Chapter 29

11K 995 160
                                    

Vote dan Komentar ya!
Follow noventyratnasari

-oOo-

Bu Selina menatap kedua anak murid berbeda jenis kelamin yang duduk di hadapannya. Lagi-lagi Aland membuat masalah dengan menyangkut-pautkan masalah kenakalan remaja. Beliau tidak ingin gegabah seperti kemarin, beliau tidak akan menunjukkan kebodohan di depan anak muridnya lagi. Kali ini beliau harus lebih tegas dalam mengambil tindakan serta menyelidik lebih dalam agar tidak menjadi korban bercandaan seorang Aland.

"Coba ceritakan!" pinta Bu Selina dengan tegas.

Aland menoleh pada Meza yang menundukkan kepalanya. Gadis di sampingnya terlihat sangat bersedih. Wajah liciknya terlihat musnah sebab raut sendu yang mendalam itu membuat hati Aland sedikit iba.

"Meza?" panggil Aland, seketika Meza mendongak menatap Aland.

Matanya basah, Meza menangis rupanya.

"Tolong ceritain sejujur-jujurnya, gue bakal minta keringanan Daddy biar lo nggak dikeluarin dari sekolah."

Mata Meza membola, bukan ini yang ia mau. Akan di letakan ke mana muka Meza jika bicara yang sejujurnya di depan Bu Selina? Senjata makan tuan ini namanya!

"Land, gu--"

"Please, mau sekuat apapun lo berusaha bikin gue balik ke lo, pasti akan gagal! Karna melihat lo yang rela korbanin orang lain demi reputasi lo itu bikin gue ilfil."

Bibir Meza terkatup rapat, hatinya seperti telah terbelah menjadi beberapa bagian. Menyisakan sebuah sayatan perih yang terus menjalar hingga akalnya yang meronta untuk terus mendapatkan Aland kembali.

"Land, please gue malu!"

Aland menghembuskan nafasnya, ia menatap Bu Selina dengan malas. "Bu, jangan hukum dia atas apapun yang akan dia ceritakan nantinya," kata Aland yang mendapat anggukan dari Bu Selina.

"Za, cerita seterang nya pada Bu Selina. Sekuat apapun lo minta gue tanggung jawab, maaf lo bukan tanggung jawab gue lagi."

"Lo jahat, Land!" desis Meza, sungguh wajahnya basah akibat air matanya yang mengurai.

"Gue akan lebih jahat jika berbohong dan menyakiti hati Sea."

"Hanya sementara, Land. Tolong!"

Aland sebenarnya sangat sangat kasihan pada Meza, ia tidak pernah melihat wanita dengan gaya selangit ini memohon apalagi air matanya yang terus menerus mengalir.

"Meza, lo harus tahu. Kalo gue setuju, artinya gue siap kehilangan Sea dan gue nggak akan pernah siap akan hal itu!" ucap Aland.

Siapa yang tidak tersentuh? Semut yang berbaris di tembok pun akan terpana jika mendapat kata-kata manis dari Aland. Mungkin bagi semut, kata-kata Aland lebih manis daripada gulali. Bibir yang selalu mengatakan kalimat indah mampu menggoyahkan hati siapapun yang hendak Aland taklukan.

"Jadi bagaimana kejadiannya?" tanya Bu Selina yang sedari tadi mengamati obrolan Aland dan Meza, satu yang ia tangkap bahwa Aland tidak ada kaitannya dengan masalah ini.

Bahkan mendengar Aland begitu menyayangi Sea, Bu Selina iri dan berharap mendapat pria setulus Aland.

Meza menatap Bu Selina penuh keraguan, berbeda dengan Aland yang masih memperhatikan Meza untuk berkata yang sesungguhnya.

SYALAND! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang