Part 18

20 4 0
                                    

Chandra masih memeluk adek kelasnya dengan erat, begitu pula dengan Vayla. Mereka sama-sama merasakan kenyamanan.

"Kak, kesitu yuk" ajak Vayla sambil menunjuk ke arah bangku taman. Lalu Vayla segera menarik tangan Chandra menuju bangku itu.

Ketua OSIS dan adek kelasnya itu sedang duduk berdua di bangku taman, dan melihat pemandangan yang sangat indah. Sehingga mereka terlihat seperti pasangan yang sangat romantis.

Vayla masih melihat sekeliling taman. Ia sangat senang melihat pemandangan di taman yang sangat indah. Rasanya ia ingin keliling taman itu, tapi berbeda dengan Chandra, ia hanya tersenyum melihat wajah Vayla dan tingkah nya seperti anak kecil yang di ajak bermain di taman oleh ayah nya.

"Vayla" panggil Chandra, tetapi tidak direspon sama sekali. Karena Vayla masih melihat pemandangan di sekitarnya.

"Vaylaaa" panggil nya lagi dengan suara lebih keras.

"E-eh iya kenapa?"

Chandra tidak menjawab ucapan Vayla. Tetapi malah memandangi wajah Vayla dengan sangat intens. Vayla yang merasa dipandangi oleh kakak kelas nya, ia menjadi gugup setengah mati. Ia berusaha menetralkan tubuh dengan cara melihat pemandangan di sekitar.

"Cantik" gumam Chandra sambil memandangi wajah Vayla.

DEG. Jantung Vayla bergetar sangat kuat.

Vayla menolehkan kepala nya ke Chandra yang duduk di samping nya yang barusan menyebutkan kata "cantik"

"Kamu barusan ngomong apa?"

Mata mereka kini sudah saling bertemu.
"Kamu cantik"

DEG! Astaga gua harus ke dokter jantung kali ya.. batin Vayla.

Dan tiba-tiba pipi Vayla merah seperti tomat.

Chandra tersenyum geli saat melihat wajah Vayla yang sudah berubah menjadi warna merah. Dan ia menahan tawa nya yang hampir meledak.

"Kenapa senyum-senyum gitu?"

"Pipi kamu merah" ucap Chandra dan akhirnya tawa nya pun meledak di depan Vayla.

Vayla sangat malu. Ia dengan cepat menutup pipi nya yang merah itu dan membalikkan tubuh nya sehingga membelakangi Chandra.

Chandra segera menarik tubuh Vayla agar menatapnya kembali.
"Kamu lucu kalo lagi merona gitu hahaha"

"Apaan sih" ucap Vayla sambil menunduk malu dan menyembunyikan pipi nya yang lagi merona.

Chandra mengangkat dagu Vayla. Kemudian ia mencubit pipi Vayla.

"Sakit tau ish" ucap Vayla dengan gaya sok ngambek.

"Hehehe maap, abisnya kamu gemesin banget. Udah yuk, ikut aku aja." Ucap Chandra sambil menarik tangan Vayla dan menuju suatu tempat.

Mata Vayla berbinar ketika melihat balon yang sangat lucu di depannya. Ia sangat menyukai balon, karena menurutnya balon itu sangat lucu dan menjadi moodbooster.

"Bang, balonnya saya beli semua ya." Kata Chandra kepada penjual balon.

"Yang benar mas?" Ucap penjual balon tersebut dengan kaget.

"Iya bang"

"Oke, tunggu sebentar ya mas" kata penjual balon tersebut. Ia segera melapas tali balon tersebut yang melilit di tiang sepedanya. Lalu penjual balon tersebut memberikannya kepada Chandra.

"Ini bang uangnya"

"Kebanyakan mas uangnya"

"Gapapa bang, simpen aja uangnya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The ice inside your eyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang