5. Lupa

98 22 27
                                    

Anak-anak terdiam. Tidak ada yang berani berkata-kata. Hati Vara juga sangat hancur saat mengetahui sahabatnya telah melakukan hal kotor secara diam-diam tanpa sepengetahuannya. Air mata Vara turun membasahi pipinya.

Mezu menyingkirkan daun sakura di mejanya. Matanya sembab. Ada yang ingin dia tahan dalam lubuk hatinya. Ia tidak mau untuk mengumpat atau mengucapkan hal-hal kebencian kepada keempat orang itu. Nafas Mezu juga semakin tidak teratur.

Hicchan yang bangkunya berada sebelahan dengan Mezu, perlahan bangkit dan memeluk Mezu.

"A-aku, aku tidak tahu kalau kalian akan melakukan hal ini. Aku kira aku akan mendapat teman baik. A-aku...."

Hicchan ikut menangis karena ucapan Mezu. Perempuan di kelas memalingkan wajahnya ke arah lain. Hati mereka juga ikut terluka akan hancurnya kepercayaan. Perasaan wanita sangatlah rapuh, bagaikan jendela kaca yang tipis. Kadang ada saatnya mereka kuat akan kenyataan, dan kadang mereka lemah karena menerima kebenaran.

Laki-laki di kelas berusaha untuk tidak emosi. Rehan menggigit bibir bawahnya. Kepercayaannya kepada Milki mulai terkikis. Langkahnya melaju keluar kelas, beberapa pemuda di kelas juga mengikuti sikapnya.

Brak!

Bahamud menendang meja di depannya. Sorot matanya menajam bagaikan singa menatap mangsanya. Yuma berdiri dan menghalangi Bahamud yang akan mengeluarkan kekuatannya. Bahamud mendecih lalu keluar pergi. Yuma bersama teman-teman sekamar akhirnya mengikuti pergi.

Sebelum pergi Kripik menepuk bahu Carl dan membisikkan sesuatu. Mata Carl membelalak.

"Sura, hentikan. Aku mohon hentikan. Cukup." Ucap Icha.

Bunga sakura perlahan lenyap. Suasana yang semakin suram mulai memenuhi ruangan. Pak Hagaromo yang baru datang ke kelas hanya menatap setiap siswa di kelasnya yang perlahan menipis.

Perempuan juga mulai ikut melangkah ke pintu luar. Fururun dan Eris yang kebingungan akhirnya menghadap ke arah Pak Hagaromo. Pak Hagaromo menepuk jidatnya pelan, ia tidak menyangka baru beberapa hari saja muridnya sudah ada konflik.

"Kalian berdua menghadap saya di ruang guru. Untuk kalian berempat!"

Carl, Icha, Pika, dan Milki menengok ke arah Pak Hagaromo yang sedang kesal di depan pintu keluar.

"Kalian tunggu saya di ruangan Bimbingan Konseling."

🍀

Kelas benar-benar kacau. Para guru yang bertanya mengapa setiap anak 1-E keluar, mereka beralasan bermacam-macam. Ada yang karena ingin bermain judi karena jam kosong, ada juga yang beralasan logis untuk belajar di ruangan asramanya.

Aura Mezu yang sedih membuat suhu tubuhnya menurun drastis. Padahal taman ada pada kondisi panas. Hicchan, Vara, dan Rav saling menggeleng kecil. Hicchan menggunakan kekuatan cahaya untuk membuat suhu tubuh Mezu normal, tetapi tetap tidak ada perubahan juga.

Vara yang akan menggunakan kekuatan bulannya, akhirnya mengurungkan niat. Karena bulan memiliki suhu yang dingin, jadi nantinya akan menambah buruk Mezu.

"Dengarkan aku buku sihir akhir. Keluarkan kekuatan milikmu untuk menolong manusia. Kebaikanmu akan terkenang oleh waktu, dan kebajikan akan selalu ada padamu.. Igo!"

Buku milik Rav terbuka. Butiran-butiran cahaya perlahan memasuki tubuh Mezu. Perempuan itu memuntahkan isi perutnya. Hicchan menutup mulut, ia baru pertama kali melihat seorang manusia bisa melakukan muntah pelangi.

Four-Leaf Clover Academia 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang