Pelajaran sebelum istirahat diisi oleh Pak Edi selaku guru seni. Masing-masing murid ditunjuk untuk bernyanyi atau bermain alat musik. Banyak yang lebih memilih bernyanyi ketimbang bermain alat musik. Pertunjukan terakhir ditutup oleh Tio dengan permainan gitarnya. Seluruh murid memberi tepuk tangan untuk Tio.
"Kalian semua hebat!" puji Pak Edi.
"Makasih lho pak. Mereka semua belajar sama saya," sahut Abi bangga.
"Huuu,"
"Sok iye lo!"
"Pede gile!"
"Stt. Sudah-sudah. Sebentar lagi istirahat, kalian tunggu sam-"
Kring kring
"Tuh udah bel, kalian boleh istirahat. Bapak pamit," kata Pak Edi lalu pergi meninggalkan kelas.Seluruh murid berhamburan keluar, tersisa beberapa murid termasuk Kalea dan teman-temannya. Untuk hari ini mereka tidak ke kantin karena Kalea membawa kue bolu untuk dimakan bersama-sama.
"Twemweniwn gwe-"
"Telen dulu Qil!" kata Kalea. Yap! Itu suara Naqila yang mengunyah bolu dengan porsi besar.
"Hehehe. Temenin gue beli buku yuk," kata Naqila.
"Buat?" tanya Vara.
"Ya buat dibacalah! Lo cakep tapi ga pinter," jawab Naqila kesal.
"Sembarangan lo kalo ngomong," kata Vara.
"Lagi segala nanya," kesal Naqila. "Yukkk!" ajak Naqila memohon.
"Boleh, aku izin Kak Naren dulu," kata Litha yang langsung mengirim pesan ke Naren.
"Kapan gue punya pacar?" tanya Naqila ke dirinya sendiri.
"Lo cakep tapi jomblo!" ejek Vara.
"Gue bukan jomblo, tapi ga punya pacar!" kesal Naqila.
"Sama aja," jawab Vara.
"Ya jelas beda," bantah Naqila.
"Sa-"
"Udah stop!," Kalea melerai. "Iya nanti kita temenin," kata Kalea.
"Aaaaa makasih," kata Naqila senang.
Istirahat mereka yang di kelas saja dengan kue bolu dan sedikit cekcok antara Naqila dan Vara sangat seru. Mereka makin dekat, Kalea yang selalu jadi penengah antara Naqila dan Vara. Naqila yang tak mau kalah. Vara si tukang cari ribut. Sampai Litha yang diam-diam saja. Beruntung sekali mereka bisa kenal.
>_<
Toko buku yang berada di dalam mall ini tidak begitu ramai, sunyi seperti toko buku pada umumnya. Naqila kemari untuk mencari buku resep masak. Untuk apa? Entah. Kalea, Vara, dan Litha juga melihat-lihat buku seperti buku ensiklopedia, novel, buku tutorial, dan lainnya.
"Cari bukunya udah?" tanya Kalea yang menghampiri Naqila.
"Udah, yuk bayar," ajak Naqila.
Mereka berdua jalan ke arah kasir disusul Vara dan Litha.
"Totalnya lima puluh ribu," kata mbak kasir sambil menyodorkan plastik berisi buku yang dibeli Naqila.
Naqila menyodorkan selembar uang berwarna biru ke mbak kasir.
"Terima kasih! Semoga harimu menyenangkan!" ucap mbak kasir.
"Sama sama," kata Naqila.
Mereka berempat keluar dari toko.
Kryuk kryuk kryuk
"A-aku laper," kata Litha malu."Hahaha," tawa mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Kamu
Teen FictionPernah berjuang? Gimana rasanya? Jatuh bangun memang hal wajar dalam sebuah perjuangan. Namun tidak untuk Mahesa Taruna Sanjaya. Dalam prinsip hidupnya, ia harus selalu bangun dan tak pernah jatuh. Sampai sosok Kalea Sajani Vimala hadir dalam hidupn...