"Hyung, disini!"
Jun melambaikan tangannya pada seorang laki-laki yang memakai snelli dengan name tag 'Kim Jongin' disana.
"Siapa yang masuk UGD?" tanya Jongin.
Lelaki itu adalah sepupu Mingyu.
Itu sebabnya dia menolak membawa Wonwoo kerumah sakit ini, takut ketemu Jongin.
Tapi nasi sudah menjadi bubur, nasib Mingyu sudah berada di ujung tanduk.
"Kupikir itu kau!" Jongin menatap Mingyu. "...syukurlah, ternyata bukan."
"Temanku, hyung. Yang waktu itu pernah aku ajak nongkrong bersamamu di cafe ketika hari hujan." jelas Jun, pihak yang sudah menghubungi Jongin untuk datang menemui mereka.
"Kalau tidak salah namanya Wonwoo bukan?" tebak Jongin.
"Iya benar."
"Ada apa?"
"Dia di serang oleh para penggemar Mingyu."
"Yang bentukannya seperti ini punya penggemar?" goda Jongin, mengacak-acak rambut sepupunya itu dengan gemas yang segera mendapat delikan dari Mingyu.
"...memang ya, fans itu mencerminkan idolanya. Lain kali buat mereka sedikit bersikap kalem, jangan seenaknya saja menyerang orang lain!"
"Hyung tidak tau apa-apa jadi diam saja." balas Mingyu.
Jongin sudah hampir buka mulut lagi namun batal ketika melihat pintu UGD terbuka.
"Wali dari pasien Jeon Wonwoo?"
"Denganku saja dokter Do." balas Jongin pada teman seprofesinya itu.
"Kita bicara diruanganku saja." ajak dokter Do.
"...kalian bertiga boleh masuk kedalam asal jangan berisik."
Dokter Do mengambil langkah terlebih dahulu, Jongin mengikuti.
"Dia masih SMA 'kan?"
"Iya."
"Bagaimana bisa hal ini terjadi?"
Suara dua dokter yang tengah mengobrol itu masih terdengar samar hingga keduanya menghilang dibelokan lorong rumah sakit.
=======
Sebuah tamparan keras mendarat dipipi kiri Mingyu.
Wonwoo, Minghao, dan Jun terkejut melihat hal itu secara langsung didepan mata mereka sendiri.
"Irene, tenanglah.. Ingat ini masih di rumah sakit. Jangan buat kekacauan disini, please~" ucap Jongin.
Dia yang mengadu pada Irene, kakak kandung perempuan Mingyu.
Bagaimanapun juga keadaan yang tengah Mingyu alami saat ini bukanlah sebuah lelucon.
Mingyu satu-satunya harapan dan juga calon pemimpin perusahaan keluarga mereka, telah melakukan sebuah perbuatan yang sangat fatal.
"Bagaimana bisa kau menghamili pacarmu?!"
Jun dan Minghao lebih terkejut lagi mendengar kabar Wonwoo yang tengah hamil.
"Dia memang hamil anakku, tapi dia bukan pacarku!" balas Mingyu.
Jun menatap Wonwoo yang duduk diranjang pasien dengan raut kecewa. Setelahnya pemuda itu berlari keluar meninggalkan ruangan UGD tanpa sepatah katapun.
"Mari kita selesaikan masalah ini dengan segera! Aku menunggu kedatangan kalian berdua dirumah!" ucap Irene sebelum pergi dari sana.
Jongin menghela nafas panjang.
"Maaf, Mingyu. Aku yang mengadu pada kakakmu. Karena cepat atau lambat dia pasti akan tau juga."
Dokter Do mengatakan bayi dalam perut Wonwoo cukup kuat, meski tendangan itu bisa berakibat fatal namun untungnya calon bayinya bisa bertahan.
"Kauㅡtidak apa-apa?" tanya Minghao pada Wonwoo.
Wonwoo menggeleng pelan.
Minghao kemudian mengambil posisi duduk disamping Wonwoo, rasa iba itu mendadak muncul begitu saja.
"Jangan cemas.. Irene noona orang yang baik. Aku yakin dia tidak akan melakukan hal buruk padamu." ucap Minghao menenangkan Wonwoo.
=======
KAMU SEDANG MEMBACA
Harta, Tahta, Wonwoo-ya.. | MEANIE (Completed)✓
FanfictionBukan harta, Bukan tahta, Melainkan... "Wonwoo-ya!" ••• Warning❗❗ √ bxb √ mpreg 💚💜