4. Berjumpa

429 103 4
                                    

-

Sesuai dengan ucapan Nara kemarin, hari ini gadis itu telah berpakaian seragam lengkap sekolah yang Nara inginkan. Kemarin juga setelah mengunjungi Ayahnya, Paman Joe langsung mengurus kepindahan Nara dan sekretaris Ayahnya langsung menyiapkan semua keperluan Nara tanpa di ketahui Sania dan Chintia.

Nara keluar dari lift, ia sengaja melewatkan sarapan karena tak ingin membuat keduanya tahu Nara bersekolah di tempat Chintia. Biarlah nanti Nara memberikan kejutan istimewa untuk Chintia di sekolah.

"Selamat pagi nona Nara," sapaan para pelayan yang Nara lewati untuk sampai ke meja makan.

Nara menghentikan dua pelayan itu.

"Mereka telah pergi?"

Pelayan itu mengangguk. "Nona Chintia dan Nyonya Sania telah pergi beberapa menit yang lalu." Nara mengangguk. Lalu kembali berjalan ke arah ruang makan.

Dua pelayan yang di belakang meja Nara meletakan sarapan untuk Nara. "Apa ini menu sarapan yang sama dengan mereka?" Dua pelayan yang menyiapkan sarapan untuk saling menatap satu sama lain. Lalu mengangguk pelan.

Sarapan pagi ini adalah Roti panggang dan telur mata sapi diatasnya.

"Iya, Nona."

"Kalau begitu ganti, aku ingin steak." Titah Nara.

Salah satu pelayan yang melayani Nara mengangguk dengan cepat, membawa menu sarapan itu untuk menggantinya sesuai pesan Nara.

"Apa enaknya telur mata sapi itu?" Membayangkannya saja membuat perut Nara mual.

Sembari menunggu steak. Nara memilih memainkan ponselnya. Ia memilih bermain ular di ponselnya.

"Silahkan dinikmati nona Nara," Nara menghentikan permainan ularnya. Lalu mematikan ponselnya.

Ia menikmati sarapan steak dengan tenang dan senang. Mulutnya yang menguyah tidak berhenti tersenyum bahagia. Sudah pasti tahu apa yang di pikirkan gadis itu. Iya kehidupan sekolah Chintia nanti.

Setelah Selesai, Nara mengelap mulutnya. Nara mengerakan tangan agar pelayan yang berdiri di belakang mendekat.

"Ada apa Nona?"

"Bibi Han, Dimana?" Nara bertanya. Sejak kemarin dirinya belum bertemu dengan Bibi yang telah merawat sejak bayi.

Pelayan itu terlihat gugup. "Itu, pelayan Han."

"Bicara yang jelas!"

"Pelayan Han, sudah lama tidak berkerja lagi disini."

Nara menyengit binggung. "Kenapa?"

"Nyonya Sania memecatnya, karena pelayanan Han hampir membuat celaka Nona Chintia."

Nara memutar matanya malas. Siapa Sania berani memecat Bibi Han yang sudah Nara anggap keluarga?

"Siang ini. Saya tidak mau tahu Bibi Han harus kembali berkerja disini lagi." Seru Nara.

Pelayan itu tampak takut.

"Urusan Sania, biar saya." Timbal Nara karena melihat pelayan itu tidak mengikuti perintah.

"Siang ini Bibi Han harus di rumah ini, mengerti."

"Baik Nona."



Nara menepikan mobilnya di halaman sekolah barunya. Ia melirik jam di pergelangan tangannya menunjuk waktu para murid sedang dalam pelajaran.

Sebenarnya hari ini seharusnya Nara di temani Paman Joe ke sekolah baru. Tapi, karena Pamannya ada keperluan mendadak dari kantor hukum jadinya Nara di temani sekretaris ayahnya.

𝐎𝐕𝐄𝐑 𝐀𝐆𝐀𝐈𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang