A little jelousy. (Hina Ver)

1.3K 65 0
                                    

Pagi ini berjalan seperti biasa. Keanu mengantarkan istri tercintanya ke kantor agar ia bisa memastikan istrinya selamat sampai tujuan.

Kini mereka sudah sampai di lobby kantor, Keanu melirik ke Hina. Entah kenapa wajahnya selalu lembut di depan Hina. Ia mengelus perut Hina yang sudah mulai buncit karena sudah memasuki minggu ke 14.

"Jagain mama ya baby, papa mau cari uang dulu." Ucap Keanu. Hina tersenyum, ia menggenggam tangan Keanu. Ia mengecup pipi Keanu kilat. "Jangan lupa dimakan ya bekalnya. Jangan lirik lirik cewek." Keanu mengangguk patuh.

"Nanti aku jemput bayi." Keanu melajukan mobilnya setelah melambai ke Hina. Ia berjalan dengan riang seperti biasa masuk ke dalam kantor.

"Hina jangan senyum-senyum sendiri nanti disangka orang gila." Hina menoleh ke belakang mendapati Resni, kepala divisinya, dengan dress ketat sebetis dan blazernya.

"Senyum itu sehat loh mbak." Hina menanggapi bosnya yang cantik itu. Resni memang selalu terlihat berani dalam berpakaian. Walaupun sebenarnya sifat Resni sangat anggun tidak seperti pakaiannya yang liar.

"Tunggu, kamu gendutan banget ya Na." Resni memperhatikan tubuh Hina yang memakai kemeja yang dibalut sweater dan celana bahan panjang mencapai mata kaki.

"Efek baju mba." Hina tersenyum. Setelah berpisah dengan Resni ia berjalan ke kubikelnya. Hina sekarang sedang berusaha keras menutupi kehamilannya dikarenakan belum ada yang mengetahui kabar kehamilannya. Kecuali Akbar dan Siska yang belakangan ini menjadi over protective padanya dan Ayla, yang masih menghindarinya sampai saat ini. Padahal Hina ingin menjelaskan dan berbicara baik-baik.

Hina melihat layar leptopnya, ia mulai mengerjakan pekerjaannya yang harus cepat diselesaikan kalau tidak ingin diamuk oleh atasannya. Hina memasang earphonenya dan bersenandung pelan.

Sampai akhirnya setengah pekerjaannya selesai. Ia melihat jam, sudah jam setengah sebelas. Hina melirik perutnya dan mengusapnya pelan. Entah kenapa saat ini ia sangat ingin memakan coklat.

Hina melirik ke Siska yang memegang kepalanya pusing karena pekerjaan. Setelah itu melirik ke Akbar yang sudah memejamkan matanya di atas meja lantaran pusing melihat tumpukan kertas dimejanya.

Hina kemudian berdiri membuat kedua orang itu menengoknya siaga. "Lo mau ngapain Na?" Tanya Akbar. Hina melihat rekan yang merangkap jadi teman baiknya. "Gue mau ke mini market Mas. Keknya baby nya mau coklat deh." Hina mengecilkan suaranya ketika bilang Baby.

"Yaudah suruh mas Akbar aja Na yang beliin." Siska menarik tangan Hina pelan agar duduk, menurut Siska tidak baik orang hamil berdiri lama-lama. Apalagi hamil muda.

Akbar mengangguk pelan. Ia langsung mengambil kunci motornya dan beranjak pergi melupakan ia akan dimarah bos nya karena pergi saat jam kantor berlangsung. Ia pikir ini adalah tugas negara, karena calon keponakannya meminta sesuatu.

"Mas mas, ini duitnya." Panggil Hina yang dihiraukan Akbar. Hina menghela nafas. Teman temannya benar-benar sangat siaga.

Siska yang ada di meja sebelah Hina menggeser badannya mendekati Hina, ia menyodorkan layar handphone nya agar bisa dilihat oleh Hina. Siska mengelus pelan perut Hina yang sudah membuncit dibalik sweater yang ia kenakan.

"Nih, nonton oppa jong suk biar anak lo nanti cakep." Ucap Siska, Hina memutar matanya malas. Semenjak mereka tahu Hina hamil memang kelakuan aneh temannya makin menjadi-jadi. Pernah sekali Hina dan Siska makan dimeja yang sama dengan cowok-cowok tampan dari divisi produksi dengan alasan meja yang lain sudah penuh padahal jelas-jelas disudut ruangan masih tersisa banyak meja.

"Nonton sana sendiri, anak gue bakalan cakep kok. Bapaknya cakep soalnya." Hina tersenyum bodoh membayangkan suaminya, Siska kemudian memutar bola matanya malas. Dia belum liat Kean aja, batin Hina.

The thing that i've done with that.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang