8. Tidak Dalam Keadaan Baik

413 84 11
                                    

Theo menatap kakinya kesal. Ia berjalan keluar dari rumah sakit. Pemuda tampan itu sedang memeriksa keadaan kakinya, sebenarnya dirinya saat amat malas untuk itu tapi karena ibunya yang memaksa Theo tidak dapat menolaknya.

"Malam ini pulang ke rumah, besok tidak usah masuk sekolah—shuttdengarkan Ibu Theo, ini demi kesehatan mu." Peringat Yura saat Theo ingin menyela ucapannya.

"Ibu. Theo tidak bisa, besok Theo pulang ke rumah. Janji," bujuk Theo.

"Tidak bisa Theo. Kenapa kau jadi jarang di rumah sejak masuk sekolah? Ayah dan ibu rindu kau nak, kita rindu makan bersamamu kakakmu, ayah dan ibu. Pulang ya sayang?"

Theo tetap mengeleng. Bukan tanpa apa-apa dia tidak mau pulang ke rumah. Dirinya tidak dekat dengan sang kakak. Kakaknya itu seperti membenci dirinya saat berada di rumah. Beberapa kali Theo tangkap mata kakaknya yang menatap benci padanya saat dia pulang ke rumah.

Theo ingat pada saat ulang tahunnya tahun lalu, dia beri satu apartment oleh Ayah dan Ibu sebagai kado. Kakaknya terang-terangan membenci Theo. Bahkan tak segan memberikan ucapan buruk untuknya, itu yang membuat Theo tidak nyaman berada di rumah besar itu.

"Theo tatap tidak bisa bu. besok Theo akan langsung pulang ke rumah setelah sekolah. Theo janji sama ibu,"

"Tidak bisa. Siapa yang akan merawat mu? Jika ibu tidak mengunjungi tadi, mungkin sampai sembuh kau akan tetap diam tidak akan memberi tahu apa-apa soal kau kecelakaan itu pada Ibu dan Ayah."

"Aku bisa merawat diriku sendiri. Lagi pula aku tidak mau membuat Ayah dan Ibu Khawatir,  dan  juga Dokter itu bilang tidak terjadi apa-apa?"

"Tetap saja kau membuat ibu khawatir Theo. Lebih baik mulai sekarang kau pakai sopir ke sekolah ataupun ke tempat lain," Theo mengeleng cepat.

Ini yang dia tidak mau. Ibunya itu terlalu berlebih-lebihan, bagaimana jika Theo mengatakan dia di tabrak dulu. Wah.. Theo yakin ibu akan mencari sampai tuntas orang yang menabraknya. Tapi pemuda itu memilih mengatakan bahwa dia hanya terjatuh dari motor dengan sendirinya. Theo tidak mau ibu terlalu memperpanjang masalah sepele ini.

"Jangan bu, lain kali Theo bakal lebih hati-hati mengendarai motor."

Yura tampak melayangkan protesnya. "Tetap—" ponsel di tangganya bergetar.

"Hallo,"

"..."

"Apa, sekarang?"

"..."

"Baiklah, aku akan segera ke sana. Iya nak, ibu akan langsung ke sana."

"..."

Yura mematikan sambungan telponnya.

"Kakakmu mau ibu ke kantor sekarang, kau ikut ibu ya?"

Theo mengeleng. "Aku mau istirahat bu," Theo masih ada harga diri untuk ikut pergi ke kantor sang kakak. Dia tidak mau merusak suasana di sana nantinya. Walaupun Theo tidak tahu apa yang terjadi?

"Baiklah, kau pulang bersama sopir biar ibu naik taxi,"

"Ibu naik mobil, biar Theo yang mencari taxi. Ibu tidak mau 'kan terlambat ke kantor kak Lendra?"

"Ibu bisa bilang menemanimu ke rumah sakit, kakakmu akan mengerti?" Theo lagi-lagi mengeleng.

"Sudah ibu naiklah," titah Theo. "Pak Abar antar ibu ke kantor kak Lendra,"

𝐎𝐕𝐄𝐑 𝐀𝐆𝐀𝐈𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang