Orang-orang Jakarta menepuk tangan saat menyambut anak-anak yang akan pergi ke sekolah baru mereka. Tempat mereka akan bersaing menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Banyak harapan bagi mereka agar dapat membanggakan Indonesia di cabang Internasional.
Seorang anak lelaki terdiam di kursi pesawat. Ada yang mengganjal dalam hatinya. Akan ketakutannya apabila tidak terpilih dan dikembalikan ke Indonesia lagi, akibat tidak mempunyai kekuatan.
Rizal menolak saat beberapa pramugari menawari makanan. Seleranya pada makanan sedang rusak. Berbeda dengan lelaki di sebelahnya yang mengambil beberapa cemilan untuk mengganjal perutnya.
"Kau menyia-nyiakan makanan. Padahal berikan saja padaku."
Rizal tersenyum tipis. "Maaf."
Lelaki disebelah Rizal terlihat kesal. "Namaku Yuma. Aku bingung padamu, kenapa kau meminta maaf padahal kau tidak salah?"
Rizal menggeleng kecil. "Aku gampang mabuk Yuma."
Yuma mengangguk paham. "Begitu toh."
Mata Rizal mengerjap beberapa kali. Rasanya ada yang membuat tubuhnya lemas padahal dia tidak melakukan apa-apa. Matanya mulai semakin berat hingga Yuma tersenyum kecil saat melihat Rizal akhirnya tertidur.
Lebih baik begitu daripada muntah di pesawat. Batin Yuma.
Di lain kursi pesawat Nana sedang memainkan kartu judi bersama Rima. Rima berteriak kesal berulang kali. Kekalahan terus menimpanya, padahal Rima pemenang juara judi di sekolahnya.
"Nana, aku menyerah!"
Nana tertawa terbahak-bahak. "Benar 'kan! Ratu Judi hanya dapat tertera padaku seorang...."
Nana memegang lehernya. Pita suaranya tidak dapat mengeluarkan kata-kata yang ingin diucapkannya agar dapat menistakan Rima. Rima tersenyum licik saat Nana mulai menangis sesenggukan.
"Hohoho, penghuni pesawat bisa mengamuk kalau kau tertawa keras."
Hanaru memberi sebuah botol berisi air pada Nana. Nana langsung meminum cepat air walau suaranya belum dapat kembali.
Hanaru mengusap punggung Nana dengan tatapan iba. "Kalau mau menistakan orang harus tahu tempat Nana."
🍀
Pesawat akhirnya lepas landas di lapangan akademi. Anak-anak dari negara Indonesia tidak disambut ramah oleh orang-orang di sana. Bahkan salah satu dari mereka dijahili sampai terjatuh. Yuma tersenyum kecut saat dirinya harus membawa orang mabuk pesawat di sampingnya. Rizal ternyata bukan tertidur, tetapi mabuk pesawatnya sudah terlalu akut.
Orang di sekitar lapangan tidak ada yang mendekati pesawat mereka, berbeda dengan Amerika yang disambut karpet merah hingga difoto wartawan setiap anak-anak di sana.
"Halo anak Indonesia!! Akhirnya kalian sampai di sini. Four-Leaf Clover Academy."
Seorang guru memberi jempol. Anak Indonesia terkekeh saat melihat kekocakan guru tersebut, walau ada beberapa diantaranya merasa tidak tertarik. Rizal sudah ikut berbaris, Yuma berada di belakang Rizal.
Aku tidak ingin tanggung jawab kalau kau pingsan lagi. Batin Yuma.
"Aku akan menteleportasi kalian dengan serbuk ini!"
Mata Yuma menyipit. Sebuah kantong transparan berisi serbuk sihir ditumpahkan ke atas mereka semua. Benar saja, apa yang diucapkan guru itu, ia menteleportasi mereka.
Gedung tinggi yang kokoh ada dalam penglihatan mereka semua. Seorang gadis di sebelah Yuma tampak terkagum-kagum. Mulutnya sampai terbuka.
"Tutup mulutmu. Nanti lalat masuk loh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Four-Leaf Clover Academia 1 [END]
Fantasy[ZRENS Project] "Orang yang mempunyai kekuatan hebat akan menjadi pemenangnya." Ucapan itu terdengar seperti menyemangati orang-orang Indonesia bangkit dari keterpurukannya di bidang sihir Internasional. Four-Leaf Clover Academy menampung anak-anak...