O2. Mahesa

188 79 39
                                    


Pukul 06.40 WIB, pria kelahiran Bandung ini masih bersantai di atas ranjang berukuran king size. Dia Mahesa, Mahesa Taruna Sanjaya. Mahesa yang notabenya sebagai pelajar SMA, tidak sewajarnya masih bersantai di rumah. Namun, sudah menjadi candu untuk Mahesa jika setiap hari selalu telat.

Tok tok
Klek
"Den Mahesa, sudah mau jam 7. Nanti telat lho!" kata Bi Ana selaku asisten rumah tangganya sembari membuka gorden kamar Mahesa.

"Tolong panggil adek Bi!" pinta Mahesa yang masih saja berbaring di kasur dengan keadaan tengkurap.

"Adek udah bangunin aden dari tadi, tapi adennya ga bangun-bangun katanya. Jadinya adek berangkat sama Pak Indra," jelas Bi Ana.

"Dih! Curang itu. Masa Mahesa ditinggalin. Bi siapin baju Mahesa ya!" ucap Mahesa lalu buru-buru untuk mandi dan bersiap.

Bagi Bi Ana, Mahesa dan adiknya sudah menjadi anaknya sendiri. Menurut Bi Ana, Mahesa anak yang baik, juga sopan kepada yang lebih tua. Namun tidak untuk Ayahnya. Mahesa seperti menyimpan dendam ke Ayahnya.
Selesai mandi dan bersiap, Mahesa bergegas turun dan pamit ke Bi Ana. Perlu diingat, Mahesa tidak bisa pakai dasi. Jangankan dasi, bajunya saja tidak pernah dimasukkan ke dalam celana. Kalau di tegur guru Mahesa selalu menjawab dengan candaan.

"Bi, Mahesa berangkat dulu ya," pamit Mahesa kepada Bi Ana lalu berlari menuju motornya yang berada di luar rumah.

"Tunggu den, ini bekalnya jangan lupa dimakan. Aden kebiasaan ga sarapan sih, makanya bibi bikinin bekal," kata Bi Ana membuntuti Mahesa, dan menyodorkan kotak bekal berwarna kuning.

"Heheh, makasih banyak ya Bi. Yaudah Mahesa berangkat ya. Assalamualaikum," Mahesa mulai melajukan motornya menuju SMA Pramestara.

"Waalaikumsalam," jawab Bi Ana.

>_<

Sudah pukul 06.55 WIB, namun Mahesa masih di jalan bersama motor kesayangannya. Di perjalanan, Mahesa melihat 2 anak kecil di depan halte. Anak kecil yang laki-laki berjualan koran, dan yang perempuan berjualan kue-kue. Mahesa berniat untuk mampir sebentar.

"Dek, kuenya berapaan? Korannya juga berapa?" tanya Mahesa.

"Kuenya ada yang 2.000 ada yang 3.000 kak. Kalau korannya 5.000 satu. Kakak mau yang mana?" jelas anak kecil yang laki-laki.

"Yang mana aja deh, yang enak pokoknya. 15 kue ya, korannya yang berita terbaru," ucap Mahesa.

Anak kecil perempuan langsung membungkuskan kue untuk pelanggannya. Dan yang laki-laki mengambilkan koran. Selesai membungkus, anak kecil itu langsung memberikan kepada Mahesa.

"Ini kak. Kuenya jadi 35.000, korannya 15.000 kak," ucap anak kecil itu sambil menyodorkan bungkusan plastik berisi kue-kue juga 3 buah koran.

"Sebentar ya," Mahesa mengambil kue dan koran, lalu dikaitkan di pengait motor. "Ini uangnya, kembaliannya ambil aja buat kalian tabung," Mahesa menyodorkan selembar uang berwarna merah.

"Yang bener kak?" tanya anak kecil yang laki-laki.

"Beneran. Udah ya, kakak berangkat dulu," ucap Mahesa.

"Makasih banyak kak. Hati-hati di jalan kak," kata kedua anak kecil itu.

Mahesa melaju kembali sampai ke sekolah. Bagi Mahesa, uang tidak ada artinya. Percuma ada uang kalau hidupnya tidak bahagia. Memang seperti itu kenyataannya. Yang dibutuhkan Mahesa adalah kasih sayang, bukan hanya uang.

Untuk KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang