33-Ikhtiar sebelum bertawakal

9.1K 566 18
                                    

Jangan lupa vote dulu ya hehe

Setelah 3 hari mendapat pemberhentian sementara,pria itu kembali di tempat bekerja dengan perasaan ragu untuk keluar dari mobilnya. Mungkin tinggal beberapa hari lagi ia akan menginjakkan kaki disini

Pembelaan seolah tak pernah berpihak padanya, entah masalah macam apa yang mengharuskannya keluar dari profesi. Semua orang menyudutkannya, semua orang seperti melihatnya monster. Terkadang memang 1000 kebaikan akan terhapus hanya dengan 1 kesalahan. Tunggu, dimana letaknya bersalah? Sudah beberapa kali berusaha membicarakan masalahnya namun Dekan tetap memberikan vonis dan mahasiswi itu tetap menginginkannya untuk keluar

Arfan melangkahkan kakinya menuju kelas yang akan ia isi pagi ini. Sebelumnya ia berpapasan dengan Daffa di area parkir

Sepertinya dia akan pergi,

namun tiba-tiba saja kejadian kemarin membuat hatinya masih kesal sehingga ia hanya memberikam senyuman tipis

Astaghfirullah

"Loh, bapak kok disini?" Tanya seorang mahasiswa yang sedang berdiri didepan papan tulis

"Ya, hari ini,kan jadwal saya"

"Gak tau diri banget dosen itu, padahal sudah jelas dia dikeluarkan,"

"Ganteng sih, tapi suka main fisik"

Sayup-sayup ia dengar umpatan mahasiswa yang tidak suka dengan kehadirannya. Arfan melanjutkan langkahnya dengan percaya diri, karena ia yakin bahwa dirinya tak pernah melakukan seperti yang dituduhkan

💫💫💫

Pak Daffa
Saya sudah dihalaman rumah kamu

Zahra
Oke pak, aku segera kesana

Hari ini mereka akan bertemu dengan mahasiswi yang diduga menjadi korban atas perbuatan suaminya. Kemarin sore, ia sangat senang karena Daffa berhasil menemukan tempat tinggal perempuan itu.

Sesampainya di mobil ia melihat Tiara juga ikut, ia semakin tenang karena tidak terlalu berduaan dengan laki-laki yang bukan mahromnya. Zahra duduk bersebelahan dengan Tiara di kursi tengah.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Tiara

"Alhamdulillah, baik bu. Ibu sendiri bagaimana?" Jawab Zahra disertai senyuman gugup

"Alhamdulillah"

Setelah itu tidak ada lagi perbincangan berarti antara mereka. Zahra sibuk memikirkan bagaimana jika nanti dia bertemu dengan mahasiswi itu? Bagaimana ketika dia melihat luka-luka yang diakibatkan suaminya sendiri. Aahh tidak! Tidak!! Suaminya tak pernah melakukan hal semacam itu. Ia harus bisa membujuk agar perempuan itu mau mendengarnya untuk mencabut tuntutan pada Dekan

"Ibu yakin tidak mau ikut?" Tanya Zahra setelah mereka tiba disebuah perumahan daerah Bandung

"Iya, saya menunggu disini saja. Semoga berhasil ya"

Daffa berjalan terlebih dahulu dan Zahra mengekor dibelakangnya. Mereka sampai disebuah rumah tingkat berwarna Abu-abu

"Apa pak Daffa yakin ini rumahnya?"

"Ya"

Daffa menekan tombol bel rumah. Hanya membutuhkan waktu 2 menit sang pemilik rumah keluar, Daffa mempersilakan Zahra untuk didepan agar memudahkan mereka berkomunikasi

Sujud Terakhirku [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang