6. Liburan? Bukan!

100 23 37
                                    

Anak-anak kelas satu berbahagia di lapangan. Mereka mendapat kabar tentang liburan- ah bukan liburan, tetapi mereka akan mendapatkan tes di alam. Kepala sekolah sendiri yang menginginkan mereka untuk belajar. Kepala sekolah membuat pembelajaran berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang mungkin saja terasa begitu-begitu saja dan tidak ada perubahan.

Para guru memakai baju santai, tidak memakai baju formal mereka yang biasa dipakai di saat mengajar. Jubah Pak Hagaromo tidak dipakai, dia memakai kaos putih dan celana pendek berwarna hitam. Warnanya memang cukup mencolok.

"Fururun, kamu bawa apa?" tanya Vara.

Fururun tersenyum lebar. "Guling, bantal, pakaian, seragam, kipas, beserta peralatan sulap lainnya."

Dahi Vara mengernyit. "Su-sulap untuk apa?!"

Nana terkikik geli. "Hohoho! Lebih baik aku yang membawa kartu judi."

Hanaru mengangguk. "Sabar Vara, otak mereka hampir sama kok."

"Tidak sama!" teriak Fururun dan Nana bersamaan.

Bintang menengok kanan-kirinya. Sepertinya ada yang membuat perasaannya bingung sama sekali. Teman-temannya bersikap seperti tidak ada yang terjadi saat kemarin. Saat semuanya menjadi buruk dan seketika ada tengkar di kelasnya.

Rizal menyikut lengan Bintang. "Kenapa raut wajahmu bingung begitu? Kita akan belajar diluar ruangan tahu. Keadaan di alam sangat berbeda dari akademi yang begitu-begitu saja loh Bin."

Yuma ikut menyikut lengan Bintang. "Sedang galau yah? Atau.. kau sedang tidak enak badan?"

Bintang mengusap tengkuknya. "Kalian tidak merasakan ada yang aneh kah? Sikap kalian seperti tidak terjadi apa-apa."

Yuma memiringkan kepalanya. "Huh, memangnya apa yang terjadi? Ada yang ulang tahun, eh kau ulang tahun? Selamat kalau begitu."

Rizal dan Yuma menyalami Bintang sambil cengengesan. Bintang yang ingin berteriak seketika dirinya tahan. Ternyata semua orang benar-benar tidak mengingat kemarin. Bintang menghembuskan nafas pelan, dia berusaha untuk melupakan juga. Bisa saja teman-temannya tidak ingin membahas sesuatu yang telah membuat hubungan mereka semua rusak.

Pak Hashirama bersorak agar semua kelas berbaris. Namun, bukannya berbaris dengan baik, beberapa negara yang berdekatan dengan Indonesia langsung menjauh begitu saja. Mereka rela berdempet-dempetan bersama sesama saingan yang lebih berat daripada yang rendah sama sekali.

Indonesia seketika berkecil hati. Karena merasa sangat direndahkan dan dijauhi padahal tidak berbuat salah. Pak Hagaromo menyalakan kekuatan apinya. Dia menatap tajam negara Malaysia serta Brunei Darussalam yang bersebelahan dengan Indonesia.

"Baris yang benar! Atau Master akan hukum kalian semua!"

Barisan menjadi normal kembali. Namun itu semua malah menjadi buruk bukan sebaliknya. Fururun yang sedang diam tiba-tiba saja bahunya dipukul kencang. Fururun hanya tersenyum kecil dan kembali ke posisi barisannya. Widya dan Pika yang merasa tidak terima langsung memberi tatapan mematikan.

"Apa maksudmu melakukan itu pada temanku?" tegur Widya.

Perempuan berambut ponytail hanya tersenyum licik. "Malaysia akan mendapatkan Cloverestia. Dan, kalian hanya akan dapat sampah!"

Teman-teman perempuan itu menertawakan Fururun. Pika yang tersulut emosinya langsung ditahan Fururun agar tidak menambah masalah lagi.

"Ada apa? Bukannya kita direndahkan? Aku tidak dapat diam." Ucap Pika.

Fururun menggeleng kencang. "Jika di mata mereka kita dianggap rendah, maka kita tidak harus berbuat seperti orang rendahan."

Pika mengangguk paham. Orang-orang itu masih mencemooh mereka dan Pika tetap menahan emosinya. Widya berusaha mengendalikan marahnya agar siswi yang tak memiliki sifat manusia itu tidak diserang kekuatan pasir miliknya.

Four-Leaf Clover Academia 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang