Always do.

1.8K 89 0
                                    

Sudah beberapa hari ini Hina berusaha menghindari Keanu. Ia masih malu dengan kejadian beberapa hari yang lalu. Saat dimana dia dan Keanu hampir bercinta di rumah sakit.

Ditambah lagi desas desus ia adalah selingkuhan Kevin, adik ipar sekaligus bosnya. Kakak beradik ini memang benar-benar membuatnya pusing.

Wajah Hina memerah membayangkan hal tersebut. Hina dan Keanu masih tidur terpisah, Hina masih enggan untuk tidur berdua dengannya, hati Hina agak kurang yakin itu keputusan yang tepat.

Beruntung Keanu belum pulang selama dua hari ini, pekerjaan Keanu sangat padat dan tak kenal waktu. Tapi entah kenapa Hina merasa kesepian. Walaupun ia menghindari Keanu, lelaki itu selalu berada disampingnya. Ia merasa kalau Keanu yang malah mengurusnya, seharusnya ia sebagai istri yang harus mengurus Keanu. Hina merasa ingin memeluk lelaki itu saat ini juga.

Hina mengelus perutnya, "Papa lagi kerja sayang, mau kamu di pending dulu ya nak." Hina berbicara kepada janin diperutnya. Kata Keanu, sangat bagus mengajak janin berbicara. Karena jika janin tidak diajak berkomunikasi tinggi resikonya terkena kecacatan saat lahir. Hina mengelus-elus perutnya yang masih rata.

Hina tergelak ada yang membuka pintu apartemennya. Apa Michael dan Erin berkunjung? Hina bingung langsung datang ke sumber suara. Hina kaget melihat Keanu yang berwajah lesu duduk di sofa.

"Kamu pulang cepat? Kok nggak ngabarin aku." Hina duduk di samping Keanu ragu-ragu. Keanu hanya melihatnya, rasa pening sudah melanda kepala Keanu. Ia lelah tidak tidur dua hari. Ia juga telat makan.

"Kamu udah minum obat? Udah makan?" Hina mengangguk kesal, Keanu mengacuhkan pertanyaannya. Keanu terkekeh melihat wajah Hina yang menggemaskan. "Aku pusing banget, pas udah boleh pulang aku langsung cepat-cepat pergi, kangen rumah, kangen kamu." Jelasnya, Hina memukul perut Keanu karena merasakan panas menjalar di pipinya.

Keanu meringis dan tertawa pelan. Tiba-tiba ia memegang kepalanya, ia merasa lemas seketika. Hina yang panik memegang tangan Keanu. Merasa suhu badan Keanu yang meninggi. Hina mengambil termometer mengecek suhu badan Keanu. Ia terkejut melihat angka 40 derajat, cukup tinggi.

"Kean kamu demam!" Hina panik. "Kamu tiduran dulu aku ambilin kompres, kamu belum makan?" Tanya Hina, Keanu menggeleng pelan. Hina meringis melihat Keanu yang terkulai lemas.

Hina mengambil wadah dan mengisinya dengan air hangat. Hina mengambil handuk kecil dan berjalan cepat menuju Keanu. Wajah Hina saat ini begitu khawatir. Keanu diam-diam tersenyum melihat wajah wanitanya itu.

"Kamu kalau udah tahu sakit lemes ya pulang! Izin kek ngapain kek. Kalau kaya gini kan kasihan badan kamu. Dokter bukan cuma kamu Kean." Hina terus mengoceh. Ia ingin menangis saat ini, ia bingung apa yang harus dilakukannya.

"Aku cuma deman Hina, kecapean aja." Keanu mengelus wajah Hina. Ia mencubit gemas pipi Hina. "Aku nggak papa, nggak usah panik gitu. Okay?" Yakin Keanu. Hina meyakinkan dirinya Keanu akan baik-baik saja.

"Aku siapin makanan dulu. Kamu tunggu disini." Hina berjalan ke dapur, menyiapkan makanan untuk suaminya. Beruntung ia masak hari ini. Ia melihat Keanu yang tertidur tidak nyaman disofa, hatinya teriris. Bagaimana bisa ia membiarkan suaminya tidur di sofa.

"Kean, bangun dulu sebentar. Makan." Dengan telaten Hina menyuapi Kean, suap demi suap hingga makanan itu habis tak bersisa. "Kean ganti baju dulu yuk. Nggak enak tidur pakai kemeja." Hina mengusap keringat yang membasahi kening Keanu.

"Nggak bisa Na, aku lemes banget." Ucap Keanu, bermodalkan selimut tipis ia menyelimuti tubuhnya yang mengigil.

"Aku yang gantiin, cepetan." Hina menarik tangan Keanu paksa, mau tak mau Keanu menuruti Hina. Keanu terduduk di kasur dalam kamar Hina. Hina mengambil kaos hitam tipis Keanu dengan celana pendek. Perlahan ia membuka seluruh pakaian Keanu, lelaki itu sangat lemas sampai tak bisa merasakan apapun.

The thing that i've done with that.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang