Back to the past : Brother in law.

1.3K 61 0
                                    

Lima tahun yang lalu.

Hina dan Keanu sekarang sedang berada di tempat makan favorit mereka. Restoran sate yang berada didekat apartemen Keanu. Hina tersenyum melihat makanan di hadapannya yang sangat menggugah selera.

Hina mengambil nasi dari bakul dan mengisi piringnya yang kosong. Seperti biasa, nasi itu memenuhi piring dan membuat lelaki disebelahnya terkekeh. Kekasihnya itu memang tidak bisa menahan diri walaupun disebelahnya dan itu yang sangat ia cintai dari gadis ini.

Hina mengambil piring lagi, mengisinya dengan nasi. Tidak banyak, tapi tidak sedikit juga. Untuk Keanu, setelah lebih dari setahun berpacaran. Hina sangat hapal apa yang disukai dan tidak disukai Keanu.

"Makan, abisin ya. Awas kalau nggak abis, aku masukin makanan sisanya ke kuping kamu." Hina tersenyum lembut, bertolak belakang dengan ancamannya membuat Keanu bergidik ngeri. "Aku nggak yakin sih bakalan tega." Keanu mencubit pipi Hina.

Hina tak mengubris Keanu, ia makan dengan lahap. Mengambil semua makanan yang ada didepannya, sate ayam, sate kambing, tahu, tempe, bahkan ia menghabiskan semua lalapan tak bersisa. Hina yang memakan semua itu dengan cepat menoleh kearah Keanu. Lelaki itu baru memakan setengah nasinya.

"Kamu lama banget sih Kean. Heran aku. Nasi aku porsinya jauh lebih banyak loh. Tapi udah habis." Seperti Biasa, Hina akan mencak-mencak karena kebiasaan Kean. Ia makan dengan sangat pelan. Ia sangat peduli dengan kesehatan, mungkin karena ia seorang dokter.

Hina mengambil piring Keanu. Ia menyuapi lelaki itu agar tidak lama. Dengan telaten ia memasukkan sendok ke dalam mulut Keanu. Memang selalu seperti ini dimanapun jika mereka makan. Hina akan berakhir menyuapi Keanu. Keanu tidak pernah malu malah membuka mulutnya lebar. Ia tersenyum karena dibalik sifat Hina, ia sangat keibuan.

Setelah menghabiskan semuanya, ia dan Keanu kembali ke mobil. Mereka berencana untuk pergi ke timezone. Karena sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu diluar. Berhubung Hina dan Keanu sama-sama sibuk.

Tiba-tiba ponsel Keanu berbunyi, ia mengerutkan dahi melihat Kevin di layar handphone nya. Sangat jarang kembarannya itu menelfonnya.

"Kenapa vin?" Tanya Keanu di telfon. Hina melihatnya penasaran. "Bian, kesini dong. Bantuin gue benerin lego. Semuanya hancur habis si Terry main kemarin. Lo tahu kan gue nggak bisa benerinnya kalau nggak bareng lo." Keanu melihat kearah Hina sebentar.

"Nggak bisa gue mau pergi, lo selesaiin aja lego-lego lo sendiri. Udah tua, malu sama umur masih main lego." Jawab Keanu menutup ponselnya secara sepihak.

"Kenapa Kean?" Tanya Hina bingung. "Nggak, kembaran aku minta aku nyusunin legonya yang dihancurin sama temennya. Heran deh punya temen cewek nggak ada manisnya." Hina menatap tajam ke Keanu, ia berdekhem. Menyadarkan Keanu bahwa Hina juga tak ada manis-manisnya.

"Kalau kamu mah beda sayang, kamu mah manis banget sampai aku diabetes. Tapi manisnya dengan cara lain." Keanu menyengir mencari jawaban. Kembarannya dan ia memang memiliki nasib yang sama.

"Aku jadi pingin nyusun lego. Udah lama." Gumam Hina pelan. Keanu melirik ke arah Hina, "Kamu mau main lego. Mau apart Kevin aja? Kita main lego." Tanya Keanu. Ia memegang lembut tangan Hina.

Hina dengan semangat menganggukan kepalanya. Ia memutar balik mobilnya. Melajukan mobil itu ke apartemen Kevin. Setibanya, ia menggedor-gedor apartemen itu. Ini sudah menjadi kebiasaannya walaupun sebenarnya ia tahu passwordnya.

"Kean, kan ada bel. Kamu gimana sih!" Hina mengambil tangan Kean yang menggedor-gedor pintu apartenen Kevin. "Kevin nggak akan mau bukain pintu kalau pake bell bayi. Percaya sama aku." Baru kali ini ia melihat tingkah Keanu kekanakkan dan itu sangat menggemaskan bagi Hina.

The thing that i've done with that.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang