Chapter 12

11.2K 1K 203
                                    

Vote dan Komentar ya!
Follow noventyratnasari

-oOo-

Zara memberikan Zalya satu mangkuk bubur kacang hijau lagi. Sudah dua mangkuk anak itu makan bubur dalam kategori kacang-kacangan itu. Sedangkan Aland dan Agra memakan nasi begitu pula dengan Zara. Zara sudah mengingatkan Zalya untuk memakan nasi namun anak itu sangat sulit di atur soal makanan. Sepertinya Zalya dalam nafsu makan yang baik, biasanya saat makan malam seperti ini Zalya hanya membuat salad buah. Ingin diet dan memiliki badan ideal karna pipinya terlalu chubby, kata Zalya setiap malam.

"Besok Daddy mau ke Bali, Zalya mau dibelikan apa?" tawar Agra setelah meminum air putihnya. Menyisakan setengah makan malamnya di piring, Agra rasa lambungnya sudah terisi cukup penuh.

"Zalya mau boneka tapi yang besar, Dad!" jawab Zalya memperagakan kata 'besar' dengan kedua tangannya.

Agra tertawa mendengarnya, "Bukankah bisa beli di sini tidak perlu jauh-jauh ke Bali?" tanya Agra.

"Tapi Zalya mau bonekanya aroma Bali, hehe."

Zara ikut tertawa melihat tingkah anaknya. Sekilas Zara melirik Aland yang terdiam, entah menikmati makan atau entah ia tidak ingin berbincang. Biasanya anak itu paling aktif.

"Putri Daddy tidak usah khawatir, besok Daddy belikan asal jangan nakal sama Bunda!" peringat Agra mengacungkan jari telunjuknya.

"Zalya kan tidak pernah nakal, iya kan Bun?"

Zara mengangguk, menyetujui anaknya untuk membuatnya bahagia. Bagi seorang ibu, tawa anaknya adalah kehangatan bagi hatinya. Meski saat ini hati Zara sedang tidak baik-baik saja.

"Kamu mau apa sayang?" Agra menoleh pada Zara.

Zara yang melamun menjadi gelagapan atas pertanyaan Agra yang dilontarkan untuknya. Tentu saja Zara memikirkan bagaimana nasibnya kemudian hari, entah keluarganya bisa diselamatkan atau harus direlakan. Direlakan berjalan bersama kenangan lalu menumpuk menjadi memori yang hanya bisa diingat tidak mungkin untuk terulang.

"Cukup jaga hatimu, untukku bahkan untuk anak-anak."

Bibir Agra terkatup rapat, diam sejenak sudah cukup sebagai jawaban bagi Zara.

"Kamu tidak perlu khawatir soal itu," Agra mengusap kepala Zara hingga turun ke pipinya. Mengusap lembut Zara yang hanya menggores luka terlalu dalam bagi Zara.

"Buat anak Daddy tertampan mau apa?"

Aland mengangkat kepalanya, menatap Agra dengan sendu.

"Aland mau Daddy setuju dengan hubunganku dan Meza," ucapnya.

Agra mengalihkan pandangannya jauh entah kearah mana, menggigit bibir bawahnya pertanda ia geram. Zara melihat rahang Agra mengeras, tentu saja Zara paham bahwa Agra sedang emosi. Zara segera mengambil tindakan sebelum sifat pemarah Agra muncul kembali ke permukaan. Zara menggenggam sebelah tangan Agra, mengusapnya perlahan. Membuat amarah Agra sedikit meredam.

"Sudah berapa kali Daddy bilang, Aland?"

"Alasan Daddy tidak masuk akal!" protes Aland pula.

SYALAND! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang