Chapter 2

758 76 1
                                    

Aku menyentuh sebuah lengan yang gemetaran.

"C-cukup..." dia kembali terisak keras "Jangan lakukan lagi... a-aku tidak tahan..." tangisannya berubah menjadi raungan. Kepanikan menerpa tubuhku, aku tidak tahu mengapa gadis ini berkata seperti itu, apa yang sudah aku lakukan kepadanya? Ah! Taeyeon bodoh! Jelas saja dia ketakutan karna kau telah membobol rumahnya!

"Tenanglah nona..." suaraku serak, tangis gadis itu terhenti

"S-siapa kau?" tanyanya, tangannya mencoba meraba-raba sekitarnya, ketika tangan kami bertemu aku menangkapnya, menggenggam tangannya dalam tanganku, agar dia bisa merasakan kehadiran orang lain diruangan ini

"A-aku..." aku bingung harus berkata apa, apa aku harus mengatakan yang sebenarnya? Apa aku harus memberitahunya bahwa aku telah berhasil memasuki rumahnya? Oh my God!

"Aku tidak peduli siapapun kau, tapi tolong bawa aku pergi dari sini!" nada bicaranya mulai meninggi

"Mwo?!" aku terkejut mendengar pernyataannya, apa maksudnya membawanya pergi dari rumahnya sendiri? Ah, jangan-jangan dia juga bukan penghuni rumah ini?

"Jebal... bawa aku pergi dari rumah ini, aku tidak ingin disini lagi..." gadis ini mulai memohon padaku.

"Tapi nona..."

"Jebal... aku tidak tahu kau siapa, tapi bawalah aku bersamamu, please..." isaknya kembali terdengar

"Ssssh... baiklah..." dalam kegelapan aku merengkuh bahunya kemudian memeluknya, entah kenapa ada desiran hebat yang kurasakan mengalir dalam tubuhku saat aku mendengarnya menangis, aku berpikir sejenak, menimbang apakah aku harus membawanya atau tidak. Dari perkataannya aku yakin dia bersungguh-sungguh ingin pergi dari sini "Baiklah nona, aku akan membawamu keluar dari sini" aku melepas pelukanku, tanganku tak sedetikpun lepas dari tangannya "Tapi berjanjilah satu hal, jika kau sudah mengetahui siapa aku, jika kau sudah melihat wajahku, jangan lakukan apapun hal yang membuatku menjadi sulit, mengerti?"

"Ne, aku berjanji" jawabnya. Akhirnya kami berjalan pelan menuju pintu keluar kamar ini, kukenakan kembali masker yang menutupi setengah wajahku tadi, hanya berjaga-jaga siapa tahu ada kejadian yang tidak terduga terjadi didepanku, kubuka pintu itu perlahan lalu berjalan kearah dimana seharusnya aku mengkikuti partnerku tadi, aku sedikit berjingkat untuk tidak membuat keributan. Diterangi lampu ruangan yang redup karena lampu utama sudah dimatikan, aku bersikeras menahan keinginan untuk menoleh kebelakang dan menatap gadis yang tangannya sedang berada didalam genggamanku ini

"Ya! Mau kau kemanakan istriku?! Lepaskan dia!" suara seorang lelaki membuatku terkejut dan seketika menoleh kearah asal suara tersebut. Lelaki itu memiliki tubuh yang tegap dan berisi, ototnya sangat besar. Siapapun akan tertawa jika aku mengatakan bahwa tidak ada keraguan sedikitpun dihatiku untuk menghajar lelaki ini hingga tumbang jika dia menghalangi langkah kami

"A-ku mohon..!" gadis dibelakangku merapatkan tubuhnya pada punggungku dan menundukkan kepalanya, tidak berani menatap wajah lelaki itu. Dari gerakannya sudah cukup membuatku mengerti bahwa laki-laki ini adalah orang yang sangat dihindarinya sedari tadi. Lelaki itu berjalan mendekatiku, kulihat tangan kanannya terkepal sempurna, kulepaskan genggaman tanganku kepada gadis itu lalu mendorongnya sedikit agar dia tidak berada diruang gerakku. Lelaki itu mengayunkan kepalan tangannya kearahku, kutundukkan badanku lalu dengan secepat kilat kutendang perutnya, dia mengaduh, suaranya terdengar kesakitan

"Kau akan menyesal jika tidak mendengar peringatan dariku!" Lelaki itu mendekat lagi, dilayangkannya lagi satu tinju kearahku, aku mengelak kemudian dengan cepat berdiri dibelakangnya, ku jepit lehernya menggunakan lekukan siku kananku, dia meronta, tenaganya begitu kuat, aku hampir kehabisan tenaga mempertahankan posisi ini. Kukerahkan seluruh tenagaku untuk semakin kuat menahan posisinya lalu memukul punggungnya dengan siku kiriku, dia terjatuh. Namun tak semudah itu mengalahkan lelaki besar ini, dia menarik kakiku hingga aku terjatuh. Kepala bagian belakangku terbentur lantai. Sakit sekali rasanya, namun aku sadar jika aku menyerah sekarang maka semuanya akan habis, tidak menutup kemungkinan juga jika aku akan berakhir dipenjara dan kedok ku terbongkar. Saat laki-laki itu berdiri disebelahku dan hendak menendangku yang masih tersungkur dilantai, kutendang sesuatu yang berada tepat diantara selangkangannya. Dia berlutut, lalu kutendang punggungnya hingga dia terjatuh. Kutindih punggungnya lalu kutari kedua tangannya kebelakang, ingin rasanya kupatahkan tangannya yang besar ini. Lalu aku teringat, aku hanya ingin membuatnya tidak menghalangi kami, bukan membuatnya menjad cacat. Segera kulepas tangannya, mataku dengan cepat mencari sosok gadis yang ingin kuselamatkan tadi, kulihat dia tertunduk menangis tidak jauh dari tempatku berdiri, segera kutarik tangannya, kugendong dia agar bisa dengan mudah melewati jendela yang cukup tinggi itu. Aku tahu tubuhku cukup pendek, namun tidak berarti bahwa tenagaku lemah.

"Melompatlah, tidak usah takut kau akan baik-baik saja" Seketika aku sadar betapa bodohnya aku, mengapa tidak aku saja yang lebih dulu turun lalu menangkapnya, tapi kurasa semua sudah terlambat saat kulihat dia sudah melompat turun lalu kudengar dia mengaduh dibawah sana. Tanpa berniat menoleh dulu kebawah atau kebelakangku tempat lelaki tadi kami tinggalkan aku segera melompat. Kudapati gadis itu sedang memegangi pergelangan kaki kirinya, segera kuhampiri

"Gwenchana?" tanyaku, tak ada jawaban dia hanya meringis kesakitan "baiklah, naik kesini" kataku sambil memunggunginya

"T-tapi aku..."

"Sudahlah, menurut saja" Tidak ada lagi perlawanan, kurasakan perlahan dia menyandarkan seluruh badannya kepunggunggku, lalu melingkarkan kedua lengannya dibahuku. Kukaitkan lenganku dilekukan lututnya, menjaganya agar tidak terjatuh saat aku berdiri nanti. Perlahan aku mengangkat tubuh kami berdua. Ternyata gadis ini cukup berat juga "Kau benar-benar akan ikut denganku?" tanyaku memastikan, bisa kurasakan dia mengangguk dibahuku. Kurasakan nafas hangatnya menerpa leherku, membuatku sedikit bergidik "Jika kau lelah tidurlah, perjalanan kita akan memakan waktu cukup lama. Dan jam segini aku pastikan tidak ada taksi atau lagi kendaraan umum yang lewat"

"Gomawo..." bisiknya lirih

"Belum saatnya berterimakasih, aku belum menolongmu dengan sempurna" kataku, kurasakan kedua sudut bibirku menarik keatas

"Apa kau lelah?"

"Ah tidak, aku sudah terbiasa menghadapi hal-hal yang melelahkan"

"Jinjja? Memangnya apa profesimu?"

"Haruskah aku memberitahunya?"

"It's up to you" katanya sambil menyandarkan kepalanya dibahuku, dimiringkannya hingga wajahnya sekarang menghadap kewajahku "Bisa kau buka maskermu?" pintanya lagi, aku hanya menggeleng "wae?"

"Nanti aku akan membukanya, tidak sekarang. Aku juga belum melihat wajahmu dengan jelas, jadi anggap saja agar kita adil" aku tersenyum sambil terus menatap lurus kedepan. Gadis itu mengangguk lagi

"Kau tidak kedinginan?"

"Mungkin itu salah satu kelemahanku" aku terkikik, "sangat mudah mengalahkan lelaki tegap seperti tadi, melewati rintangan besar, tapi agak sulit saat aku melawan dinginnya udara"

"Maafkan aku" gadis itu mengeratkan kedua cengkeramannya pada jaketku yang sedari tadi digenggamnya "Aku tidak bermaksud membuatmu kedinginan" sambungnya "Apa begini sudah cukup hangat?" ucapnya sambil melingkarkan lengannya dileherku. gadis ini benar-benar akan membuatku meleleh, pikirku.

"Ah... gomawo, nan gwenchana" ingin rasanya akumenolehkan kepalaku lalu menatap wajahnya yang sekarang berada begitu dekatdisebelahku, namun kuurungkan niatku, tak peduli seperti apa wajahnya, niatkuhanya menolongnya "Aku memang harus membiasakan diri terhadap hal-hal yangdingin. Aku hanya sedikit malas keluar rumah makanya tidak terbiasa denganudara dingin diluar" kurasakan kakiku mulai lelah berjalan, gadis itu tidaklagi menjawabku. Apa dia sedang tertidur? "Nona?" panggilku, kembali tak adajawaban, ah mungkin dia tertidur. Bisa kurasakan hangat nafasnya yang teraturdari jarak kami yang sedekat ini. Kuputuskan untuk terus berjalan berharapmenemukan pengemudi yang dapat memberiakan tumpangan kepada kami berdua.



TBC

Seize The DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang