Chp 16

251 41 5
                                    

Heck. Kok votenya tiba-tiba meroket lol:v. gg.

Thankies~

--------

Author's POV

"Ah.. Mungkin memang lebih baik buatku untuk tidak mengingat sama sekali.." Perasaan yang sama seperti dahulu. Mungkin situasinya berbeda, tapi ada suatu kemiripan didalamnya. Suzumiya Yuki, sekali lagi--menahan perasaan yang telah tumbuh kembali didalam hatinya.

Dan itu sama sekali tidak menyenangkan. Ditambah ia tinggal cuman berdua dengan Uzui, sangat tidak membantu proses untuk 'move on' bila dibahasakan secara modern.

"Ada apa? Apa kau masih merasa tidak baik? Aku bisa meminta Shinazugawa untuk memberikan izin sakit buatmu" Yuki menolehkan kepalanya dengan cepat, melambaikan tangannya dihadapannya, tanda menolak saran guru seninya, "tidak, tidak. Aku baik-baik saja. Lagipula, ini masih awal semester, kalau sakit, aku akan baru mengambil izin ketika semester ganjil sudah mau berakhir"

"Tidak baik menahan diri kalau benar-benar sakit. Jangan sembunyikan apa-apa, kalau kau merasa kurang sehat, beritahu saja aku" Ucap Uzui

"Aku tahu" Potong Yuki, membuat Uzui meliriknya diam-diam. Ingin ia melanjutkan pembicaraan, tetapi sepertinya ia bisa menyimpannya lain waktu. Kini ia fokus mengendarai mobil kembali ke apartemen, yang kini sudah berada didepan mata.

Ah.. Aku harus bersiap-siap untuk menghadapi situasi yang sangat canggung..., batin Yuki sambil menatap keluar jendela.

Mobil tersebut berhenti dengan sempurna ditempat parkiran bawah tanah apartemen itu. Yuki, yang masih tenggelam dalam pikirannya seperti biasa, berjalan dibelakang Uzui tanpa mengeluarkan suara. Uzui yang melihat Yuki berjalan sangat lambat, dibandingkan dirinya yang memiliki kaki panjang bak tiang listrik, terhenti sebentar menunggu Yuki berada disampingnya, kemudian menggenggam tangannya perlahan.

"Tengen-sama?" , "kau jalan seperti orang mati saja. Bisa-bisa kau malah menabrak dinding karena hal itu" Komentar Uzui

Yuki menatap kikuk gurunya, pada akhirnya membiarkan tangan besar Uzui menarik tangannya sambil keduanya berjalan dalam kesunyian. Sekali-kali Yuki melirik kearah Uzui yang hanya diam menatap kedepan.

"Yuki-kun" , "ha'i?" Uzui menatap Yuki sebentar kemudian kembali mengalihkan pandangannya, "tidak, bukan apa-apa"

Apa-apaan sikapnya yang seperti gadis SMA labil..., batin Yuki

Yuki sendiri, berusaha mengalihkan pikirannya dengan memperhatikan sekitarnya, menatap poster-poster yang terpasang, "kerja paruh waktu..." Gumamnya

"Kau tidak perlu melakukan itu," Yuki menatap bingung Uzui, "apa?" , "kerja paruh waktu maksudku. Kau tidak perlu melakukan itu" Ucap Uzui

"Tidak.. Lagipula umurku masih belum cukup satu tahun" Balas Yuki

"Ya kalaupun sudah cukup, tidak usah" Kata Uzui.

Tapi mungkin aku bisa mengumpulkan sedikit modal sebelum kuliah jika bekerja kan?..., pikir Yuki

Masuk kedalam lift, Entah karena efek setelah pingan, ia merasakan kepalanya seolah-olah dimasukkan kedalam mesin cuci dan diputar berulang kali. Menyandarkan kepalanya ke dinding, merasakan sensasi dingin di lift itu, "ugh.. Rasanya otakku lebih lelah dibandingkan saat belajar matematika.." Gumam Yuki

Ngomong soal matematika, besok ada.. Jam pertama.. Ugh, malas aku aku mengingatnya..,

Tenggelam dalam pikirannya, Yuki tak menyadar Uzui, "ngomong-ngomong, apa kau ada masalah dengan Shinazugawa?" Pertanyaan yang membuat Yuki salah tingkah, "uh, tidak. Bukan masalah yang besar sebenarnya.. Mungkin aku yang berlebihan" Jawab Yuki

Lift berbunyi. Menandakan telah sampai di lantai tujuan, keduanya segera melangkah keluar, Yuki mempercepat langkahnya, merasa tak sabar untuk segera melemparkan dirinya ke tempat tidur, "kau payah dalam berbohong, Yuki-kun" Timpalnya, "tidak usah menunjukkan kekuranganku yang dapat dilihat dengan jelas" Potong Yuki

"Tidak usah pikirkan, Shinazugawa memang tidak bisa menyaring keluar kalimatnya dengan baik. Jadi jangan masukkan kedalam hati, apapun yang dia katakan kepadamu"

Menata sepatunya diatas rak dengan rapi, Yuki meletakkan sepatunya tepat disamping milik Uzui,

sepatu Tengen-sama besar sekali.. Ya jelaslah, tidak mungkin dia menggunakan sepatu yang ukurannya sama dengan punyaku..., batin Yuki

"Ah.. Tidak. Sanemi-sama tidak mengatakan apa-apa. Lebih tepatnya.. Dia berusaha memberikanku saran" , "saran?" Yuki mengangguk pelan, ia duduk dilantai, menyandarkan dirinya di sofa,
"dia berusaha memberikanku saran. Aku salah paham mengenai saran yang ia berikan kepadaku, sepertinya aku tidak sengaja.. Bertindak tidak sopan ke dia" Tutur Yuki

Uzui menaikkan satu alisnya, "memangnya dia menyarankan apa?"

"Apa aku harus memberitahu Tengen-sama?" Bukan, Yuki tidak bermaksud kasar, hanya saja gadis itu memang ketika berbicara, terkesan sangat dingin, ditambah dengan caranya yang menoleh dan menatap Uzui sendiri, membuat Uzui merasa seharusnya tidak mempertanyakan hal itu,

"ah, tidak.. Kalau kau tidak mau memberitahukan ku, tidak apa-apa.." Suara Uzui mengecil perlahan-lahan ketika menyelesaikan kalimatnya,

"Aku mendengar Sanemi-sama berbicara dengan Giyuu-sama, mereka berusaha membuatku tidak mengingat kehidupan sebelumku" Jelas Yuki

Seolah-olah kehidupan Uzui terhentikan, ia menarik kembali dirinya sendiri, memproses perlahan-lahan kalimat yang baru saja diucapkan oleh Yuki dengan santainya, "bagaimana? Tidak.. Kenapa?"

"Ah.. Aku juga tidak tahu" Tentunya, itu adalah suatu kebohongan. Tapi tak mungkin Yuki mengatakan alasan sebenarnya, "intinya, aku tahu, Giyuu-sama yang merobek isi buku sketsaku, karena banyak hal yang berhubungan dengan kehidupan sebelumnya didalam situ, yang kugambar tanpa sengaja, tentunya" Jelas Yuki panjang kali lebar.

Sesaat Yuki selesai mengakhiri ceritanya, hanya kesunyian yang memenuhi ruangan itu, tak lama kemudian, Uzui merasakan amarah yang perlahan-lahan meningkat didalam tubuhnya.

Bukan, bukan hanya amarah. Kecewa, dan bingung, berada didalam dirinya juga.

Rasanya ia dikhianati oleh rekan-rekannya sendiri. Ia mengira selama ini kedua lelaki itu mendukung untuk memulihkan ingatan Yuki yang sebelumnya, apakah dia sendiri yang menyimpulkan semuanya sendirian?

Ia tidak tahu, tapi Uzui tahu pasti bahwa, esoknya ia harus menemui keduanya secara privat. Uzui memutuskan untuk masuk kedalam kamarnya tanpa mengatakan apa-apa, takut ia akan salah bicara jika ia sekarang mengutarakan pendapatnya ke Yuki.

Yang ia lupakan, Yuki sendiri bisa mendengar detak jantung orang lain, dan gadis itu terdiam di tempatnya dengan keringat dingin bercucuran , tidak berani berbicara ke Uzui ketika mendengar detak jantung Uzui yang memainkan melodi penuh amarah.

"Tengen-sama?" Panggil Yuki, membuat Uzui terseret kembali ke dunia nyata, Uzui dengan cepat merendam emosinya dan mengembalikan ekspresi wajah biasanya, "ah, mandi dulu, Yuki-kun. Aku akan membuat makan malam" Tutur Uzui segera membelakangi Yuki, berjalan kedapur. 

Kenapa setiap ada masalah terselesaikan, ada lagi masalah baru?..., gerutu Uzui dalam hati

----------

karena hidup itu emang berat, om ujui

xoxo,

yuyu

RE: Your Voice||Uzui Tengen ONHOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang