Wonwoo menghabiskan waktunya semalaman untuk memikirkan perkataan Mingyu dan Soonyoung. Ditemani dengan secangkir teh hitam yang sudah kehilangan kehangatannya, dia duduk merenung di kamar.
Apa yang harus aku tahu? Siapa yang mengincarku? Siapa diriku yang dimaksud oleh Mingyu? Adalah sedikit dari sekian banyak pertanyaan yang berputar-putar di dalam pikiran Wonwoo tanpa ia tahu apa jawabannya. Mingyu menyuruhnya untuk menemukan jawabannya sendiri, sedangkan Soonyoung sama sekali tidak membantu dengan sikap sok misteriusnya itu.
Selama 24 tahun hidupnya, dia menjalani kehidupan yang normal. Dia mengidentifikasi dirinya sebagai seorang manusia biasa dan cukup yakin jika tidak ada sesepuh di keluarganya yang berbeda klan dengannya. Sejak zaman kakek dari kakeknya, seluruh keturunan keluarganya adalah manusia biasa.
"Wonu!"
Seseorang berseru, setengah berbisik memanggil namanya. Wonwoo menoleh ke jendela dan menatap datar sosok yang menempel pada kaca jendelanya. Dia sama sekali tidak memiliki keinginan untuk membuka jendela kamarnya meskipun sosok tersebut mulai bergerak meliuk-liuk menirukan rumput laut.
"Wonwoo, buka jendelanyaaa~"
Wonwoo masih bersikap acuh, dia mencoba untuk menulikan pendengarannya dan menutup matanya. Dia bahkan berbalik untuk memunggungi jendela, masih sambil memikirkan tentang hal yang sama.
"Ish!" Soonyoung mengumpat kesal setelah Wonwoo tak kunjung membukakan jendela untuknya. Jadi, dia menggunakan kekuatannya untuk membuka sendiri jendela tersebut.
"Aduh!"
Wonwoo mengaduh kesakitan saat Soonyoung memukul kepalanya dengan seenaknya dan berbaring di atas ranjangnya kemudian tanpa rasa bersalah sama sekali.
"Harusnya, kalau pacarmu datang mengunjungi, kau harus segera membukakan pintu untuknya," celetuk Soonyoung.
Wonwoo menatapnya tajam. "KWON SOONYOUNG SIALAN! Kenapa kau memukulku?! Pacar apanya? Pacar kepalamu botak!"
Soonyoung menggedikkan bahunya, tidak peduli dengan makian Wonwoo. "Siapa suruh kau tidak langsung membukakan jendelamu untukku?"
Wonwoo berdecak sebal, diambilnya satu buah bantal untuk kemudian membekap Soonyoung dengan bantal tersebut.
"Mati sajalah kau! Mati, mati, matiiii! Huh!"
Setelah puas, baru dia melepaskan bantal tersebut. Lalu, tampaklah Soonyoung yang menatap tajam Wonwoo lengkap dengan ekspresi kesalnya. Tapi, seperti biasa, mana Wonwoo peduli.
"Mau apa kau kemari?"
"Kabur."
"Kabur terus kerjamu," cibir Wonwoo.
"Kau tahu Jeonghan, 'kan? Kau bertemu dengannya tempo hari di rumah sakit."
"Ya, lalu? Hubungannya denganku apa?"
"Dia memaksaku untuk segera menikah. Dia bahkan bilang kalau dia sudah menemukan calon pendamping untukku. Saat kutanya siapa, dia tidak mau menjawab. Hell! Aku tidak mau dipasangkan dengan orang yang tidak kukenal!"
![](https://img.wattpad.com/cover/173474144-288-k143583.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart of The Life
FantasyDuniaku berbeda dengan duniamu... Semuanya nyata di sini... Hidup berdampingan dengan damai di bawah Covenant of The Clans. Setiap orang punya peran dan tugasnya masing-masing demi menjaga keseimbangan dan kedamaian tersebut, dan tugasku adalah... ...