Chp 14

251 45 10
                                    

Author's POV 

"Lepaskan" Giyuu menepis tangan Sanemi, memperbaiki jaketnya, "aku punya alasanku sendiri, mengapa aku melakukan itu," Sanemi menggertakkan giginya, "sebaiknya itu alasan yang masuk akal, bajingan. Apa kau tidak memikirkan perasaan Uzui jika ia tahu tindakanmu?!" Bentak Sanemi

"Aku tidak perlu menjelaskannya kepadamu, Shinazugawa," mata birunya menatap sobatnya, wajahnya yang tanpa ekspresi, entah mengapa membuat badan Sanemi menjadi waspada, "kau paham mengapa aku melakukan hal ini, Shinazugawa. Karena..," Jari telunjuknya mengarah ke Sanemi, "kau sendiri juga, berfikir untuk melakukan hal yang sama" Lanjut Giyuu

"Haaahh..? Jangan bercanda! Aku bukan orang bodoh sepertimu yang tidak memikirkan dampak yang akan terjadi kedepannya--" , "mungkin, mungkin kau tidak berfikir untuk melakukan tindakan yang sama sepertiku. Tapi aku dapat mengatakan bahwa, ada saat dimana kau--merasa senang karena Yuki kehilangan ingatannya" Jelas Giyuu

Giyuu berjalan kearah Sanemi, "jika Yuki tidak mengingat apapun dari kehidupan sebelumnya, itu akan memberikan kita kesempatan yang lebih besar dibandingkan dulu, ia sama sekali tidak peduli apapun kecuali Uzui sendiri. Tapi sekarang, itu bukan masalah lagi. Bukankah kau juga berharap bahwa suatu hari dia akan memandangmu dengan tatapan yang ia berikan kepada Uzui dulunya?" Tanya Giyuu

Tangannya mengepal, ingin ia membalas kalimat Giyuu namun diam-diam ia mengakui semua kalimat yang baru saja dilontakan kepadanya, "dia tidak memerlukan ingatan sebelumnya, bukankah kau berfikir demikian?"

Sanemi menarik nafas dalam, menghembuskannya, matanya kini berani menatap balik Giyuu, "Uzui sekarang sudah berubah. Apa kau tidak melihat perjuangannya berusaha memberikan apapun yang dapat membuat Yuki bahagia? Dia mengerti apa yang terjadi di kehidupan sebelumnya, maka dari itu dia melakukan semua ini--" , "bukankah itu karena dia merasa bersalah?" Potong Giyuu

"Kau tahu, Uzui merasa bahwa kematian Yuki adalah kesalahannya sepenuhnya. Aku tidak bisa mengatakan apapun mengenai itu, karena dia-lah yang mengajari Yuki segala dasar untuk bertahan hidup melawan iblis. Ia merasa, Yuki mati karena ajarannya yang tidak sempurna"

Seolah-olah waktu berlambat, satu per satu kalimat yang terdengar seperti omong kosong di kepala Sanemi, kini tertanam di kepalanya, "kau mengerti maksudku? Meski Yuki mendapatkan ingatannya kembali, Uzui tidak memandangnya sebagai perempuan. Yuki tidak punya kesempatan sama sekali untuk perasaannya terbalaskan oleh Uzui. Semuanya akan tetap sama seperti sebelumnya. Apa kau ingin Yuki terluka lagi, dengan orang yang sama?" 

"A.. Apa yang sensei katakan itu fakta..?" 

Bersamaan, kedua lelaki itu menoleh--melihat sosok Yuki yang berdiri didepan kantor guru, mengapa mereka begitu ceroboh untuk lupa menutup rapat pintu ruangan guru?

"Su-Suzumiya, sejak kapan kau..?" , "saya kira saya terkena masalah karena saya mendengar nama saya disebut oleh suara familiar. Jadi saya diam-diam datang kesini sambil... Uh, ini bukan sesuatu yang saya perkirakan akan terjadi--Saya permisi dulu!" Dengan cepat, Yuki berlari dari pergi dari tempat itu, meninggalkan Sanemi dan Giyuu melongo ditempat. 

Helaan nafas kasar keluar dari mulut Sanemi, ia mengusap mukanya, bagus. Dia pasti akan membenciku dua kali lipat jika ingatannya kembali...

Tak menyadari kakinya sendiri telah mengantarnya kembali kedalam kelas, "ah, Yuki-san! Tadi  pergi kemana?" 

Yuki berdiri di pintu tersebut, menatap teman-temannya yang sedang berkumpul dan duduk, berbincang-bincang dengan santai, 

Firasatku mengatakan pandangan ini bukan hal yang asing.. Apa memang ada hubungannya dengan yang dibahas oleh Shinazugawa-sensei..?, batin Yuki

RE: Your Voice||Uzui Tengen ONHOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang