20-One step closer

8.2K 589 24
                                    

Meika dan Hardanies berjalan mendekati balkon kamar putrinya,padahal baru saja mereka tiba dari Jakarta,tapi Zahra sudah meminta untuk bertemu. Gadis itu tengah tersenyum melihat langit senja yang mulai meyapa.

"Nak" Zahra menoleh kebelakang, orang yang ditunggunya sudah datang, ia makin tak sabar memberitahu kabar yang akan ia sampaikan. Zahra mempersilakan mereka untuk duduk dikursi yang telah ia sediakan. Meika tersenyum kikuk dengan sikap anak gadisnya sekarang. Selalu melempar senyum,tak seperti biasanya

"Tumben sekali kamu seperti ini,ada apa?" Tanya Hardanies yang juga merasakan keanehan pada sikap Zahra

"Apa yang Ayah dan Bunda inginkan akan Zahra kabulkan malam ini"

Mereka menautkan kedua alisnya satu sama lain,semakin bingung dengan kalimat yang diucapkan Zahra, andai Zahra tau bahwa banyak sekali keinginan mereka terutama Hardanies

"Maksud kamu?"

Zahra menarik tubuhnya kemudian membisikan sesuatu ditelinga Mereka bersamaan. Setelah itu senyum lega terpancar dari ketiganya bahkan Hardanies sampai memeluk Zahra erat

💫💫💫

"Kapan Arfan mau kesini ra?" Aditya melepaskan gendongan V kemudian duduk dikursi makan dan mulai mencomoti beberapa hidangan

"Iih.. pamali tau ngambil makanan langsung gitu, gak sopan" semprot Zahra seraya mencubit lengan Adit

"Lu tau apasih ha?"

"Bundaaaa" teriak Zahra sambil berlalu dari hadapan Adit karena harus mengambil beberapa menu lagi

"Heuu ngadu teruuss, dasar bungsu" setelah kembali, Adit memeberikan cubitan kecil pada hidung Zahra

"Apasih ah,awas panas niih" setelah menyimpan sayur sop ayam,Zahra duduk dikursi dan berhadapan langsung dengan Adit

"Eh.. lu adik gue tapi udah punya calon, lah gue kaka nya masih alone"

"Awas aja kalo sampe gue gagal nikah gara-gara lo"

"Lah Kok gara gara gue?"

"Yaiyalah kan gak lucu kalo gue gak jadi nikah karena lo gak mau dipingkal sama gue" Aditya tersenyum sambil menaikkan alis kirinya,seolah memberikan pesan tersirat untuk Zahra

"Ngapa lu senyam senyum gitu,ikhtiar sana buat cari jodoh"

"Ra,Arfan kesini jam berapa? Kamu kok belum siap siap" ucap Meika,otomatis Zahra memutar kepalanya 45 derajat menatap jam dinding. Tadi Arfan mengiriminya pesan bahwa ia akan datang bersama keluarganya pukul 8 malam,dan ini sudah menunjukkan 7 lewat 42 menit.

"Jam 8 bun,Zahra siap siap dulu ya" karena bi Fani masih libur akhirnya mereka yang memasak hidangan malam ini, walaupun Meika terlihat kecapean karena baru pulang dari Jakarta tapi hampir tidak terlihat karena kebahagiaan yang begitu tulus darinya

Setelah tiba dikamar, Zahra mengunci pintunya, hatinya mulai berdebar tak karuan. Baju seperti apa yang harus dipakai? Hijab mana yang cocok? Kenapa rasanya seperti orang yang akan tampil pada acara besar, apa karena dia akan menghadapi calon mertuanya?

Ha? Apa? Calon mertua?

Rasanya Zahra geli mendengar ummi Fatimah adalah calon mertuanya, ia tertawa sambil memilih baju yang akan ia kenakan malam ini. Sudah hampir 10 menit waktu terbuang, tapi Zahra masih bingung, ia beristighfar dalam hatinya ia memohon pertolongan pada Allah,agar semuanya berjalan lancar semoga jawaban yang ia pilih tak salah, semoga memang benar, Arfan adalah orang tepat untuknya

Akhirnya Zahra sudah siap dengan setelan gamis putih bercorak,inget yaa bercorak jadi Zahra nggak takut. Lengkap dengan hijab hitam andalannya, polesan make-up tipis memberikan kesan manis pada dirinya


Sujud Terakhirku [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang