Anak-anak menyiapkan segera setiap peralatan untuk acara Pak Hagaromo hari ini. Pak Hagaromo akan melamar Bu Miku untuk menikah dengannya. Setiap anak sudah ditugaskan untuk membantu persiapan di tempat atau di tempat lain.
Hanya Rizal dan Sura saja yang berada di tempat lain. Tepatnya mereka kini sedang ada di hadapan Bu Miku dengan wajah serba bingung ingin berkata apa. Mereka harus mengajak Bu Miku melakukan banyak hal, asalkan saja tidak pergi ke atap gedung sekolah karena rencana lamaran pasti akan gagal.
"Mau apa kalian ke sini?" tanya Bu Miku.
Rizal menyikut lengan Sura agar menjawab. Sura malah membalasnya lagi hingga terjadi perang sikut menyikut.
"Ini hari libur, kalian istirahat saja. Jangan ganggu saya yang sedang sibuk."
Rizal menampar udara sambil cengengesan. "Ma-Master, mau ikut kami tidak? Psst Sura bantuin."
Sura mengangguk. "I-iya Master. Ikut kami ayo."
Bu Miku mengerutkan dahinya. Sikap dua muridnya terasa kaku dan aneh. Bu Miku membereskan dokumen-dokumen di mejanya. Sebuah map dengan lambang bunga berwarna merah dilihat Sura. Dia merasa pernah melihatnya saat penyerangan para penyusup di ujian.
"Master? Lambang apa itu? Aku merasa pernah melihatnya."
Bu Miku tercekat. Dia langsung membereskan dokumen itu cepat-cepat dan dimasukkan ke dalam laci miliknya. Bu Miku tersenyum kaku dan menarik mereka berdua keluar ruangan. Beberapa guru menengok aneh akan sikap Bu Miku yang tidak seperti biasanya.
"Mau ke mana sekarang?" tanya Bu Miku.
Rizal dan Sura tersenyum senang. Rencana mereka untuk membawa Bu Miku jalan-jalan telah berhasil.
"Kita akan pergi ke ... kantin."
"Tidak, jangan kantin Sur, kalau ke taman lebih bagus deh. Iya kan Master?"
Bu Miku mengangguk setuju. Rizal terkikik menang dan Sura mengembungkan pipinya karena kalah. Di koridor mereka tidak banyak bicara untuk membahas apa, lagian Bu Miku juga kini tidak nyaman untuk berbicara apa pun kepada dua murid milik salah satu orang yang dikenalnya.
"Kita sampai! Silakan duduk Master, aku akan membelikan es krim. Rizal kamu yang jaga." Ucap Sura.
Rizal terduduk lesu. Dia tidak nyaman jika harus berdua dengan orang yang tidak dia kenal. Bu Miku menatap langit cerah di atasnya.
"Kamu murid Pak Hagaromo yah?"
Rizal mengangguk kecil. "Iya. Eh, Master tahu dari mana?"
Bu Miku mengedikkan bahunya. "Orang yang saya kenal pernah menunjukkan fotomu dan teman-temanmu yang lainnya. Hmm kenapa hanya kalian berdua yang mengajak saya makan es krim?"
Rizal terdiam. Kemungkinan Bu Miku telah menyadari sesuatu. "Mereka sedang di atap."
Raut wajah Bu Miku berubah. "Sedang apa mereka di sana? Bukannya pintu atap aku yang pegang? Aku akan ke sana."
Rizal berteriak beberapa kali untuk menghentikan Bu Miku. Langkah Bu Miku cepat dan Rizal akhirnya mengikuti dengan berlari.
Sura menengok kanan-kirinya. Seharusnya di bangku putih itu ada dua orang yang akan dia berikan es krim. "Rizal dan Master ke mana yah? Dia meninggalkan aku? Ahh, aku harus memeriksa ke atap. Bisa saja rencana sudah dimulai."
Sepasang kekasih tetiba lewat di hadapan Sura. Sura menghampiri dan memberikan dua es krim vanilla dan coklat.
"Sayang? Kamu ngasih kejutan yah sama aku? Makasih banget. Aku kan suka es krim vanilla." Kata si perempuan.
Lelaki itu membeku di tempat. "Sumpah, aku tidak merencanakan hal ini."
Keadaan di atap seketika panik. Bu Miku sudah menaiki tangga menuju atap dan Rizal bolak-balik menghubungi Yuma agar menerima pesannya.
Ck! Dia ke mana?! Ini gawat sekali. Aku mohon angkat telponnya.
Seorang gadis berpapasan dengan Rizal yang muncul dari kantin. Sura berlari kencang menuju atap begitu juga Rizal.
Bu Miku membuka pintu dan angin musim semi menyambutnya. Dia bisa melihat seseorang yang dia kagumi ada di hadapannya sambil mengulurkan tangan. Dia memakai pakaian yang simpel. Celana panjang jeans dan juga kemeja hitam.
"Pak Haga--"
"Ikut aku."
Bu Miku menerima tangan Pak Hagaromo. Sentuhan hangat dapat di rasakan wanita itu. Bukan pada tangannya, tapi pada hatinya yang selama ini dia tutup rapat-rapat. Rizal dan Sura mengintip dari balik pintu. Mereka berdua sudah berkeringat dingin karena panik.
"Miku, kita dipertemukan lagi di musim semi. Aku ingin menemuimu walau sulit. Aku ingin selalu berada di sisimu."
Bu Miku tersenyum kecil. Apa yang dilakukannya pada Pak Hagaromo dulu itu karena dirinya yang masih muda. Sekarang mereka berdua sudah sama-sama berkembang dan menginjak usia matang untuk menikah bersama-sama.
Pak Hagaromo menunjuk air pancuran Four-Leaf Clover Academia. Bu Miku menutup mulutnya. Rasanya ada sengatan kebahagiaan yang menyentuh hatinya.
Anak-anak 1-E mempersembahkan banyak hiasan bunga. Di antara hiasan itu, ada nama Miku dan Ken berada di tengahnya. Dhana, Bahamud, dan Bayu membacakan mantera angin. Bunga-bunga itu berterbangan ke atas dengan kecepatan kencang.
Mata Bu Miku membulat saat Pak Hagaromo menunjukkan sebuah cincin. Pak Hagaromo juga tersenyum.
"Setelah sekian lama, aku ingin sekali melakukan ini padamu. Kamu mau menjadi teman hidupku Miku?"
Hujan bunga di atap sekolah membuat beberapa guru dan setiap murid yang melihat langsung berkumpul di air pancuran. Widya yang sudah menyiapkan kamera dengan cepat menyiarkannya melalui layar lebar.
Bu Miku mengangguk kencang. Pak Hagaromo seketika memeluk Bu Miku.
"Aku sudah lama tidak sedekat ini denganmu Ken. Rasanya lidahku mati rasa jika selalu menyebut nama depanmu itu."
"Terima kasih Miku. Aku sangat bahagia karena dapat bersama denganmu. Semoga kita tidak dipisahkan oleh pilihan takdir."
Bu Miku tertawa kecil. "Iya, semoga saja."
Sorak sorai menggema. Banyak yang bahagia karena dua guru Four-Leaf Clover akademi akan menikah sebentar lagi. Pak Hashirama hanya menangis bahagia walau dirinya belum dapat menikah. Pak Hodaka dan Bu Hina memakai teleportasi dan kini mereka ada di hadapan sepasang kekasih itu.
"Wah wah ternyata ada yang akan menikah. Aku tunggu anak kali--"
"Hodaka, jangan membahas itu dulu." Kata Bu Hina sambil mencubit pelan perut suaminya itu.
Pak Hodaka memberikan sebuah microfon pada Pak Hagaromo. Sebelumnya Yuma yang ingin memberikannya, tetapi Pak Hodaka langsung mengambil tugasnya itu.
Pak Hagaromo mengetes mic dan bekerja. "Terima kasih pada murid-murid yang saya cintai. Kepala sekolah yang telah menyemangati saya di malam sebelumnya. Saya juga sangat sangat berterima kasih kepada kalian semua. Saya sangat bahagia hari ini."
Rizal dan Sura saling mengacungkan jempol. Mereka seketika duduk karena kelelahan. Tetiba mereka menjadi tertawa.
END.
Wah-wah selamat berbahagia Pak Hagaromo dan Bu Hina. Sampai jumpa di buku kedua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Four-Leaf Clover Academia 1 [END]
Fantasy[ZRENS Project] "Orang yang mempunyai kekuatan hebat akan menjadi pemenangnya." Ucapan itu terdengar seperti menyemangati orang-orang Indonesia bangkit dari keterpurukannya di bidang sihir Internasional. Four-Leaf Clover Academy menampung anak-anak...