Prolog

59.5K 2.6K 208
                                    

noventyratnasari
Follow authornya dulu dong!

Lampung, rabu, 18 April 2020

Vote dan comment anda sangat membantu!

••• SYALAND! •••

"Wah, cakep bener yak gue?"

Aland. Zio Rayland Manufaz, dengan tingkat kepercayaan diri begitu tinggi. Memuja ketampanannya yang menurutnya di atas rata-rata. Mengaku mirip dengan Manurios, hanya karna nama belakangnya yang hampir sama.

Sekali lagi ia memandang cermin di dalam kamarnya, "pantas banyak yang suka!" ujarnya lagi.

Hampir setiap hari ia memuji dirinya sendiri. Bahkan ia sering menghabiskan waktu di depan cermin hanya karna mengagumi ketampanannya.

Ia membiarkan dua kancing baju teratasnya terbuka. Untuk memakai dasi, Aland merasa cupu jika memakainya. Apalagi baju dimasukkan dan memakai ikat pinggang. Sungguh bukan gaya Aland sekali.

"Pakai parfum dulu dong biar wangi," tangannya menarik sebotol parfum lalu di semprotkan berkali-kali ke seluruh badannya.

Aland segera menuruni tangga untuk bergabung bersama Daddy dan Bunda yang pasti sudah menunggunya di ruang makan. Sebelum teriakkan Bundanya menggema dan menyakiti gendang telinga, Aland harus sudah sampai di kursinya.

"Selamat pagi warga Indonesia!" sapa Aland kepada Bunda dan Daddy.

Aland menarik kursi yang terletak tepat di depan Bundanya, Zara. Ternyata kedua orang tuanya telah menghabiskan makanannya setengah hidangan. Apakah Aland terlalu lama berdiri di cermin? Ah, Aland rasa tidak.

"Zalya udah berangkat, Bun?" tanya Aland pada Zara. Zara mengambilkan satu piring nasi goreng udang pada Aland yang masih manja, tidak mau makan jika tidak diambilkan oleh Zara.

"ZALYA!" teriak Zara.

Aland menutup telinganya mendengar Zara berteriak memanggil adik perempuannya yang kini menduduki bangku Sekolah Dasar kelas 5. Jika kalian pikir Aland dan Zalya akur seperti keluarga orang lain tentu saja ini berbeda. Aland yang selalu jahil dan Zalya yang senang sekali merajuk lalu mengadu pada Zara membuat keadaan rumah ini terkadang seperti sedang terjadi perang ranjau.

Zalya turun dari arah kamarnya dengan membawa tas pink sedikit terburu-buru. Ia segera duduk di samping Zara sebab ia tidak mau duduk di samping Aland karna abangnya sangat menyebalkan.

"Zalya kesiangan?" tanya Agra setelah berhasil menghabiskan makanan di piringnya. Biasanya Zalya yang bangun lebih awal bersama Zara, namun kali ini putrinya terlihat terburu-buru.

Zalya Naycella, mengangguk lesu lalu menerima piring yang di berikan Zara. Ia memakan nasi goreng buatan Zara merupakan masakan favoritnya dengan rakus.

"Drama Korea terus sih!" celetuk Aland.

"Abang diem deh!" sinis Zalya yang tengah tidak ada mood untuk berdebat.

"Dasar jaliah!"

"Namaku Zalya!" bantahnya.

"Udah deh lebih pantas Jaliah!" goda Aland lagi dengan tawa ejeknya.

"BUNDAAA ABANG JAHAT!" rengeknya membuat Zara melotot ke arah Aland yang hanya tersenyum meminta perdamaian dan mengacungkan jari telunjuk serta jari tengahnya.

Jika Zara sudah mengamuk, maka habislah riwayat Aland. Apalagi jika Agra tidak ada di rumah, maka tidak ada pula yang membela Aland di sini.

Layar ponsel milik Aland menyala, membuat seluruh orang di meja makan menatap fokus pada benda pipih di dekat Aland. Aland membaca sekilas nama yang tertera.

"Siapa, Land?" tanya Agra yang menunggu Zalya selesai sarapan lalu mengantarkan gadis cilik itu pergi ke sekolah.

"Pacarku yang ke-6, Dad." Aland menunjukkan cengirnya.

Agra hanya menggeleng pelan tak mengerti mengapa keturunannya menjadi aneh bin ajaib seperti ini. Padahal dulu Agra tidak mengenal kata cinta bahkan selalu ketus terhadap semua wanita, mengapa Aland menjadi penggila wanita seperti ini?

"Aland, jangan menyakiti hati wanita!" perintah Zara menegaskan. Sudah tidak tahu lagi bagaimana cara menghentikan aksi Aland yang sering memberi harapan pada wanita lalu meninggalkannya tanpa perasaan.

Zara tahu semua perasaan wanita pasti sakit jika di tinggal tanpa alasan.

"Salahkan saja Daddy!" ujar Aland.

"Kok Daddy?" respon Agra tidak terima. Padahal Agra tidak pernah menurunkan sifat seperti itu, bahkan sifat Aland jauh berbeda dengan sifat Agra yang dahulu.

Sebenarnya Aland ini menurunkan sifat siapa? Jangan-jangan Aland menjadi seperti ini karna faktor ngidam Agra dulu yang selalu aneh-aneh.

"Aland tampan karna keturunan Daddy, kan?"

"Ya, kau memang tampan seperti Daddy." Jawab Agra menepuk bahu Aland.

Zara memijat pelipisnya dengan cepat. Oh Tuhan mengapa semua pria di sekelilingnya sangat percaya diri sekali? Memuja dirinya sendiri. Tidak Agra tidak Aland sama saja! Sama-sama senang membanggakan ketampanannya. Memang benar kata pepatah, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

"DADDY AYO BERANGKAT INI SUDAH HAMPIR PUKUL SETENGAH DELAPAN" teriakan gadis kecil itu berhasil membuat semua orang panik.

-oOo-

-oOo-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SYALAND! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang