9. Maaf

62 15 12
                                    

"Kalian ternyata penyusup yah? Hoi! Kakek jelek, kau benar-benar dikalahkan oleh anak-anak? Mana harga dirimu." Kata Pak Hagaromo dan dibalas tawa anak-anak.

"Siapa yang akan membawa mereka Master? Bukannya Master akan mengawasi ujian kami ‘kan?" tanya Yoga.

Pak Hagaromo menggaruk belakang kepalanya. "Ah.. iya, tenang saja! Master akan memanggil Pak Madara ke sini. Dia akan mengantarkan orang-orang ini ke akademi."

Perasaan Bintang tetiba tidak enak. Rasanya ada hal ganjil tepat pada saat ini. Perkataan Pak Hagaromo membuat Bintang mengacungkan lengannya.

"Maaf Master, bisakah Master menggantinya dengan master yang lain? Aku.. aku merasa tidak enak." Kata Bintang.

Pak Hagaromo mengernyit heran. Dia sama sekali tidak mengerti dengan pikiran Bintang. Padahal Pak Madara adalah orang yang baik bagi Pak Hagaromo sendiri.

"Bisa Master ganti tidak?" tanya Kripik dan ditambah anggukan Fuyu.

Dua bersaudara itu mendukung ucapan Bintang. Pak Hagaromo memikirkan guru lain.

"Bu Miku, ah iya dia teman baik Master. Dia tidak sedang mengawasi ujian hari ini."

Miku? Nakano Miku? Atau Hatsune Miku? Batin Carl.

Minion yang tertunduk lesu seketika mengangkat kepalanya setelah mendengar nama Bu Miku. Dia mengangguk-anggukkan kepalanya dan itu membuat rasa curiga baru pada Bintang. Bintang ingin mengganti master lain lagi, tetapi tampaknya tidak bisa. Pak Hagaromo telah memanggil guru tersebut di hadapannya.

Bu Miku datang dari sebuah bayangan pohon dan tersenyum senang menatap yang lainnya. Mata Bintang membulat lebar, aura yang dilihatnya begitu hitam daripada yang pernah dia lihat kepada Carl waktu itu.

Anak-anak senang saat Bu Miku telah membawa penyusup itu menggunakan kekuatan bayangannya. Rizal mendekati Bintang lalu memegang bahunya.

"Ada apa? Kau melihat apa?" tanya Rizal.

Bintang terdiam seribu bahasa. Yuma, Widya, dan Fururun juga mendekati Bintang. Mereka sama-sama penasaran akan yang dilihat Bintang tadi.

"Apa.. kau merasakan bau darah? Penciuman hewan milikku merasakan itu." Ucap Yuma.

Bintang menggelengkan kepalanya dan menelan salivanya kasar. "Tidak. Tidak apa-apa kok. Baiklah kita adakan rencana untuk ujian selanjutnya."

Rizal menatap dalamnya hutan. Ada hal yang mengganggu pikirannya saat ini. Yuma mengibaskan tangan di hadapan Rizal dan itu membuatnya sadar.

"Ada apa Ketua?" tanya Widya.

Rizal mengusap tengkuknya. Ada yang ingin dia bicarakan sebenarnya.

Fururun memanyunkan mulutnya. "Kalian bertiga benar-benar aneh. Ayo jelaskan, apa yang kalian rasakan mengenai hutan Hinland."

Widya mengangguk. "Kita ini teman seregu, seharusnya kita bisa saling terbuka agar ujian ini dapat dilalui dengan lancar."

Rizal menunjuk kertas itu dan melihat banyak titik berwarna yang berkumpul. "Kita berada di markas Indonesia. Dan, mungkin ke arah timur kita dapat menemui misteri Hinland."

Dahi Bintang mengerut. "A-apa maksudmu? Misteri apa?"

Widya menghembuskan nafasnya berat. "Kekuatan pasirku menunjukkan ada pantai yang cukup jauh dari sini. Apa, kita bisa ke sana? Jaraknya sangat jauh."

Mata Fururun berbinar-binar. "Pantai? Aku bisa berenang dong! Sudah lama aku tidak melihat pantai."

Yuma memegang dagunya. "Sepertinya kita juga akan bertemu banyak negara lain. Aku juga tidak yakin mendapat banyak bola. Bola itu bulat gaes."

Four-Leaf Clover Academia 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang