1. Pemilik Sah

1.5K 301 169
                                    

-

Gadis belia itu berdiri menatap datar rumah megah dengan gerbang menjulang tinggi di hadapannya. Ia menghembuskan napas pelan lalu menekan bell yang terdapat di dinding sudut pagar.

Ting tong!

Tak lama setelah itu, seorang yang ia kenal sebagai pengurus keamanan datang membukakan pagar.

"Nona Nara!" Serunya sedikit terkejut. Lalu dengan cepat membuka pintu gerbang dengan lebar.

Petugas keamanan itu membawakan koper milik gadis itu. "Nona kapan anda sampai? Kenapa tidak menghubungi nyonya, biar ada orang yang menjemput nona?" Gadis itu mengeleng.

"Saya lelah. Saya ingin istirahat,"

"Baiklah maafkan saya."

Beberapa menit mereka telah sampai di depan pintu utama rumah. Gadis bernama Nara yang telah menginjak usia remaja itu berjalan anggun memasuki rumah.

Setelah masuk, Nara menatap rumah yang telah lama ia tinggal dengan tatapan mengejek. Bagaimana tidak, disana di sudut ruangan foto keluarga tanpa dia. Bahkan foto dirinya tidak ada satupun terpanjang di rumah itu. Dan yang lebih membuat Nara marah adalah figuran foto sang Ibunda tercinta telah di ganti dengan wanita tidak tahu malu itu.

Nara membalik badannya ketika bunyi perjalanan kaki mendekat.

"Nara! Kenapa kau disini?!" Wanita dengan pakaian mahal-yang Nara tau itu adalah hasil uang Ayahnya, menatap Nara dengan terkejut.

"Nice to be here mrs Arthur," balas Nara dengan tampang menyeringai ke arah wanita itu.

Wanita yang di ketahui bernama Sania itu berdecak tak suka dengan sapaan yang Nara berikan.

"Kenapa kau datang kemari Nara, apa kau sudah sembuh? Siapa yang memberimu izin datang kemari?" Sania turun menghampiri Nara yang berdiri di depan figuran foto dirinya.

Sania tahu, gadis bodoh ini pasti marah setelah melihat yang terpasang di sana bukan figuran foto sang Ibu melainkan figuran dirinya. Sania, Nyonya Arthur sekarang.

"Izin?" Tanya Nara, kemudian gadis itu tertawa sumbang.

"Untuk apa aku izin? Pewaris sah datang untuk mengambil haknya?" Nara berkata tajam menatap Sania.

Sania tertawa mengejek sembari bertepuk tangan. "Woah, Putri tunggal Arthur telah kembali. Apakah perlu kita rayakan ini Amberlia Jenara anak kesayangan bunda Nana yang gila? Hahaha."

"Aku tidak gila! Kau yang memprovokasi itu?!" Sahut Nara tidak terima.

Sania nampak acuh tak acuh. "Apa Ayahmu percaya? Kau ingat kau membunuh anakku, Nara."

"Itu bukan aku, sialan!"

Sania tak peduli lalu pergi dari hadapan Nara. Nara yang memang mudah sekali emosi dengan cepat mengambil vas bunga lalu melemparkannya ke pundak Sania.

"NARA!!"

Nara tersenyum miring. Melihat Sania yang merintis kesakitan di pundaknya. Ia berjalan menarik kopernya menuju kamarnya tak lupa menabrak punggung Sania dengan kuat.

"Nara, Kau!" Geram Sania. "Kalau sampai ayahmu tahu ini. Kau akan di kirim kembali ke sana! Kau tidak pernah berubah Nara! Kau gila!" Seru Sania karena nampaknya Nara tidak memperdulikan perkataan Sania.

"Seharusnya kau mendekam di rumah sakit jiwa itu Nara!" Teriak Sania.

Nara mengacuhkan jari tengahnya ke arah Sania sebelum pintu lift tertutup.

𝐎𝐕𝐄𝐑 𝐀𝐆𝐀𝐈𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang