Chapter 48

7.7K 980 294
                                    

Vote dan Komentar ya!
Follow noventyratnasari

-oOo-

Suara pintu terbuka, secara refleks tubuh gadis itu berputar 180°. Dipandangnya figur cowok yang berjalan santai mendekatinya dengan raut tanpa ekspresi. Dia benar-benar dingin, berbeda dengan yang Sea kenal sebelumnya. Cowok itu berhenti sekitar dua langkah dari Sea.

Tidak bisa di pungkiri bahwa Sea baru saja menelan air liurnya sekuat tenaga. Dia, Aland yang berdiri di hadapannya bukanlah Aland seperti biasanya. Penampilan ala cowok berandalan, sebab membiarkan kancing seragamnya terbuka dan memperlihatkan kaos dalamnya. Bahkan Aland sengaja membiarkan rambutnya tidak tertata rapi seperti biasanya.

"Ada apa?" tanya Aland tanpa basa basi.

Ia menatap lekat mata Sea yang bergerak liar menjauhi tatapan mata Aland yang kini terasa seribu kali lebih menyeramkan.

"Kenapa lo jadi urakan gini?"

"Apa urusan lo?" jawab Aland secepat kilat, ia benci pertanyaan tidak penting dari Sea.

Sea merapatkan bibirnya, jantungnya seolah berhenti mendengar kata-kata culas yang keluar dari mulut Aland.

"Maaf gue terlalu ikut campur," ujar Sea.

Aland menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskan nya secara kasar, memalingkan wajahnya sebab merasa tidak tahan dengan situasi ini.

"Lo ngajak gue ke sini cuma mau nanya itu?" tanya Aland.

"B-bukan!" kata Sea, kepalanya menggeleng beberapa kali.

Ternyata, menyatakan perasaan tidak semudah yang ia bayangkan. Sea sudah merangkai kata untuk disampaikan pada Aland saat ujian tadi tetapi mengapa ketika sudah berhadapan dengan Aland semua kata-kata itu runtuh satu per satu dan hilang entah kemana. Hingga saat ini Sea kehilangan kata-kata seperti orang yang buta bahasa.

"Terus?"

"Aland, gue minta maaf." Lirih Sea.

"Buat?"

"Gue udah nggak percaya sama lo, padahal posisi lo saat itu adalah pacar gue. Gue udah tau semuanya dan gue menyesal, Land. Harusnya gue bisa dengerin dulu penjelasan dari lo, bukan malah sibuk nyimpulin kejadian itu sesuai opini gue sendiri." Jelas Sea, ia sudah menahan tangisnya agar tidak jatuh di hadapan Aland. Sea akui, dia lemah dihadapan seorang Aland.

"Terus?" tanya Aland singkat, bukan apa-apa hanya saja Aland ingin mendengar lebih banyak apa yang ingin Sea sampaikan padanya. Situasi ini sangat langka sebab Sea mau mengakui apa yang dirasakan.

"Gue nyesel, Land. Setelah kejadian ini, gue jadi paham betapa pentingnya dengerin orang lain sampai bener-bener tuntas. Gue janji, gue nggak akan ngulangin keegoisan gue ini."

Aland mengangguk, "Ya baguslah kalo gitu."

"Lo mau kan maafin gue?" tanya Sea dengan mata berkaca-kaca memelas.

"Gue udah maafin lo," jawab Aland sembari menepuk bahu Sea dua kali.

Sea berjalan mendekat ke arah Aland kemudian memeluknya erat. Menyandarkan kepala pada dada bidang Aland, sehingga harum parfum Aland menyeruak menenangkan. Harum yang selalu Sea rindukan.

SYALAND! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang