3. Sekolah Pilihan

782 173 84
                                    

Nara menepikan mobil audi R8 berwarna merah miliknya di kantor Paman Joe. Ia keluar lalu berjalan masuk ke dalam gedung pencakar langit itu.

Sedikit cerita, adik Ibunda Nara ini adalah salah satu pemilik firma hukum terbesar di kota ini. Jadi bisa di bilang Paman Joe ini seorang pria kaya. Tapi sayangnya sampai sekarang masih sendiri. Nara pun bingung, Paman Joe itu sangat tampan dan kaya raya tapi belum ada perempuan yang dekat dengannya.

Nara sampai di ruang kantor milik Pamannya. Ia masuk, ruang paman lumayan nyaman, jika Nara perhatian. Nara bisa langsung melihat pemandangan gedung bertingkat lain dari sini.

Asik melihat pemandangan luar, Paman Joe datang. Nara menoleh, ia tersenyum manis ke arah sang Paman.

"Paman."

Nara memeluk sang Paman. Nara merindukan sosok Pamannya ini. Saat Nara di luar negeri hanya Paman dan Vicky yang mengunjunginya disana. Ayah Nara? Jangan ditanya bahkan Ayahnya yang memindahkan Nara ke sana.

"Nara rindu Paman,"

"Paman juga. Bagaimana kepulangan mu, kau senang?" Nara mengangguk antusias.

"Baguslah kalau begitu." Balas Paman Joe sembari menyuruh Nara untuk duduk di sofa. Nara menatap Paman yang tampak terlihat serius.

"Nara?"

"Iya, Paman. Ada apa?"

"Nara tahukan kenapa Paman mengajak Nara pulang?" Tanya sang Paman.

Nara diam. Bukan dia tidak tahu. Saat Nara belajar di luar negeri Pamannya yang selalu memberitahu keadaan orang rumah kepada Nara. Untuk saat ini Nara sedang tidak mau membahas itu.

"Nara?"

Nara mendongak. Menatap sang Paman.

"Nara mungkin benci sama Ayah Nara. Tapi-"

Nara berdiri. "Nara pamit pulang Paman." Potongnya.

"Nara tunggu!" Joe menghalangi Nara.

"Dengarkan Paman, Nara. Ini untuk kepentingan mu, ayo kita bicarakan ini baik-baik. Informasi ini akan sangat penting bagimu Nara," bujuk Joe.

Nara menatap sang Paman. Sejujurnya gadis itu ragu. Dia muak jika harus membicarakan orang yang membuat Nara kecewa dan sakit hati.

"Nara.."

Nara menghembuskan napasnya pelan lalu mengangguk.

Joe tersenyum lalu menuntun Nara untuk kembali duduk. Joe tahu sebenarnya Nara ini anak yang baik hanya saja sifatnya yang telah tersakiti membuatnya bersikap buruk pada orang-orang.

"Nara tahukan jika Paman menyuruh Nara kembali karena Ayah Nara sakit?" Nara bergumam membalasnya. Paman Joe yang melihat respon Nara hanya mengusap kepala cantik Nara dengan lembut.

Sifat Nara yang ini. Mengingatkannya kepada mendiang sang kakak. Joe jadi rindu dengan kak Naya.

"Mungkin ini tidak sepenting itu untuk Nara. Tapi, mungkin bisa mengurangi rasa benci Nara sama Ayah."

"Nara tahu saat Nara di rawat, Ayah Nara yang meminta Paman supaya Nara di keluarkan dari sana tanpa sepengetahuan ibu tirimu. Ayahmu tahu, anaknya tidak seperti itu. Ayahmu juga yang mencarikan sekolah untukmu Nara, membiayai sekolah Nara supaya dapat pendidikan terbaik disana. Ayahmu selalu memantaumu dari Paman, Nara."

𝐎𝐕𝐄𝐑 𝐀𝐆𝐀𝐈𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang