Wonwoo melirik jam dinding besar yang tergantung di kamarnya, pukul 4 pagi. Mingyu masih terlelap di sisinya. Perlahan, Wonwoo mencoba untuk turun dan keluar dari kamar.
Menjelajahi kastil sendirian seperti ini cukup seram juga walaupun kastil selalu terang benderang sepanjang siang dan malam. Wonwoo tahu kalau ada banyak orang yang tinggal di kastil ini, tapi rasanya aneh saat dirinya hanya ditemani kesunyian. Dia bahkan bisa mendengar suara hewan-hewan dari luar dengan jelas. Bahkan, dia juga mendengar suara angin yang berhembus, suara api yang membakar sumbu obor penghias yang tergantung di dinding, tapi dia tidak mendengar satupun suara langkah atau bisikan seseorang.
Tujuannya adalah kamar Jihoon dan Soonyoung. Dia ingin menanyakan berbagai macam hal. Jika dia bergerak saat Mingyu sedang sadar, dia yakin Mingyu tidak akan membiarkannya menggali informasi tentang masa lalunya lebih lanjut. Tanpa bertanya pun sebenarnya Wonwoo sudah mulai mendapatkan kilasan memori masa lalunya tapi, prosesnya terlalu lambat sedangkan Wonwoo ingin mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, secepatnya.
Ketika ia membuka pintu kamar Jihoon, dia melihat Jihoon yang sedang duduk di sofa sambil membaca buku dengan Soonyoung yang memangkunya. Taring Soonyoung menancap pada leher Jihoon, tapi Jihoon sama sekali tidak terlihat terganggu akan hal tersebut. Malah Soonyoung yang langsung menatap tajam ke arah Wonwoo dengan mata merahnya karena merasa kalau waktu makannya terganggu.
Jihoon melihat ke arah Wonwoo, kemudian melirik ke arah Soonyoung. Buku di tangannya ia letakkan di pangkuannya, setelah itu, dia menutup mata Soonyoung dan mengarahkan kembali Soonyoung ke lehernya. "Lanjutkan saja, itu Wonwoo. Dia tidak akan mengambil jatahmu, kok," katanya pada Soonyoung, dan Soonyoung kembali menancapkan taringnya pada Jihoon.
"Ada apa, Wonwoo?" Tanya Jihoon kemudian.
"Haruskah aku kembali nanti saja? Sepertinya Soonyoung tidak suka aku berada di sini."
Jihoon menggeleng. "Tak apa. Duduklah. Dia memang seperti ini dari dulu. Tidak suka ada yang menginterupsi. Soonyoung seperti tidak mengenali siapapun saat dia sedang makan, baginya, semuanya hanya pengganggu, hahahaha..."
Setelah Wonwoo duduk, dia malah merasa ragu. Bagaimana kalau ternyata dia tidak bisa menerima cerita masa lalunya? Bagaimana kalau ternyata masih ada hal lain yang lebih mengejutkan dan mengerikan daripada pembantaian yang pernah dilihatnya di mimpinya dulu?
"Kau kemarin ingin menanyakan tentang masa lalumu, ya?" Tebak Jihoon. "Kau terlihat gusar. Takut kalau ternyata ada hal yang tidak bisa kau terima?"
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Ekspresimu seperti sedang menahan poop, gampang ditebak," celetuk Soonyoung yang sepertinya sudah puas dengan makanannya. Dia mengambil sebuah plester luka yang ada di atas meja dan memakaikannya pada Jihoon, lalu menyematkan sebuah kecupan di bagian leher yang tadi digigitnya. "Terima kasih, Jihoonie..."
Wonwoo menatap jijik ke arah Soonyoung. "Kalau aku terlihat sedang menahan poop, maka kau adalah poop-nya. Menggelikan, Soonyoung. Jangan lakukan itu lagi di hadapanku!"
Soonyoung tidak tersinggung sama sekali, dia malah menggelengkan kepalanya. "Kau hanya iri, Wonwoo-ya…"
Jihoon menghela napas, lelah dengan perdebatan tidak jelas Wonwoo dan Soonyoung. Akhirnya, dia memilih untuk beranjak dari pangkuan Soonyoung dan duduk di kursinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart of The Life
FantasíaDuniaku berbeda dengan duniamu... Semuanya nyata di sini... Hidup berdampingan dengan damai di bawah Covenant of The Clans. Setiap orang punya peran dan tugasnya masing-masing demi menjaga keseimbangan dan kedamaian tersebut, dan tugasku adalah... ...