BAGIAN 16

171K 4.6K 140
                                    

Baca selengkapnya sampai tamat di Karya Karsa, cari saja Wihelmina Miladi lalu masuk ke bagian seri.
.
.
.
.

Pagi ini Liam terbangun dan mendapati Ara istrinya masih setia menjaganya semalaman bahkan sampai ketiduran di samping ranjang rumah sakit, betapa Liam sangat menyesali perbuatannya selama ini yang selalu menyakiti Ara.

Istrinya itu begitu sabar, dewasa, pengertian dan sangat baik walau selama ini perlakuan Liam sangat buruk padanya.

Sejujurnya Liam tidak pernah benar-benar membenci Ara, dia hanya bingung akan perasaannya. Terutama kekesalannya saat tiba-tiba dirinya ikut di libatkan kedalam drama keluarganya.

Liam tipikal anak yang cuek dan semaunya, yang dia inginkan hanyalah kebebasan dan dia paling tidak suka di atur apalagi di paksa. Jadi dia melampiaskan kekesalannya kepada Ara karena akibat drama Damian dan Ara dirinya jadi kehilangan masa muda dan kebebasan. Dia masih sangat muda dan belum ada kepikiran untuk menikah, karna baginya pernikahan adalah sebuah hal yang merepotkan dan akan mengekang kebebasannya.

Tapi setelah menjalani pernikahannya dengan Ara, semua pemikiran Liam sedikit demi sedikit mulai terbuka, ternyata pernikahan tidak seburuk itu.

"Ara, maaf dan terimakasih," lirih Liam pelan sambil membelai lembut kepala Ara yang sedang tertidur dan Liam tidak ingin membangunkannya.

Tak lama Dokter dan perawatnya masuk ke dalam kamar rawat Liam, Ara seketika terbangun saat mendengar bunyi pintu terbuka dan sapaan selamat pagi dari sang dokter.

"Selamat pagi, Tuan dan Nyonya Xavender!" sapa ramah sang dokter.

"Selamat pagi, dokter," jawab Ara dan Liam bersamaan.

"Jadi begini, kondisi anda sudah membaik dan bisa pulang besok pagi. Hanya saja anda harus rutin melakukan terapi pada kaki anda kemari, sementara anda menggunakan kursi roda dulu." Dokter menjelaskan keadaan Liam.

"Tapi saya bisa sembuh kan dok?" tanya Liam.

"Tentu, asal anda rutin terapi, paling tiga kali terapi saja sudah bisa jalan," Jawab sang dokter dengan perkiraanya.

"Baik, terimakasih, Dok!" jawab Ara karna Liam diam saja dan tidak mengucapkan terimakasih.

Ara pamit pulang untuk mandi dan membawa baju ganti untuk Liam menginap semalam lagi di rumah sakit. Damian sama sekali tidak menjenguk adiknya itu, hanya menanyakan kabarnya lalu setelahnya tidak peduli Karna Damian kesal pada Liam merebut Ara dan berani menyentuh Ara nya.

"Liam aku pulang dulu yah mengambil baju ganti untukmu dan untukku, kan masih semalem lagi kamu nginep di rumah sakit." Ara meminta ijin suaminya.

"Huh padahal aku udah gak betah banget tinggal disini, yaudah sana pulang jangan lama-lama Ara." Keluh Liam.

"Kamu takut sendirian?" tanya Ara sedikit geli dan membuat Liam melotot ke arahnya.

"Gak takut kok, cuma bosen aja sepi kalo sendirian," jawab Liam membantah tudingan istrinya itu.

"Oh gitu, tenang aku gak akan lama kok!" kata Ara sembari tersenyum manis.

"Oh iya, Liam, kamu pernah denger cerita gak? Di rumah sakit tuh ada yang namanya hantu suster ngesot tau, dia keluarnya gak cuma malem hari tapi siang bolong juga ada loh. Apalagi kalo ada pasien yang sendirian di kamar pasti di gangguin, itu alasannya kenapa kalo di rumah sakit harus ada yang jagain." Ara menakuti Liam, entah kenapa rasanya seperti dia bermain-main dengan anak kecil.

"Dasar bodoh, mana ada yang begituan. Percaya kok sama begituan." Liam mengejek Ara.

"Hmm, ya uda,h aku pulang dulu, hati-hati loh, Liam." Ara meledeknya sambil tertawa cekikikan membuat Liam kesal dan cemberut.

Setelah kepergian Ara ruangan Liam terasa sangat sunyi dan sepi membuatnya membayangkan hal-hal aneh.

"Sialan, gara-gara Ara jadi kepikiran yang gak masuk akal gini kan!" decak Liam kesal.

Pasalnya dulu saat Liam masih kecil juga sama pernah di takut-takuti oleh Damian tentang monster di bawah ranjang tempat tidur, dan jujur saja dia sangat ketakutan sampai memaksa ingin tidur bersama orangtuanya. Namun tentu saja ditolak oleh Nic karna mengganggu waktu bermesraannya dengan Dara.

Alhasil Liam tidur sendirian, dan di tengah malam Liam melihat bayangan yang menakutkan. Bayangan Hitam seperti monster yang membuatnya ketakutan setengah mati, tapi Liam tidak tau saja kalau itu ulah Damian yang sengaja menakuti dirinya. Dan akhirnya Liam selalu minta di temani mamanya sebelum tidur dan mamanya akan pergi saat Liam sudah tertidur.

"Sialan, gue tidur aja deh sambil nungguin Ara dateng."

Akhirya Liam memilih memejamkan matanya dari pada bengong dan memikirkan hal yang tidak-tidak.

Gubrak ...

Liam seketika kaget saat mendengar bunyi gaduh saat dia sudah setengah terlelap, dan ketika dia mengucek matanya sambil melihat ke bawah, betapa kagetnya Liam melihat suster yang tengah terduduk di lantai dengan menunduk kebawah bak pose suster ngesot yang di film-film horror.

Seketika Liam langsung kaget dan berteriak. "SUSTER NGESOT!" sambil menutupi mukanya dengan bantal karna ketakutan.

"Apa? Di mana?"

Terdengar suara perempuan yang tampak meringis kesakitan sembari kebingungan.

Ara yang ternyata sudah berada di depan pintu ruang rawat Liam panik ketika mendengar Liam berteriak, dia segera masuk karena takut Liam kenapa-napa.

"Liam, ada apa? Kenapa?" tanya Ara yang baru datang dengan panik. Perlahan-lahan Liam mulai membuka matanya dan menanggalkan bantal yang menutupi wajahnya.

"Ara, ada suster ngesot." Liam langsung mengadu pada istrinya bak anak kecil yang ketakutan dan mengadu pada orangtuanya.

"Apa? Di mana?" tanya Ara yang masih belum konek, seketika Liam melirik suster yang ada di samping Ara.

"Eh, anu maaf tuan Xavender, tadi saya datang mengantarkan makanan sekalian mau mengecek kondisi anda, tapi karna kecerobohan saya malah terpeleset dan terjatuh. Saya tidak melihat ada air di lantai." Suster menjelaskan sambil meminta maaf, dan ternyata Liam ingat sebelum memejamkan matanya dia tadi minum terlebih dahulu karena haus. Dan karena tidak ada yang mengambilkan jadi airnya berceceran di lantai.

"Maaf, Sus, maafkan kelakuan suami saya." Ara menahan rasa malu dan menahan tawanya yang akan meledak karna tingkah konyol Liam.

"Iya, tidak apa-apa, kalau begitu saya pamit permisi dulu." Suster itu kemudian pergi meninggalkan kamar Liam dan Ara.

"HAHAHA, astaga Liam, kamu ada-ada saja." Tawa Ara langsung meledak.

"Itu semua kan salah kamu, lagian ngapain pake nakut-nakutin aku segala!" kesal Liam pada istrinya yang tak henti-hentinya tertawa.

"Lagian kamu kan udah gede Liam, mana aku tau kamu se penakut ini," jawab Ara masih di sela-sela tawanya.

"Ini semua gara-gara kamu, kan aku jadi malu di depan suster tadi. Mau di taro di mana coba harga diri aku," gerutu Liam.

"Iya-iya, maaf deh," kata Ara namun Liam masih kesal dan cemberut.

Pagi ini Liam sudah boleh pulang, Ara mendorong kursi roda Liam ke dalam rumah.

"Karma itu ada yah, lo pergi nemuin pacar lo dan ninggalin Ara saat itu, lalu akhirnya lo malah kecelakaan. Kenapa kemaren lo gak biarin Ara pulang bareng gue aja dari pada lo seenaknya ninggalin dia kaya gitu, sekarang liat karmanya? Mana pacar yang lo prioritaskan itu? Apa dia datang nengokin Lo? Tetap aja lo ngerepotin Ara juga." Damian menyambut kepulangan Liam dengan semua kata-kata tajamnya.

"Damian cukup, Liam baru keluar dari rumah sakit jangan malah kamu ajak ribut." Ara menasehati Damian agar tidak memicu pertengkaran antar saudara lagi, dia tidak mau ada ribut-ribut apalagi kaki Liam tengah terluka.

My Young Husband (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang