Chapter 13

11.1K 1K 353
                                    

Vote dan Komentar ya!
Follow noventyratnasari

-oOo-

Zara menatap bulan yang setengah penuh, tidak bulat sempurna. Berkali-kali ia mengecek ponselnya namun belum juga menemukan telpon dari suaminya, Agra. Ingin sekali rasanya Zara menelpon duluan, namun ia takut mengganggunya. Zara tidak boleh berfikir negatif, pasti banyak pekerjaan di sana sebab Agra turun tangan sendiri. Biasanya Agra mencari perwakilan dan akan mensurvei lahan dari rumah.

Zara menghembuskan nafas jengah, ia sangat khawatir dengan keadaan Agra di sana. Biasanya Agra akan menelpon Zara setelah sampai tujuan, mengabari saat istirahat, atau bahkan sehabis makan. Agra akan mengabarinya walau hanya hal kecil pun. Namun, sekarang beda. Agra bahkan tidak mengabarinya sama sekali.

Drrt drrrt drrrt

Agra is calling you...

Tanpa tunggu lebih lama lagi, Zara segera menekan tombol hijau. Mengangkat panggilan dari suaminya. Akhirnya Agra menelpon setelah seharian tidak memberi kabar.

'Halo sayang, maaf aku baru mengabari mu. Hari ini padat sekali jadwalku, ternyata ada lebih dari lima lahan yang ditawarkan pada perusahaan kita.'

Zara menghembuskan nafasnya lega, ternyata ini alasan Agra tidak menghubunginya sama sekali sejak keberangkatan. Zara melihat jam tangannya, pukul 23.15 sudah cukup larut.

"Kau baru istirahat seharian ini? Sudah makan? Sudah mandi? Kalau belum ganti saja bajumu dengan baju yang nyaman, lalu tidur. Jangan paksakan badanmu, jika terus terforsir untuk bekerja kamu bisa sakit. Istirahatlah dengan nyenyak, kita bisa lanjutkan besok lagi." Celoteh Zara dengan kekhawatirannya. Bahkan saat ia tahu bahwa ia sedang di khianati pun Zara tetap peduli pada Agra.

'Iya sayang kamu tidak perlu sekhawatir itu, terima kasih telah menjadi istri yang paling baik di dunia ini. Aku akan tidur, kau juga harus tidur. Aku menyayangimu, love you!'

"Aku lebih menyayangimu," balas Zara.

Agra memutuskan sambungan telponnya dan Zara menjadi sedikit lega setidaknya Agra sudah menghubunginya meski hanya sebentar. Tapi, Zara tidak boleh egois. Agra pasti letih menghadapi pekerjaan yang bertubi-tubi membebani tulang punggungnya.

Zara segera beranjak menuju ranjang, memposisikan tidurnya agar nyenyak. Ia menatap kasur sebelahnya yang kosong. Tangannya bergerak menyentuh kasur itu. Dingin. Seharusnya ada kehangatan yang berada di sampingnya, yang selalu memeluknya dengan erat.

Zara kembali merebahkan tubuhnya. Memejamkan matanya mencoba masuk ke alam mimpi. Namun, getaran ponsel di atas nakas membuat matanya kembali terbuka.

Zara mendudukkan posisi tubuhnya, mengambil ponselnya dan membuka sebuah pesan masuk dari seseorang yang tidak dikenal.

Nomor tidak dikenal :

Halo Zara, apa kabar?

Terima kasih sudah meminjamkan suamimu (maksudku calon mantan suamimu) untuk menemaniku tidur malam ini. Lihatlah Agra seperti tidak ingin kehilangan calon bayinya!

Salam hangat, Alexa Phi Samuel.

Sebuah poto terlampir, memperlihatkan tangan Agra yang menyentuh sebuah perut buncit tanpa sehelai benang pun.

Dunia seolah hancur lebur.

Masa depannya menghancurkan hati Zara tanpa sisa.

Air mata yang mengalir menjadi teman Zara malam ini.

SYALAND! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang