Chapter 35

8.7K 870 171
                                    

Vote dan Komentar ya!
Follow noventyratnasari

-oOo-

"ALAND!"

Aland menghentikan langkahnya, badanya berotasi hingga menghadap ke belakang. Merasa namanya terpanggil oleh seseorang di belakangnya. Aland membuang mukanya secara kasar ketika mengetahui siapa yang telah memanggilnya.

Raja berjalan mendekat, mempertipis jarak diantaranya. Beberapa siswa dan siswi berlalu lalang di koridor kelas 12 menuju ke arah gerbang untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Nggak ada latihan hari ini?" tanya Raja, Aland selaku ketua tim basket lah yang berhak menentukan jadwal latihan.

Sebenarnya sudah hampir 3 bulan tim basket vakum dari pertandingan, sebab terakhir kali mengikuti lomba bersama sekolah tetangga dan salah satu pemain basket Sma Mahapa mengalami cidera bahkan sampai detik ini masih menggunakan tongkat untuk berjalan. Akibatnya, mau tidak mau ekstrakurikuler harus mengasah kemampuan agar tidak terulang kejadian yang sama.

Namun, Aland sebagai ketua mengambil jalan tengah. Bertanding dengan membagi dua tim secara adil, dengan syarat bermain layaknya teman tanpa menganggap musuh. Secara tidak langsung, mereka bermain secara sehat.

"Kalo lo mau latihan sama anak-anak boleh, gue nggak bisa." Jawab Aland seadanya, Aland harus segera pulang dan mendengarkan ceramah Daddy dan Bunda setelah ini.

Raja mengangguk paham, ia sudah mendengar kabar yang merambat bahkan setara dengan aliran listrik. Raja rasa semua warga sekolah tahu tentang skandal Aland dan Meza yang berstatus sudah menjadi mantan.

"Gue paham kok," ujar Raja menanggapi.

"Urus anak-anak, gue cabut!" Aland hendak membalikkan badan dan berjalan menuju parkiran, namun Raja kembali menghentikan langkahnya.

"Gimana keadaan Sea?" tanya Raja.

Aland diam di tempat, tidak menatap Raja yang menunggu jawaban Aland.

"Gue harap lo nggak ngecewain dia. Kalo lo udah nggak sayang sama Sea jangan bersikap seolah-olah dia berharga buat lo, Land. Lepasin Sea, gue yang akan bahagiain dia kalo lo nggak mampu!"

Aland memposisikan badannya menghadap Raja, "Dengar ya, kalo lo nggak tahu apa-apa mending diem. Sea adalah PACAR gue dan gue nggak akan pernah lepasin Sea sampai kapan pun!" Aland berjalan pergi meninggalkan Raja setelah mengucapkan itu.

Raja tertegun di tempat, sebenarnya kabar yang tersebar itu benar atau tidak? Mengapa sikap Aland masih seperti dulu? Seolah tidak ada masalah Aland menggenggam erat Sea dan tidak melepaskan. Ada dua asumsi Raja mengenai Aland, yang pertama Aland terlalu keras kepala menyakiti Sea namun kekeh tidak mau melepaskan dan yang kedua semua berita mengenai Aland dan Meza hanya kesalahpahaman semata.

Aland mengaitkan helmnya setelah menaiki motor merah kesayangannya. Ia harus segera pulang agar tidak ada kesalahan baru yang semakin membuat Daddy murka kepadanya.

"Land!" panggil Rizal yang berjalan mendekati Aland.

Aland hanya menatap Rizal tanpa suara.

"Berita itu bener apa hoax, sih?" tanya Rizal.

"Apa?"

"Lo buntingin si nenek lampir itu?" Rizal menaiki motor vespa abu-abunya yang terparkir bersandingan dengan motor Aland.

Aland diam tidak menggubris, ia lebih memilih menyibukkan diri mengambil ponsel dari dalam tas nya. Merasa dirinya terkacangi, Rizal mendengus kesal.

SYALAND! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang