Tell it.

1.2K 62 0
                                    

"Mas kita mau kemana sih, kok ke arah ini?" Tanya Hina bingung. Ia sangat tahu mobil yang Michael bawa menuju ke rumah bibi dan pamannya. Rumah yang Hina dan Michael tempati dulu.

"Udah Bayi, Michael mau ngasih surprise buat kamu." Suaminya yang ada di sampingnya membelai kepalanya lembut. "Tapi kan aku bingung Kean kalau nggak dikasih tahu." Keanu mengelus perut istrinya lembut.

"Nak tenangin mama ya. Panik banget, heran." Ucap Keanu kepada perut Hina. Hina semakin panik melihat apa yang ada di depannya. Michael memarkirkan mobilnya didepan rumah bibi dan pamannya.

"Kean, aku nggak mau turun." Ucap Hina lirih. Erin yang memangku anaknya dikursi samping pengemudi melihat sahabatnya yang terlihat takut. Erin menyentuh tangan Hina susah.

"Udah Na. Ada gue, mas lo dan laki lo. Udah ya." Erin menguatkan Hina. Hina melihat Erin yang kesusahan memiringkan badannya lantaran memangku anaknya dan perutnya yang sudah semakin besar lantaran sudah masuk bulan ke enam kemudian mengangguk.

"Ada mas Hina. Mama nggak bakal ngebuang kamu ke kali." Canda Michael. Demi tuhan, hamil diluar nikah kemudian menikah diam-diam bukanlah sebuah candaan. Michael Kemudian keluar dari mobil. Kean menggenggam tangan Hina membawanya keluar dari mobil.

Padahal Hina ingin menjaga rahasia ini lebih lama lagi. Ia takut dengan reaksi keluarganya nanti. Takut mereka pergi meninggalkan Hina lantaran jijik.

Keanu setia menggenggam tangan Hina. Mengikuti Michael yang menggendong Nael dan Erin yang menggandengnya.

"Aku nggak yakin." Hina menatap Keanu sendu. "Aku masih takut Kean." Lanjutnya. Keanu hanya bisa tersenyum halus.

"Semua bakalan baik-baik saja Hina. Kamu hanya perlu percaya sama aku." Ucap Keanu pelan.

Kedatangan mereka disambut Ayu dan Tio, orang tua Michael juga Paman dan Bibi Hina, diruang keluarga. Mereka tersenyum melihat kedatangan Anak dan Keponakan kesayangannya.

Kedua orang tua itu memeluk mereka semua. Gendongan Nael sudah beralih ke kakeknya. Hina masih tertunduk takut. Mereka sama-sama duduk di sofa.

"Om, tante. Udah lama nggak ketemu." Ucap Keanu basa-basi. Sebenarnya Keanu cukup akrab dengan orang tua Michael berhubung Keanu sering menginap disini dulu.

"Alah kamu Bian. Baru satu bulan udah bilang lama aja." Ucap Ayu. Hina mengerutkan keningnya, satu bulan? Seiingatnya satu bulan yang lalu ia menikah dengan Keanu.

"Kalian tumben banget ke sini rame-rame kaya mau tauran." Canda Tio, paman Hina. Keanu menatap Hina, ia mengangguk menandakan semuanya akan baik-baik saja.

"Bibi, paman. Hina mau ngasih tahu kalian sesuatu." Tio dan Ayu yang tengah bercengrama dengan Erin perihal kelucuan cucunya itu menengok ke Hina. Hina menghela nafasnya.

"Bi, maafin Hina." Air mata Hina jatuh. Menatap wanita yang duduk di sebrangnya. "Maafin Hina bi, Hina hamil." Gumam Hina pelan. Ayu dan Tio terdiam.

"Paman, maafin aku. Nggak bisa jaga diri. Kalian pasti nyesel sekarang besarin aku." Hina menunduk terisak. "Aku juga udah Nikah, aku nggak bilang kalian. Takut kalian nggak nerima aku lagi." Hina menyembunyikan kepalanya di tangannya. Keanu mengambil tubuh Hina. Membuat wanita itu menangis di dadanya.

"Hina kalau ngomong nggak boleh sambil nangis, nak." Perempuan paruh baya itu sudah ada disebelah Hina. Ia memegang bahu Hina yang selalu dianggap anaknya.

"Hina lihat bibi." Hina menaikkan pandangannya dari dada Keanu. Sekarang kaus yang Keanu pakai sudah basah dengan air mata Hina. Mata bulat milik Hina menatap bibinya yang tersenyum hangat.

The thing that i've done with that.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang