BAGIAN 17

172K 4.9K 240
                                    

Baca selengkapnya di Karya Karsa, sudah tamat di sana. Cari saja Wihelmina Miladi lalu masuk ke bagian seri
.
.

"Ara kenapa kamu belain dia? Dia udah sering nyakitin kamu selama ini, lebih baik ceraikan dia toh dia itu kekanakan, seenaknya, egois, dan tidak dewasa sama sekali. Dia saja belum siap dengan pernikahan Ara, dan lihat sekarang dia cacat dan akan merepotkan dirimu saja." Damian membuat Liam dan Ara terpancing emosi.

"Cukup Damian, biar bagaimanapun juga Liam adalah suamiku, berhenti menghinanya. Aku akan dengan senang hati merawat suamiku karna itu sudah menjadi tugasku, aku benar-benar kecewa dan tidak mengenalmu lagi Damian. Kau bisa tega sekali bicara begitu pada Liam, biar bagaimanapun dia adikmu Dam." Ara langsung mendorong kursi roda Liam dan membawanya ke kamar mereka.

"Liam aku mohon jangan kamu masukan hati ucapan Damian tadi, kamu akan sembuh Liam." Ara takut Liam terluka dengan ucapan Damian. Liam diam dan menunduk, semua tuduhan dari Damian benar adanya. Selama ini dia begitu buruk memperlakukan Ara, dan dia juga terlalu egois dan kekanakan. Liam saja bahkan tidak memberikan nafkah padanya. "Ara, maafkan aku yang keterlaluan selama ini maaf." Hanya itu kata yang terucap dari mulut Liam.

Ara hanya tersenyum dan mengangguk lalu Ara membantu Liam berbaring di ranjangnya dan pergi menyiapkan makanan untuk suaminya, menyuapinya makan dan membantunya minum obat.

Liam sangat bersyukur memiliki Ara, ternyata mamanya benar, Ara adalah wanita yang sangat baik dan istri terbaik untuk Liam, tapi Liam terlambat menyadarinya.

Pagi ini Ara menyiapkan sarapan untuk semua orang, tapi dia makan di kamar bersama Liam Karna dia harus menyuapi Liam. Ara mulai menyendokan makanan dan berusaha menyuapkannya ke mulut Liam, tapi Liam tidak mau membuka mulutnya.

"Liam buruan makan deh, aku kan harus kerja." Ara memaksa Liam karna sedari tadi Liam tidak mau makan.

"Jahat banget sih kamu Ara, suami sakit masih kerja ajah." Liam sedari tadi ngambek karna Ara akan pergi bekerja.

"Bukan gitu Liam, aku gak enak lah cuti terus." Bujuk Ara lembut.

Akhirnya Liam mau makan dengan disuapi Ara dan meminum obatnya, selama Ara bekerja akan ada pelayan satu wanita dan satu pria yang akan membantu merawat Liam.

"Sebelum kamu kerja bantuin aku mandi dulu dong, masa kamu tega biarin oranglain mandiin dan liat tubuh suamimu." Bujuk Liam sambil merajuk.

Arabella panik, dia sangat malu jika harus memandikan Liam. walau dia dan Liam sudah sering melakukan hubungan suami istri tapi tetap saja Ara masih canggung dan malu.

"Ara ayo buruan bantuin mandi, nanti kamu telat loh." Liam menyadarkan lamunan Ara.

Akhirnya Ara terpaksa membantunya mandi, dengan malu-malu Ara membuka baju Liam dengan menutup matanya.

"Kok merem sih Ara, kamu kan udah liat semuanya kenapa mesti malu sih?" goda Liam membuat Ara semakin malu, Ara langsung memandikan Liam dan mengganti kan bajunya. "Nanti sore setelah pulang kerja kita ke dokter untuk terapi kamu Liam." Ujar Ara sebelum berangkat.

"Oke, jangan lama-lama kerjanya." Liam sejujurnya ingin Ara tetap di sampingnya dan mengurus dirinya, tapi apa boleh buat. Ara hanya tersenyum sambil mengangguk dia bergegas berangkat kerja.

Saat Ara hendak keluar Liam mencengkeram lengan Ara dan menahannya.

"Kenapa lagi?" Tanya Ara bingung.

"Cium dulu." kata Liam santai membuat Arabella merona, tapi karna dia sudah hampir terlambat dengan terpaksa dia mengecup singkat pipi Liam dan berlari meninggalkan nya dengan rona merah di wajahnya.

Dia menyadari sikap Liam dan Damian sangat berbeda, mungkin karna perbedaan usia atau pola pikir. Tapi ini pertama kalinya Arabella dekat dengan lelaki seperti Liam. Pasalnya Arabella selama ini hanya dekat dengan Damian saja, dia satu-satunya pria yang pernah menjadi pacarnya, lucu sekali pikirnya. Pacarannya sama siapa dan nikahnya sama siapa, kadang beberapa kejadian didunia ini tidak bisa ditebak dan dikendalikan. Kita hanya pasrah saja menerima takdir. Sesampainya di kantor, Arabella seperti biasa mengerjakan tugasnya dengan baik. "Ara siapkan segera dokumen yang diminta pak Fadli." Titah seseorang wanita berkacamata dengan rambut di sanggul bak ibu negara, hak tinggi dan lipstik merah terang. Siapa lagi kalau bukan bu Rani atasannya.

"Baik bu, segera saya kerjakan dan serahkan ke pak Fadli." Jawab Ara sopan.

Bu Rani yang usianya sudah menginjak 39 tahun itu berjalanan sambil meliak-liukan tubuhnya bak model sedang berjalan di catwalk, semua pegawai sudah hafal dengannya karna bu Rani adalah pecinta cogan yang tak lain adalah singkatan dari cowok ganteng. Dia selalu gatel pada lelaki muda yang tampan padahal dia sudah memiliki suami dan anak.

Dia juga pilih kasih, jika dengan lelaki tampan sikapnya sangat manis, tapi jika lelakinya jelek dia akan sinis dan jutek.

"Katty Perry KW sejuta ngomong apa ra?" Tanya Alika yang menghampiri meja Ara, meja mereka berdekatan karna satu divisi. "Biasa minta laporan." Jawab Ara sambil mengetik laporan yang wanita itu minta.

Alika meletakan dokumen di meja dekat Ara yaitu meja Bobby, mereka satu team dalam sebuah proyek.

"Gila yah tu bu Ran kemaren habis ngomelin si Dido tajem banget karna kesalahan proyeknya, eh giliran si Angga anak Pemasaran salah juga, dia ngomongnya baik banget. Kan kasian yah yang jelek selalu terabaikan." Celoteh Alika dengan nada dan tampang yang dibuat iba membuat Ara terkekeh.

"Kaya gak tau sifat bu Ran aja deh kamu Lika, dia kan pernah bilang kalau dia sensitive kalo di deket cowok jelek. Katanya bikin mata jadi sakit." Ara terkekeh kala mengingat bu ran yang dulu pernah bilang begitu tanpa rasa bersalah.

"Emang dasar yah tu nenek sirih, diskriminasi banget jadi orang." Kesal Alika.

"Nanti makan di kantin aja yah males keluar nih." Ara membujuk Alika, pasalnya dia banyak dokumen yang harus diselesaikan.

"Oke santai, kita Ghibahnya di kantin nanti, lagian lo cuti mulu sih heran." Alika mengerutkan bibirnya, Alika kalau masalah gossip dan Ghibah adalah juaranya di kantor ini. "Ya gimana ya, ngurus orang sakit soalnya." Jawab Ara.

"Paman lo masih sakit ya ra? Sabar yah semoga lekas sembuh." Ujar Alika dengan tulus, dia tidak tahu bahwa yang Ara urus adalah Liam, suaminya. Karna Ara merahasiakan pernikahannya dari teman-temannya, dia malu memiliki suami berondong, terlebih lagi itu adalah calon adik iparnya yang gagal.

Apa kata orang nanti kalo tau Ara gagal nikah sama kakaknya, malah nikah sama adeknya sekarang. Alika kembali ke mejanya dan mengerjakan pekerjaan nya begitupun Arabella. Setelah itu saat jam istirahat mereka berkumpul di kantin untuk makan dan bergosip.

"Eh Sonya, itu cowok yang ngaterin lo kemaren siapa? Kayaknya masih muda gitu?" Tanya Anggara mulai kepo karena dia tidak sengaja memergoki sahabatnya itu di antar oleh pria yang masih muda kemarin.

"Emm itu berondong tengil." Jawab Sonya gugup.

Semua orang memandang Sonya, mereka tau ada yang Sonya sembunyikan.

"Itu brondong yang ngejar-ngejar lo kan, yang anterin lo kemaren?" Tanya Alika memancing.

"Hufttt iya, itu berondong tengil gak jelas." Jawab Sonya malas dan menghela nafasnya. Mendengar kata brondong Arabella menjadi sedikit kerasa Karna dia juga mempunyai suami berondong.

"Tapi Lo suka gak?" Goda Bobby.

"Gak lah, gue ogah sama brondong. Hobi nya main-main gak bisa serius, seusia kita kan udah mikirnya nikah, lah dia kan masih kuliah dan pola pikirnya pasti masih pengin bebas dan gak mungkin siap komitmen. Lagian dia pasti masih labil dan egois, males banget." Kata Sonya menjelaskan unek-uneknya.

"Jenis berondong itu sama aja tau, nantinya gue mulu yang kudu sabar dan ngalah, ogah banget." Lanjut Sonya menjelaskan membuat Arabella tersentil karna yang diucapkan Sonya benar.

Suaminya juga begitu, masih labil, kekanakan, egois, ingin bebas dan selalu saja Ara yang harus mengalah dan bersabar. Entah lah mungkin Ara merasa sedikit memikirkan kembali usulan Sarah waktu itu.

My Young Husband (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang