Chp 7

401 66 1
                                    

Ayok vote dan ramaikan kolom komentar:D
-------
Suzumiya Yuki's POV

Aku sudah gila untuk melakukan hal ini. Tapi entah kenapa aku tidak sabar menunggu. Tapi bagaimana jika gagal?

Ini bukan pertama kalinya, seseorang berusaha melapor si bajingan itu. Sudah pernah. Seorang bibi dari tetangga cukup baik untuk membantuku melapor.

Sebagaimana polisi tidak akan mempercayai 'omong kosong' dari seorang bocah. Dan mereka beranggapan bahwa 'terlalu cepat' untuk seorang bocah menyadari hal-hal seperti 'ini'.

Setelah bibi gagal melapor, aku jadi takut untuk melapor. Orang itu selalu saja punya jalan untuk memanipulasi pikiran orang lain, bertindak seolah-olah ia tidak akan pernah menyakiti apapun bahkan seekor nyamuk pula.

Bibi yang membantuku saat itu, hilang. Tidak ada jejak tertinggal. Aku baru mengetahui hal ini ketika polisi berkunjung ke rumah, katanya dia menghilang sejak 2 minggu lalu. Dia tinggal sendirian, jadi tidak ada saksi langsung, kapan terakhir kali ia dilihat.

Tapi hei, aku sudah tahu siapa pelakunya. Sayangnya, aku tidak punya bukti.

Orang itu mengerikan, dia dengan terang-terangan akan memperlihatkan bukti bahwa ia melakukan sesuatu jahat, karena ia tahu bahwa setelah itu dan kedepannya, aku tidak akan bisa menemukan bukti itu dimanapun.

Semua orang yang memiliki kewarasan, akan berfikir bahwa, 'hei, orang itu sepertinya sudah melakukan tindakan jahat' setelah melihat seseorang pulang dengan baju penuh darah bersama kapak dan karung yang diseret ke lantai, meninggalkan jejak kemerahan di lantai.

Aku melirik kearah Uzui-sensei. Apa-apaan dengan ekspresi wajahnya yang sulit ditebak?

"Maaf, kau harus menyaksikan itu semua tanpa bisa melakukan apa-apa" Aku terlalu lelah untuk membalas kalimatnya. Ia terlihat berjalan kearahku, kemudian tangannya yang besar mengelus pucuk kepalaku.

"Kali ini, sabarlah. Nanti malam, semuanya akan selesai" Uzui-sensei memberikan tatapan yang tak bisa ku deskripsikan.

Ah. Kapan terakhir kali seseorang menatapku dengan tatapan lembut seperti itu?

Author's POV

Yuki merasakan badannya dipeluk oleh lengan besar, dengan kepalanya disandarkan di dada sang lelaki. Mendengarkan detak jantungnya yang juga, melaju cepat untuk alasan apapun itu.

Ragu, namun perlahan-lahan, Yuki melakukan hal yang sama, tanpa sadar, mengeratkan pelukannya sambil terisak.

"Yuki-kun, apa kau mau ikut denganku ke kantor polisi?" Uzui merasakan gelengan pelan dari Yuki, "aku akan diberikan hukuman jika tidak langsung pulang"

"Baiklah, biar aku yang mengurusnya semua"

Uzui Tengen's POV

Ah.. Aku tahu sekarang Yuki-kun sedih. Dan memikirkan hal ini bukan sesuatu yang pantas menurutku.

Tapi maksudku, apa kau bisa menyalahkanku? Aku kan juga laki-laki. Ini juga pertama kalinya   aku memeluknya, bahkan Yuki-kun melakukan hal yang sama. Bagaimana bisa aku tenang?

Seandainya saja dia bukan murid yang paling kuhormati.. Yah, baiklah. Aku sebaiknya berhenti berfikiran seperti ini.

Author's POV

"Ah.. Sial" Gumam Yuki sambil menyirami air mukanya, ia menatap ke cermin, melihat mata dan hidungnya yang masih merah karena menangis tadi.

Helaan nafas keluar dari mulutnya, "yah. Begini sudah cukup untuk tidak disadari, seharusnya" Ujarnya, ia pun berjalan keluar dari toilet, menuju ke kelasnya.

RE: Your Voice||Uzui Tengen ONHOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang