"Part 2"

850 121 59
                                    

23 Desember 2014, Jerman.

"Kenapa kita tak merayakan Natal di sini sih" Racau seorang wanita sepanjang antrian di mana mereka akan melakukan Cek-in pesawat menuju Seoul korea Selatan.

"Ayahmu menyuruh kita kembali, ada sedikit pekerjaan yang harus ku lakukan!" Ujar pria yang menjadi tempat wanita itu merengek.

"Kau belum memberitahu ayahku jika kau ingin memulai bisnismu sendiri euh? Lagian kenapa dia harus menganggu putri dan menantunya yang sedang bulan madu pertama sih. Bukankah kakakku bisa menanganinya sendiri" Sejeong terlihat merajuk.

Sehun merangkul wanita yang kini menjadi istrinya seminggu yang lalu, setelah mereka menjalin hubungan selama 8 tahun terakhir sejak Sejeong menginjakkan kaki di sekolah menengah akhir dan Sehun berada di bangku perkuliahan pada semester awal sampai Sejeong meraih gelar Sarjananya satu tahun yang lalu, Sehun dan Sejeong akhirnya memutuskan menikah.

"Aku mencintaimu," Bisik Sehun, agar istrinya berhenti merajuk.

"Bohong, kau lebih mencintai ayah mertuamu itu" ujar Sejeong.

"Baiklah, bagaimana jika sesampai di Seoul kita melakukan hal itu lagi? Bukankah kita selalu gagal di sini" bisik Sehun menggodanya dan membuat Sejeong tersenyum lalu mengangguk.

Selang beberapa menit, Sejeong terlihat panik mencari salah satu kopernya.

"Sayang, sepertinya aku melupakan Koperku di lobi hotel," Ujar Sejeong panik.

"Koper itu adalah oleh-oleh untuk Ayah dan ibu mertua,"

"Kenapa aku tak bisa melakukan hal dengan baik sih, aku hanya ingin menyenangkan orangtuamu. Karena kau selalu menuruti keinginan ayahku tapi aku malah..." Sejeong kini menangis dan terus menyalahkan dirinya.

Sehun menengok jam tangannya, "20 menit lagi pesawat kita akan terbang," Tutur Sehun.

"Sejeong-ah, kau naiklah duluan. Aku akan menyusul mu di penerbangan selanjutnya, aku akan kembali ke hotel dan mengambil koper mu" usul Sehun.

"Nggak mau, ayo kita kembali ke hotel bersama!" Tutur Sejeong yang tak ingin meninggalkan Sehun sendirian.

"Aku akan naik motor, agar bisa menghemat waktu. Kau berangkatlah lebih dulu eum?" Sehun meyakinkannya sekali lagi.

"Baiklah, jangan ngebut dan cepatlah kembali. Aku akan menunggumu di bandara Incheon" tutur Sejeong.

Sehun mengangguk mengerti lalu berjalan pergi, namun belum 5 meter dia membalikkan badannya dan kembali untuk memeluk Sejeong dan mencium keningnya. Ada rasa gundah dan berat hati meninggalkan istrinya sendirian pulang ke seoul tapi Sejeong yang selalu tersenyum itu mengusir kegelisahannya.

"Aku mencintaimu," bisik Sehun sebelum benar-benar pergi.

2 Jam kemudian, Sehun sudah bersiap-siap untuk mengantri masuk ke pesawatnya. Tiba-tiba ponselnya berdering.

"Halo, sayang! kau sudah sampai?" Tanya Sehun.

"Kak, hiks~" Suara tangis itu bercampur rasa takut yang kini berbisik di telinganya.

"Ada apa? Kenapa kau menangis?"

"Aku minta maaf, aku benar-benar minta maaf" Ujar Sejeong.

Koper di tangan Sehun terlepas ketika dia mendengar pengumuman penundaan penerbangan pesawatnya karena cuaca buruk, dan juga tentang pesawat yang di tumpangi Sejeong mengalami kerusakan mesin karena menabrak gunung es yang tertutup kabut ketika memasuki wilayah negara korea selatan.

"Sejeong tenangkan dirimu, semua akan baik-baik saja eung?" Sehun mencoba menenangkan istrinya tapi terlihat jelas bahwa saat ini dia lebih takut.

"Aku takut," Bisik Sejeong.

"Aku Ada Disini" (The End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang