Chp 8

363 58 21
                                    

Ramaikan kolom komentar woi:(
-------------
Author's POV

Yuki menghela nafas pelan sambil mencuci piring. Sekali-kali ia melirik kearah pria yang dengan santainya sedang duduk di sofa, dengan sebatang rokok di genggamannya.

Kadang ia berfikir, kapan dia mati? Padahal ia terlihat merokok lebih dari satu kotak dalam sehari, tapi seolah-olah tidak memberi dampak sama sekali ke tubuhnya. Ditambah belasan botol minuman beralkohol di atas meja, membuatnya makin bingung, kenapa pria itu masih bisa hidup.

Mata merahnya melirik ke jam dinding yang tua, sudah jam 6 lewat 55. Detak jantungnya makin melaju cepat. Malam sejak tadi sudah tiba, namun tidak ada tanda-tanda bahwa petugas akan datang. Tentunya, Yuki tak tahu bahwa sebenarnya hari ini petugas akan berdatangan kerumahnya tepat pada jam 7. Membuatnya makin gelisah.

"Ahㅡ!" Bunyi nyaring keras diciptakan dengan piring yang terjatuh ke wastafel itu. Terburu-buru, Yuki memeriksa piring itu, yang untungnya tak pecah.

"Anak sialan, Apa kau tidak bisa melakukan satu hal yang benar?!" Tersentak, Yuki menurunkan tatapannya melihat sosok pria itu melangkah kearahnya dan menarik kerahnya, "aku tidak sengaja.." , "haah?! Aku tidak peduli soal itu! Seharusnya kau langsung minta maaf! Kau bodoh ya?!" Badannya terdorong ke lantai, erangan sakit keluar dari mulutnya,

"hentikan.." Gumam Yuki sambil menutup mukanya dengan kedua lengannya.

"Kau berani memerintah sekarang?" Botol kaca yang ada di genggaman pria itu, ia pukul ke kepalanya, Yuki berterima kasih, hanya lengannya yang terluka. Meski botol kaca itu hancur, pria itu kini menggunakan kepalan tangannya.

Tak lama kemudian, ia merasa pukulannya berhenti. Ia mengintip dari balik lengan yang menutupi mukanya, "lepaskan bajumu sekarang atau aku akan memaksmu" , "tidak" potong Yuki

"KAU--!" Lengannya tertarik, kemudian jaketnya dilepas atau lebih tepatnya dirobek secara paksa, "DASAR ANAK SIALAN!" , "lepaskan!" Yuki menendang perut lelaki itu, kemudian segera mendorongnya, miris, rambutnya tertarik dari belakang, kemudian dua tangan besar mencekik lehernya dengan kuat, "ha.. Aku bisa menguburmu di belakang jika aku mau, kau tahu?" Satu tangannya ia lepas untuk merobek paksa kaos Yuki.

Perlahan, penglihatannya kabur, air mata mulai keluar menetes dari manik merahnya. Seolah-olah seperti lonceng surga, terdengar ketukan di pintu, "apa ada orang didalam? Kami ingin berbicara dengan Suzumiya Haku"

Spontan, pria itu melepas cekikannya, kemudian menarik paksa Yuki dan mendorongnya kedalam sebuah lemari semacam gudang di dekat TV, ruang tamu, "kalau kau keluar, akan kupotong lidahmu" Itulah yang Haku katakan sebelum ia menutup pintu lemari itu.

Yuki mengambil nafas dalam-dalam, melihat dari sela-sela kecil di pintu, melihat ayahnya berbicara dengan beberapa petugas. Pendengarannya ia tajamkan, ".. Ngomong-ngomong, kami juga perlu berbicara dengan putri anda, Suzumiya Yuki"

"Ah, dia belum pulang. Katanya, dia ingin pergi ke rumah temannya sebentar setelah pulang sekolah"

Yuki menggigit bibir bawahnya, apa ia harus berteriak minta tolong? Tapi bagaimana jika gagal? Yang ada dia akan merugikan orang lain dan dirinya sendiri.

"Tolong.." Gumam Yuki sambil menyandarkan kepalanya dipintu itu.

"Aah. Sumimasen, boleh kami masuk?" Mata Yuki melebar, melihat orang itu, "kira-kira kapan Putri anda pulang, Suzumiya-san?" , "ah.. Entahlah, dia kadang lupa waktu. Anda bisa kembali kapan saja.." , "begitu? Terima kasih banyak atas waktunya"

Rasanya jantungnya diremas melihat polisi itu mulai berjalan keluar, "U-Uzui-sensei.." Cicitnya

"Ah, tunggu sebentar" Uzui memutar kembali, perlahan langkahnya berjalan kearah lemari itu, "aa.. Anda tidak boleh membuka itu! Itu penuh dengan barang privasi mediang istri saya. Jadi--!" , "ah, sumimasen kalau terkesan kurang sopan. Tapi, kami punya wewenang untuk memeriksa, bukan?" Tanya Uzui sambil menatap kearah kedua petugas polisi itu, ia diberi anggukan.

RE: Your Voice||Uzui Tengen ONHOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang