Why it can be happen?

3.1K 153 3
                                    

Hina memutar bola matanya jengah, ia menarik pandangannya dari lelaki itu dan kembali menatap bir nya yang sekarang terlihat membosankan.

"Hai, sendiri?" Tanya seseorang membuyarkan lamunan Hina, ia melihat Lelaki asing itu. Tampan, pikirnya, walau masih kalah jauh dengan Keanu si brengsek itu. Oh ya ampun Hina menyanggah pikirannya. Bagaimana ia bisa membandingkannya dengan si brengsek itu.

"Iya." Hina ragu untuk menjawabnya, ia melirik kearah Keanu yang sekarang sedang mengobrol asyik dengan beberapa wanita seksi. "Maaf, apa aku mengganggumu?" Tanya lelaki itu. Hina menggelengkan kepalanya. Memang hanya lelaki itu yang bisa bersenang-senang.

"Nggak kok. Gapapa." Hina tersenyum manis. Lelaki itu tersenyum melihat Hina menerimanya, tanpa Hina sadari lelaki itu akan berbuat jahat kepadanya. "Jadi, hari yang berat huh?" Tanya lelaki itu pada Hina.

"Biasalah, pekerjaan dan lainnya." Hina menjawab lelaki  itu seadanya. "Boleh kalau aku traktir minum? Bagaimana dengan Vodka?" Hina tersenyum mengangguk, karena pria brengsek itu pikirannya kacau lagi.

"Okay, aku pesankan." Setelah meminta dua vodka terhadap bartender, Hina mendapat telefon dari kakak sepupunya. "Sebentar, aku harus mengangkat panggilan ini." Hina pergi menjauh dari lelaki itu.

"Mas, bisa masukin ini keminuman yang itu?" pria itu tersenyum licik karena rencananya tidak sia-sia. "Maaf ya nggak sopan." Hina datang dan kembali duduk. Ia melihat minuman yang telah datang. Entah kenapa ia berfirasat buruk, tapi ia menyangkal semua firasat itu melihat seorang pria yang sedang tersenyum ria dengan perempuan-perempuan seksi.

"Apa boleh kuminum." Hina mengambil dan meneguk minuman itu, Terlihat tatapan licik yang sedang melihatnya. Mereka kembali mengobrol sampai badan Hina terasa panas. Lelaki yang menyadari itu kemudian tak membuang kesempatannya. Ia memajukan wajahnya untuk mencium Hina.

Tapi seseorang datang dan menarik lengan pria itu dan memukul tepat mengenai rahangnya. "Brengsek, jangan pernah menyentuh milik gue!" Lelaki itu menarik tangan Hina dan menyeretnya pergi. Mengabaikan tatapan semua orang.

Ia menghempaskan tangan Hina kasar setelah sudah sampai di parkiran. "Aku sudah pernah bilang padamu enam tahun yang lalu untuk menghindar dari tempat ini. Kalau kamu lupa!" Bentak pria itu. Hina yang merasa kepalanya seperti mau pecah mengabaikan pria itu.

"Kamu ingin aku ingatkan?" Hina tetap diam. Lelaki itu menarik tangan Hina masuk ke mobilnya dan kemudian menciumnya. Bukan ciuman, kecupan.

-Flashback On-

Enam tahun yang lalu...

Hina melihat pesan dari seseorang yang ia sukai.

"Selamat ulang tahun ke 19, Bayi."

Hina tersenyum dan memeluk ponselnya diatas kasurnya. Tepat saat ini Hina berulang tahun.

"Selamat ulang tahun juga, Kean."

Bukan hanya ia yang berulang tahun hari ini. Tapi pujaan hatinya juga. Ia menyisir rambut bercat merah yang panjangnya hanya 1 cm diatas bahu. Seumur hidupnya, ini adalah rambut terpanjangnya. Ia memanjangkan rambut karena pria yang ia suka menyukai wanita berambut panjang.

"Kamu dimana?"

Ketik Hina lagi, ia penasaran kenapa Kean masih mengaktifkan ponsel nya di tengah malam.

"Aku di club. Teman-temanku memaksaku untuk mentraktir mereka."

Kening Hina berkerut tidak suka, pantas saja ikel sepupunya tidak ada dirumah. Ia mengganti bajunya menjadi lebih pantas dan memakai hoodie kuning kesayangannya. Apakah ia harus datang? Ia tak suka jika Kean ada disana. Ia tahu ia bukan siapa-siapa. Ia hanya tidak ingin Kean bersama wanita lain.

The thing that i've done with that.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang