya udah, sampai ketemu besok, Ara."

Sambungan terputus, Arabella merebahkan dirinya di kasur, matanya menerawang ke langit-langit kamarnya, entah seperti apa masa depannya nanti, entah takdir akan membawanya beserta kehidupan rumahtangganya kemana.

Pagi ini Ara sudah bangun dan menyiapkan sarapan, dia lalu memberanikan diri pergi ke kamar Liam untuk membangun kan suaminya. Ara mulai mengguncang kan tubuh kekar Liam dengan lembut.

"Liam, bangun, sarapan ..." lirih Ara dengan suaranya yang lemah lembut.

"Kau kurang ajar sekali! Beraninya membangunkan tidur nyenyakku!" bentak Liam tajam pada Arabella.

"Aku hanya—"

Belum sempat Ara menjelaskan Liam langsung memotong pembicaraannya.

"Kuliahku siang, jadi jangan sekali-kali kau kekamarku jika aku tidak memintanya!" ketus Liam membuat Ara langsung terdiam.

"Maaf, Liam, kalau begitu aku berangkat kerja dulu, jika kamu lapar aku sudah menyiapkan sarapan di meja," cicit Ara penuh kesabaran menghadapi Liam.

"Sudah sana pergi, cerewet sekali," sinis Liam.

Arabella hanya menghela napas saja mencoba bersabar dan terbiasa menghadapi berondong satu ini. Ara lalu ke luar kamar Liam dan segera berangkat kerja dengan menggunakan ojek.

Sepeninggalan Ara, Liam bangun dan mencuci mukanya, mendadak perutnya lapar karena semalam tidak memakan apapun. Dia ingat tadi Ara bilang sudah menyiapkan sarapan di meja makan. Liam bergegas menuju meja makan dan membuka tutup sajinya. Liam melihat makanan yang disiapkan Ara begitu menggugah selera, jujur saja selama ini dia menyukai masakan Ara.

Dulu Ara Sering main ke rumahnya dan memasak bersama mamanya atau terkadang bersama Damian kakaknya, Liam menghabiskan semua nya tanpa tersisa. Setelah itu dia bergegas pergi mandi dan ke restoran miliknya, setelah itu siangnya dia akan kuliah.

Ponsel Liam berdering.

"Hallo, Sayang, kenapa?" tanya Liam saat mengangkat teleponnya.

"Liam! Kamu kemana saja sih, aku hubungin dari kemarin gak bisa-bisa." Terdengar suara perempuan dengan nada manja dan kesal.

"Maaf, Sayang, aku sangat sibuk kemarin," jawab Liam.

"Aku gak mau tahu, Liam, aku ngambek pokoknya," kesal gadis itu yang tak lain adalah kekasih Liam.

"Jangan ngambek dong sayang, kamu mau aku beliin apa? Tas? Baju?"

"Hmm, oke, kalau begitu aku mau tas sama sepatu keluaran terbaru," jawab perempuan itu mendadak antusias membuat Liam terkekeh.

"Tapi kamu udah gak marah lagi kan sama aku?" tanya Liam memastikan.

"Iya, Sayang, aku gak marah lagi, asal kamu beliin itu semua."

"Oke, nanti pulang kuliah kita belanja yah."

"Oke sampai ketemu nanti, Sayang, aku mencintaimu."

Sambungan terputus, memang Cherry selalu begitu, tapi anehnya Liam selalu saja menuruti keinginan pacarnya itu. Liam bergegas pergi ke Restoran nya dan setelah itu pergi kuliah, sore harinya dia menepati janjinya pada Cherry dan mengajaknya berbelanja.

My Young Husband (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang