BAGIAN 14

169K 5.1K 57
                                    

Baca selengkapnya di Karya Karsa, sudah tamat di sana. Cari saja Wihelmina Miladi lalu masuk ke bagian seri.



"Ara, apa ini semua?" pekik Damian kaget.

Ara melihat apa yang ditunjuk Damian, dia teringat tadi pagi Liam menidurinya lagi dan pasti Liam meninggal kan banyak tanda disana.

Bodohnya Ara yang melupakan hal itu dan malah memakai baju yang terbuka di bagian atas dadanya tanpa lengan.

"Mmm, i-itu ..." Ara gelagapan tapi walau tanpa jawaban Ara pun Damian tau itu ulah Liam, dengan berapi-api Damian pergi menuju kamar Liam.

"Brengsek lo!"

Damian mulai memukul Liam yang kaget karena saat Damian masuk dirinya tengah tidur setelah meniduri istrinya.

"lo apa-apaan sih? Masuk kamar orang sembarang main pukul!" kesal Liam.

"Lo berani-beraninya nyentuh Ara!"

Bugh .... Bugh ...

Mereka berkelahi dan saling adu jotos.

"Masalahnya apa sama lo kak? Mau gue nidurin dia, mau gue nyentuh dia itu hak gue, dia istri gue, Kak. Kami sah dimata hukum dan agama," jawab Liam sinis.

"Cih, lo cuma manfaatin dia doang. Pernikahan apa yang suaminya masih berpacaran dengan oranglain secara terang-terangan didepan istrinya, seenaknya lo mainin perasaan Ara brengsek gue marah karena lo masih berhubungan dengan Cherry dan menyakiti Ara, tapi lo tetep memanfaatkan tubuh Ara buat keuntungan lo sendiri!" maki Damian yang sudah tersulut api kemarahan.

"Urus pernikahan lo sendiri, gak usah ngurusin rumahtangga gue!" kesal Liam.

"Gue memang berniat menceraikan Liana setelah anak itu lahir, dan gue pastikan bakal merebut kembali Ara dari bajingan macam lo!" ancam Damian tajam.

"Cih, lo sama bajingannya kaya gue. Lo gak ngaca kalau lo juga nyakitin istri lo, bahkan lo juga nyakitin Ara," balas Liam tak kalah tajam.

Akhirnya Damian memilih keluar dari kamar Liam, Ara masuk dan mendapati suaminya terluka akibat perkelahian tadi, lalu Ara langsung mengambil kotak obat dan mengobati luka Liam.

Sore ini Liam bersama Arabella dan Damian mengantarkan Liana memeriksakan kandungannya, Liam memilih membawa mobil sendiri.

"Ngapain sih lo pake bawa mobil sendiri, berempat satu mobil juga muat!" cibir Damian ketus.

"Suka-suka gue lah, abis nganterin istri lo kan gue sama istri gue mau jalan-jalan," jawab Liam santai dan langsung mendapat pelototan dari Damian.

Liana dan Ara hanya menghela napas, mereka harus bersabar menghadapi kakak beradik ini, mereka bersaudara namun selalu saja ribut, dan baru Ara sadari ternyata Sifat mereka sedikit mirip hanya Damian memang lebih dewasa jika bersamanya mengingat usia Damian lebih tua dari Liam. Sesampainya di dokter kandungan mereka mengantri untuk periksa.

"Wah, sekarang banyak ibu-ibu muda yah yang periksa," kata seorang ibu yang berada di depan mereka bersama dengan temannya.

"Iya yah, Jeng, suami mereka tampan dan perhatian." Seorang ibu yang berada disampingnya juga ikut menimpalinya.

"Berapa bulan, Neng?" tanya si ibu yang sedang hamil besar pada Liana.

"Dua bulan, Bu," jawab Liana sopan.

"Kalo Neng, berapa bulan?" Si ibu mulai bertanya pada Ara sehingga membuat nya kikuk karena bingung harus menjawab seperti apa.

"Em, itu saya tidak hamil, Bu, cuma mengantar saudara saya ini," jawab Ara kikuk sambil menjelaskan, dan Liam yang melihatnya juga ikutan salah tingkah.

"Oh begitu, sabar yah Neng, nanti juga dikasih, rajin-rajin usaha bikin aja sama suaminya Eneng. Kalo gak, daftar program kehamilan saja didalam bisa kok." Ibu itu memberi saran yang membuat Ara kesulitan menelan ludahnya sendiri.

Liam terkekeh, dia langsung membayangkan jika Ara hamil anaknya dan dia menjadi ayah, itu menggelikan dia belum siap menjadi ayah, kuliah saja masih semester lima. Itu pun karena dulu dia pintar.

"Usaha mah rajin, Bu, tinggal nunggu hasilnya saja," jawab Liam dengan senyum miringnya membuat Ara juga Damian langsung melotot kearahnya. Si ibu dan temannya malah tertawa.

Saat itu Liana dipanggil dan mereka berempat masuk, sebenarnya hanya suaminya yang boleh masuk tapi Damian ogah disana sendirian dan memaksa Ara masuk, dan Liam tentu saja ikut masuk ketika Ara masuk. Dokter saja sampai bingung.

"Loh, jadi ini siapa duluan yang diperiksa? Antri satu-satu yah," pinta sang dokter.

"Eh, itu dok, saya tidak mau periksa, hanya menemani dia saja."

Ara menjelaskan. Dokter mulai memeriksa kandungan Liana, menanyakan keluhannya, dan melakukan USG untuk melihat kondisi bayi nya.

"Jadi selama ini apa saja keluhan ibu sejak mengandung anak pertama ini?" Tanya sang dokter.

"Saya setiap pagi merasa pusing dan mual dok, lemas dan terkadang mual saat mencium beberapa bau padahal biasanya saat tidak mengandung tidak pernah begitu. Saya juga sering merasa lebih sensitive dan gampang menangis," jawab Liana menceritakan keluhannya.

"Itu wajar untuk hamil muda, apalagi hamil anak pertama pasti banyak keluhannya," ujar sang dokter.

"Tapi saya juga kadang sering mual saat memakan nasi, namun saya paksakan menelannya, rasanya lemas dan kaya gak ada tenaga," sambung Liana lagi.

Damian tertegun saat mendengar Liana menceritakan keluhannya, dia merasa bersalah dan tidak tega. Setelah ini dia harus lebih menjaga Liana walau bagaimanapun anak itu adalah anaknya. Dia juga ikut andil dalam kecelakaan itu, masa dia hanya terima enaknya saja dan Liana yang susah payah sendirian. Pikiran Damian mulai terbuka dan hatinya mulai tersentuh.

Ara merasa sedih dan takut mendengar itu semua, dia membayangkan nanti saat hamil bagaimana. Walau dia tidak yakin akan segera hamil apalagi anak Liam, karena dia rutin meminum pil pencegah kehamilan. Itu ide Liam dan keinginan nya juga, Liam belum siap menjadi ayah dan Ara juga belum siap memiliki anak dengan Liam. Karena rumah tangganya saja masih menjadi tanda tanya mau dibawa kearah mana.

"Tenang sayang, kalau kamu hamil nanti aku pasti jagain kamu, gak kaya suami yang gak bertanggung jawab," ujar Liam lembut pada Ara yang sejatinya dia juga sedang menyindir kakaknya.

Liam kasihan juga pada saudari iparnya itu yang di perlakukan kurang baik oleh kakaknya padahal sedang mengandung, biar bagaimanapun anak itu akan jadi keponakan Liam nantinya. Damian hanya menatap Liam tajam sambil menahan amarahnya, setelah pemeriksaan selesai merekapun pulang.

"Ara, kamu ikut mobil kita saja yah," ajak Damian membujuk Ara.

"Enak saja, dia sama gue lah orang gue suaminya," ujar Liam ketus, akhirnya Ara memilih pergi dengan Liam.

Diperjalanan Liam mengajak Ara pergi makan dan Ara menyetujuinya saja. Mereka makan di sebuah restoran didekat rumah sakit. Tiba-tiba ponsel Liam berdering dan itu dari Cherry, dia meminta Liam kesana menjemput nya segera.

"Eh, Ara, maaf yah aku harus jemput Cherry, kamu pulang naik taksi saya yah nih uangnya."

Setelah mengatakan itu, dia menaruh uang disana kemudian Liam langsung pergi meninggalkan Ara yang diam membisu.

Hatinya sangat sakit, dia sangat tidak dihargai sebagai seorang istri. Lalu Ara memutuskan untuk bertemu dengan Sarah, teman lamanya yang juga sepupu Liana. Dia menceritakan semuanya pada Sarah.

My Young Husband (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang