Assemble, One by One

1.9K 322 95
                                    

Jihoon yang tak sadarkan diri setelah menerima beberapa luka tusukan pisau di sekujur tubuhnya langsung dibawa kembali ke kastil untuk segera diobati. Ketika Soonyoung sampai, ia melihat bagaimana paniknya kedua orang tua Jihoon dan juga anggota keluarga mereka yang lain. Sekali lagi ku ingatkan, Jihoon tidak pernah terluka sampai separah ini.

Jihoon dibaringkan di atas ranjang, darah yang masih mengucur dari lukanya seketika merubah warna putih sprei menjadi merah. Saat pakaiannya dibuka, Soonyoung bisa melihat setidaknya 12 tikaman di bagian depan tubuh Jihoon, belum termasuk di punggung, kaki dan tangan Jihoon. Ada sedikit bercak kehitaman yang melingkupi setiap luka tikaman tersebut. Tiga orang Healer turun tangan sekaligus untuk menyembuhkan Jihoon.

Orang-orang mulai keluar dari ruangan itu dan memilik untuk menunggu di luar, sementara Soonyoung masih setia berdiri di kaki ranjang dalam diam, memperhatikan proses penyembuhan yang dilakukan oleh para Healer. Pendarahannya terhenti dan luka-luka itu perlahan menutup setelah tiga jam penuh mereka bekerja, namun Jihoon masih belum sadarkan diri.

Salah satu dari ketiga Healer tersebut menoleh ke arah Soonyoung. "Untuk saat ini, kami sudah berhasil menghentikan pendarahan dan menutup luka Tuan Jihoon, tetapi kami masih perlu melakukan beberapa hal lainnya untuk memastikan perkembangan dari Tuan Jihoon. Sekarang, dia memang masih belum sadarkan diri karena racun yang masuk ke tubuhnya melalui luka tikaman tadi berjumlah cukup banyak dan kami tidak bisa mengeluarkan semuanya sekaligus. Kami akan kembali satu jam lagi untuk melanjutkan proses detoksifikasinya," terang sang Healer, kemudian dua Healer lainnya ikut berdiri. "Kami permisi, Pangeran Kwon." Mereka membungkuk hormat, kemudian keluar dari kamar tersebut.

Beberapa orang masuk ke dalam kamar setelah ketiga Healer itu keluar. Jeonghan, diikuti oleh Mingyu dan Minghao. Seungcheol memilih untuk menemani Wonwoo di mobil, sedangkan Jun menemui para anak buah yang ikut turun ke perbatasan untuk mencari tahu detail tentang penyerangan Jihoon.

"Bagaimana keadaannya? Aku terkejut saat menerima kabar kalau Jihoon terluka parah," tukas Jeonghan.

"Entahlah, yang jelas, dia sedang dalam keadaan tidak baik," jawab Soonyoung.

"Siapa yang bisa melukai Jihoon hyung sampai separah ini?" gumam Mingyu, sembari memikirkan beberapa orang yang kemungkinan besar bisa dijadikan tersangka.

"Menurut film yang kutonton, kemungkinan pelakunya adalah salah satu dari petinggi klan yang menjadi lawan kita, tapi bisa jadi juga mereka menyerang Jihoon secara berkelompok," ujar Minghao.

"Pisau yang digunakan untuk melukai Jihoon beracun."

Keempat orang yang berada di kamar tersebut terlonjak kaget saat mendengar ada suara yang ikut menyahut dari belakang mereka. Tidak ada hawa presensi, tidak ada suara sama sekali. Tahu-tahu ada seorang pria berambut cokelat madu berdiri sambil bersidekap lengan di belakang Soonyoung.

"Samcheon!" seru Soonyoung dan Jeonghan bersamaan.

"Ck!"

Sebuah decakan sebal terdengar, diikuti suara ringisan Soonyoung dan Jeonghan akibat kepala mereka dipukul menggunakan kipas lipat yang dipegang oleh pria tadi.

"Berapa kali aku harus mengatakannya? Aku tidak suka dipanggil paman, uncle atau samcheon dan sejenisnya. Itu terdengar sangat tua dan kuno. Joshua. Jo-Shu-A. Panggil saja begitu, tidak akan ada yang marah," rutuk pria tersebut.

Heart of The LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang