2. Tekad Nara

1.2K 263 146
                                    

-

Pagi menyambut Nara. Gadis itu menggeliat, semalam ia tidur dengan nyenyak. Sudah lama Nara tidak merasakan kasur empu miliknya.

Gadis itu berjalan ke arah kamar mandi, membersihkan diri terlebih dahulu sebelum turun untuk sarapan. Lima belas menit telah berlalu Nara telah rapi dengan pakaiannya.

Hari ini Nara akan mengunjungi Bundanya. Nara ingin menyapa sang Bunda, kemarin ia sangat lelah mendengar suara teriakan para sampah di rumah ini.

Nara turun, tak lupa mengambil tas selempang berwarna pink salem. Ia turun mengunakan lift. Memang di rumah ini terdapat lift yang biasa di gunakan. Kamar tidur Nara berada di lantai tiga. Gadis itu malas jika harus mengunakan tangga.

Sudah di pastikan jika rumah ini sangat mewah. Pantas saja Sania dan anaknya betah tinggal di sini.

Nara berjalan ke arah ruang makan di sudut kiri. Di sana telah berbaris rapi pelayan di dekat meja makan dan juga dua orang yang menatap Nara benci.

Para pelayan membungkuk hormat kepada Nara yang berjalan ke arah meja makan. Nara mengambil tempat duduk di sisi sebarang Sania dan Chintia.

"Bandana itu sangat cantik di kepalamu Chintia," Nara mengejek kepala Chintia yang di balut perban.

Chintia bergerak ingin berdiri membalas Nara sebelum Sania menghentikan. "Duduk Tia. Tidak usah peduli gadis gila itu."

Chintia mengeram kesal. Menatap Nara yang mengulurkan lidahnya dengan tampang mengejek ke arahnya.

Pelayan menyajikan sarapan untuk ketiga orang disana. Bukan makan, Nara tampak meletakan wajahnya di telapak tangannya, menatap Sania yang sedang makan dengan gaya yang menurut Nara sangat tidak cocok untuk wanita tua itu.

"Ck ck.., sejak kapan kau makan seperti itu?" Celetuk Nara. Sania tampak tak memperdulikan ucapan Nara berbeda dengan Chintia yang membalas ucapan tak kalah pedes milik Nara.

"Sejak Ibuku jadi nyonya disini!"

"Chintia..," Sania memerintahkan anaknya untuk diam.

"Oh, Nyonya Arthur.. ehmm.. tapi cara seperti itu tidak cocok untuk nyonya disini." Nara berdiri lalu melemparkan pasta miliknya ke arah Sania. "Selamat sarapan nyonya Arthur," lanjut Nara.

Chintia membuka mulutnya. Terkejut. Sedangkan Sania memejamkan matanya melihat pasta mengotori pakaiannya.

"Nara...!" Geram Sania. Para pelayan lalu menghampiri dan membersihkan pasta di pakaian Sania.

"Ups! Aku sengaja. Sorry nyonya Sania." Nara berkata sembari menekan kata nyonya Sania.

"Kau anak sialan!"

Nara tidak peduli. Ia merapikan pakaiannya lalu berlalu dari sana. "Bye-bye," tak lupa Nara memberikan kecupan jauh ke pada Sania dan Chintia.

"NARA!!"

Sania berteriak kuat. Gadis gila itu geram Sania. Wanita itu membanting seluruh peralatan meja makan di sana. Dia di permalukan oleh bocah ingusan itu.

Kita lihat Nara siapa yang akan tahan disini? Kau tidak akan bisa mengusir ku dari sini. Aku punya hak atas rumah ini.

Berbeda dengan Sania, Chintia langsung mengejar Nara. Gadis itu segera mengusul Nara yang berjalan ke arah mobil merah di garasi.

"Nara!"

Nara tampak masa bodoh dan segera masuk ke dalam mobil miliknya. Ia menjalankan mobil merah itu dengan cepat dan hampir menyerempet Chintia.

𝐎𝐕𝐄𝐑 𝐀𝐆𝐀𝐈𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang