Pagi-pagi sekali, Papa Niko sudah berangkat ke kantor karena ada meeting mendadak. Dan menyebabkan Kalea harus berangkat sendiri. Kini Kalea berangkat dengan ojek online. Saat menuju sekolah, mereka dihadang oleh anak SMA lain.
"Pas banget ada anak Pramestara," Ucap ketua geng.
"Cewek cuy. Bolehlah pepet," ucap salah satu anggota geng tersebut.
Bisa dibilang, jalanan cukup sepi. Tiba-tiba Mahesa datang. Mahesa langsung turun dari motornya dan membantu Kalea juga tukang ojek.
"Lo mau ngapain? Jangan macem-macem!" kata Mahesa.
"Dih, siapa lo siapa gue? Suka-suka gue dong," jawab siswa yang berbadan kekar.
"Banyak bacot lo Mahesa!" kata ketua geng itu. "Serang!" perintah ketua geng.
Kini mereka bertengkar dan Mahesa dikeroyok oleh geng tersebut. Kalea dan tukang ojek teriak meminta tolong. Tiba-tiba, warga datang dan siswa-siswa itu berhenti mengeroyoki Mahesa. Mereka semua langsung pergi dengan cepat saat warga datang. Mahesa cukup babak belur, tapi ia masih sanggup berdiri.
"Kak Mahes gapapa?" panik Kalea yang melihat keadaan Mahesa.
"Gapapa Le," jawab Mahesa. "Pak, dia berangkat bareng saya aja. Ini uangnya pak," kata Mahesa sambil memberikan selembar uang lima puluh ribu.
"Mbaknya gimana?" tanya tukang ojek itu. "Ini juga kebanyakan mas duitnya," kata tukang ojek itu.
"Gapapa pak, ambil aja kembaliannya," kata Mahesa.
"Iya pak, saya berangkat sama dia aja. Makasih banyak ya pak," kata Kalea.
"Makasih juga mbak mas," jawab tukang ojek itu.
>_<
Kini mereka berdua berangkat bersama. Jam menunjukkan pukul 06.55 WIB. 5 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup.
"Kak, lima menit lagi masuk. Gimana kak?" tanya Kalea.
"Pegangan Le!" pinta Mahesa.
"Pundak kak?" tanya Kalea.
"Yaudah gapapa," jawab Mahesa.
Kalea nurut saja agar cepat sampai sekolah. Kalea berpegangan pada pundak Mahesa. Dan motor Mahesa melaju dengan cepat sampai sekolah. Mereka berdua cukup beruntung, karena gerbang sekolah belum ditutup rapat yang artinya masih ada peluang untuk mereka.
"Pak Damar, tunggu dulu pak," teriak Mahesa. Pak Damar langsung membukakan gerbang untuk Mahesa dan Kalea.
"Makasih pak," kata Mahesa dan Kalea saat melintas di depan Pak Damar.
Setelah menaruh motor di parkiran, Mahesa dan Kalea berlari menuju kelasnya masing-masing. Untuk kali ini mereka kurang beruntung karena ketahuan oleh Bu Ira.
"Heh kalian berdua!" tegur Bu Ira. "Mahesa lagi, kamu ga capek ibu marahin terus? Terus itu muka kamu kenapa?" tanya Bu Ira saat melihat Mahesa dan Kalea berbalik ke arahnya.
"Lah ibu ga capek marahin saya terus?" tanya Mahesa balik. "Tadi muka saya dilempar panci sama tetangga saya," kata Mahesa berbohong.
"Engga ada habisnya kalau saya ladenin kamu. Kamu anak baru, kenapa telat?" tanya Bu Ira ke Kalea.
"Tadi dia naik mobil kejebak macet bu, terus ketemu saya. Yaudah berangkat sama saya aja deh bu," kata Mahesa berbohong lagi.
"Kalian berdua, hormat kepada bendera sampai pertukaran jam!" kata Bu Ira tegas.
"Siap bu," kata Mahesa sambil menarik tangan Kalea.
Mereka berdua harus dihukum karena telat. Hari ini sama seperti kemarin, mataharinya cukup terik. Beberapa menit saat mereka dihukum, tidak ada yang membuka suara. Hingga Mahesa bertanya ke Kalea.
"Lo pelajaran pertama siapa?" tanya Mahesa.
"Pak Edi kak," jawab Kalea.
"Ohh, syukur deh ga galak-galak amat," kata Mahesa. "Lo ga bawa topi?" tanya Mahesa.
"Enggak kak," jawab Kalea.
"Lo tunggu sini," jawab Mahesa meninggalkan Kalea yang masih hormat ke bendera.
Selang beberapa menit.
"Nih pake topi. Panas banget hari ini," kata Mahesa sambil memakaikan topi di kepala Kalea.
"Eh, makasih banyak kak," kata Kalea. "Luka kakak masih sakit?" tanya Kalea.
"Gampang ini mah. Nanti tinggal di kompres aja," kata Mahesa.
"Oh oke," kata Kalea. "Maaf kak, kalo boleh tau, tadi itu anak SMA mana kak?" tanya Kalea penasaran.
"Mereka anak Geng Kompeni dari SMA Sentosa," jawab Mahesa. "Kalo lo ketemu Geng Kompeni, cepet-cepet kabur. Gue berharap lo ga ketemu mereka," kata Mahesa.
"Ohh oke kak," ucap Kalea.
Kring kring
Itu adalah bel pergantian jam. Saatnya Mahesa dan Kalea kembali ke kelas."Kak aku duluan ke kelas ya," kata Kalea sambil menggendong tasnya. "Ini topinya makasih banyak kak," ucap Kalea sambil memberikan topi ke Mahesa.
"Iya sama-sama," jawab Mahesa sambil menerima topi dari Kalea.
Kalea menuju kelasnya. Sampai di kelas, ia diserang beribu pertanyaan oleh Naqila, Vara, dan Litha.
"Kok lo bisa telat sih?" tanya Vara.
"Tadi gue berangkat naik ojol, ketemu anak SMA Sentosa, terus dihadang gitu deh," kata Kalea.
"Kamu gapapa Kal?" tanya Litha khawatir.
"Gapapa Tha, tadi gue ditolong Kak Mahes. Tapi dia ada luka gitu," kata Kalea.
"Terus Kak Mahes dimana sekarang?" tanya Naqila Panik.
"Tadi di pinggir lapangan," jawab Kalea.
"Gue ke Kak Mahes dulu. Kalo ada guru, bilang aja gue mules," kata Naqila sambil merogoh sesuatu di dalam tasnya dan membawa minumnya.
Naqila bergegas ke tempat Mahesa yang dikatakan Kalea. Ternyata ada teman-teman Mahesa. Naqila dengan beraninya, berjalan ke arah Mahesa.
Naqila berkata. "Kak Mahes,"
"Ila," kata Mahesa heran.
"Ikut Ila!" Pinta Naqila sambil menarik tangan Mahesa. Teman-teman Mahesa hanya bingung dengan tingkah Naqila.
Mahesa dan Naqila sedang duduk di bangku taman sekolah. Naqila membersihkan luka di wajah Mahesa dengan air minum dan tisu milik Naqila.
"Perih La," kata Mahesa kesakitan.
"Siapa suruh berantem?" ucap Naqila. "Makanya, lain kali gausah berantem-beranteman," kata Naqila.
"Biar jadi jagoan La," jawab Mahesa bercanda.
"Bodo amat," kata Naqila. "Liat Ila!" pinta Naqila.
"Jangan kenceng-kenceng La!" kata Mahesa saat Naqila menempelken plester di lukanya.
"Udah selesai, Ila mau ke kelas. Jangan berantem!" kata Naqila sambil meninggalkan Mahesa yang masih duduk di bangku.
Dari arah yang lumayan jauh, terdapat Nayala dan teman-temannya melihat kejadian Naqila dan Mahesa. Nayala sangat tidak suka dengan perbuatan Naqila.
"Liat aja Naqila, gue pastikan lo akan malu nanti," kata Nayala dengan senyum liciknya.
>_<
Semangat puasanya!
Vote komennya ayangie💗Salam cinta dari kembaran Jihyo💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Kamu
Teen FictionPernah berjuang? Gimana rasanya? Jatuh bangun memang hal wajar dalam sebuah perjuangan. Namun tidak untuk Mahesa Taruna Sanjaya. Dalam prinsip hidupnya, ia harus selalu bangun dan tak pernah jatuh. Sampai sosok Kalea Sajani Vimala hadir dalam hidupn...