22. Kami Di Masa Muda

36 9 3
                                    

Seorang lelaki berambut pirang berjalan memasuki sekolah menengah pertamanya. Hagaromo Ken tampak tersenyum dari depan pagar sekolah. Setiap melihat seorang siswi cantik itu, Ken selalu senang. Hatinya serasa selalu kehilangan gravitasi sampai otaknya sendiri tidak ingin memikirkan hal lain lagi.

"Ken! Kau lagi-lagi terdiam di depan pagar. Sudah aku bilang beberapa kali hah? Cepat kau masuk sekolah, kau bisa terlambat nanti."

Orang tua itu memegang senjata andalannya. Sebuah rantai yang bisa menyambuk siswa nakal di sekolah. Ken mengangguk cepat dan berlalu pergi.

SMA Yamaken hari ini akan mengadakan sebuah kertas yang diisi setiap siswa kelas tiga. Ken tampak kesusahan akan melanjutkan sekolah ke mana.

Kelas 3-A ramai dengan murid-muridnya yang berbincang-bincang atau pun bergosip. Ada yang membicarakan sekolah yang akan dituju tapi tampaknya hanya sedikit orang di kelas yang membahas hal itu.

Lagi-lagi Ken melihat gadis di sebelahnya. "Miku, kau akan ke mana?"

Miku memegang pipi kanannya seperti biasa. "Aku tidak tahu. Kalau kau akan ke mana Ken?

Miku tidak mempunyai banyak teman di sekolahnya. Dia selalu kesepian karena ditinggal ayahnya. Hingga suatu saat Ken membuat Miku tidak sendiri karena pernah ditolong saat ia hampir mengalami pelecehan oleh para berandalan yang memasuki toko saat Miku menjadi kasir di sana.

Miku nyaman saat berada dekat Ken. Begitu juga dengan Ken.

Ken memperlihatkan kertas miliknya. "Aku mendaftar di akademi Four-Leaf Clover. Semoga saja aku diterima."

Orang-orang di kelas terdiam. Mereka menatap Ken tiba-tiba lalu mengerumuni mejanya.

"Ken! Benarkah kau akan ke akademi fenomenal itu?!"

"Ken kau jangan bercanda!"

"Yang benar saja kau Ken!"

Miku memandangi kertas pemberian Ken. Dia benar-benar akan mengambil jalur prestasi tidak menggunakan jalur rekomendasi dan sebagainya. Memang Ken mempunyai kemampuan api yang hebat ditambah otaknya yang encer membuat Miku percaya kalau Ken akan diterima di sana.

Miku belum mengisi kertasnya sendiri. Dia gundah jika harus benar-benar berpisah dengan Ken. Dia memang menginjak sepuluh besar di sekolah saat ujian nasional dan kekuatan bayangan miliknya juga selalu dia asah jika ada waktu lenggang di toko.

Ken masih ditanyakan banyak pertanyaan. Anak-anak di kelas tidak percaya terus-menerus pada Ken. Padahal Ken benar-benar akan melanjutkan sekolahnya ke sana.

Seorang ketua murid datang ke kelas dan akan mengumpulkan kertas kepada wali kelas mereka. Miku dengan cepat menghapus nama sekolah pilihan pertamanya dan diganti dengan akademi Four-Leaf Clover.

Kertas seluruhnya sudah dikumpulkan. Anak-anak juga sudah menyingkir dari meja Ken. Pemuda itu menatap Miku yang terlihat ketakutan padahal tidak ada hantu atau roh sebagainya.

"Miku, kau mau ikut aku ke kantin?" tanya Ken.

Miku menggeleng lalu tersenyum kecil. "Aku tidak ikut. Maaf Ken."

Ken berjalan pergi menuju kantin. Miku sudah dipaksa untuk ikut tapi dia tidak mau. Ken yang baru saja berjalan tetiba tertubruk temannya yang sedang bercanda. Tangannya keluar dari saku lalu menjatuhkan sapu tangan berwarna biru.

Miku melihatnya. Dia berlari mengambilnya dan ingin mengembalikannya pada Ken, tetapi Ken sudah berlari ke kantin saat itu juga.

Ini sapu tangan Ken 'kan? Bagaimana caraku mengembalikannya? Aku tidak mungkin mengasihnya di kelas, pasti akan membuat orang suuzan padaku. Aku tidak mau itu. Batin Miku.

Miku membulatkan tekadnya untuk memberikannya secepat mungkin pada Ken. Bel pulang sekolah berbunyi. Bel pulang terdengar dan sekarang Miku harus bergerak.

Ken sudah menghilang menggunakan teleportasi menuju luar sekolah. Miku tercengang, lagi-lagi Ken menggunakan teleportasi miliknya.

"Miku? Kau mau ke mana? Ayo bantu aku membawakan ini?"

Miku menggeleng. "Maaf Hina, aku akan pergi duluan. Kau minta bantuan pada Hodaka saja."

Wajah Hina seketika memerah. Dia tidak ingin mengajak lelaki itu untuk membantunya mengembalikan buku. Hodaka yang tahu Hina sedang membutuhkan bantuan langsung membagi dua buku di tangan Hina.

Hodaka terkikik. "Kalau kamu membutuhkan bantuan, aku akan siap membantu Hina."

Wajah Hina sudah semerah tomat sekarang. Di lain sisi Miku masih berlari menuju keluar sekolah. Seandainya dia menggunakan teleportasi menggunakan bayangannya pasti dia sudah dapat menemui Ken langsung.

Oksigen berhenti menyerahkan dirinya bagi Hina. Ken sudah ada dalam penglihatannya dan akan berbelok menuju luar sekolah. Hina untuk kesekian kalinya akan berlari lagi.

Orang-orang memberikan jalan Hina karena merasa perempuan itu sedang terburu-buru mengejar sesuatu.

Ayo! Ayo! Aku mohon! Aku ingin bertemu Ken sekarang. Tuhan!

Bruk!

"Duh? Siapa yang menindih tubuhku? Oi! Cepat turun ... Mi-Miku sedang apa kau?"

Wajah Miku dan Ken saling pandang. Wajah gadis itu memerah. Miku cepat-cepat berdiri dan membersihkan bajunya yang kotor. Ken juga ikut berdiri, dia bingung dari mana datangnya Miku.

"Ke-Ken maafkan aku, aku tidak sengaja melakukan itu. Tolong maafkan aku Ken."

Miku membungkukkan tubuhnya. Ken menatap kanan-kirinya, orang-orang di jalan memandangi mereka berdua. Ken langsung memegangi bahu Miku agar berdiri tegak.

Miku tertunduk malu. Dia tidak berani menatap lelaki di hadapannya.

"Miku, kau berhasil menggunakan teleportasi bayangan? Kau menggunakan bayangan dari pohon di sebelahku 'kan?" tanya Ken.

Miku menggeleng pelan. "Aku tidak tahu. Tapi ... Ken, aku ingin mengembalikan sapu tangan milikmu. Ini tolong terimalah."

Tangan Ken terbuka dan menerima sapu tangan miliknya. Miku mengambil tasnya, yang terjatuh tidak jauh dari saat ini dia berdiri. Mata Ken masih lekat tidak berpindah dari sapu tangan.

Sapu tangan punyaku dipegang Miku? Apa ini sebuah pertanda kalau dia akan menjadi pacarku? Batin Ken.

Ken yang baru saja mendekat tetiba Miku berbalik cepat. "Ken."

"Iya?"

Miku menarik napas pelan-pelan. Dia tidak mau terlihat gugup lagi di hadapan Ken. Dia ingin mengubah pandangan Ken terhadapnya. Dia ingin agar Ken tidak akan melindunginya lagi. Miku memandang langit di atas kepalanya sekarang.

Ken juga melakukan hal yang sama seperti Miku. "Ken, aku akan menjadi diriku sendiri sekarang. Jika aku diterima di akademi Four-Leaf Clover tolong jangan sering temui aku. Aku akan mengambil jalanku sendiri. Dan aku akan terbang bebas dalam banyaknya impian baru di masa depan nanti."

Ken mengernyit bingung. "Apa maksudmu Miku? Kalau kita masih bersama--"

"Ken! Bukannya aku ingin kita berpisah atau apa. Aku selalu memikirkan ini dalam diriku. 'Apakah aku bisa hidup tanpa dilindungi Ken atau tidak?' Dan sekarang aku akan mengambil keputusan itu. Kau sudah melindungi aku dari kecil, dan aku tidak mau terus dilindungi."

Ken kaget mendengar hal itu. Dia berjalan mendekati Miku. "Miku, kita ini saling mengisi. Kita teman masa kecil. Tapi jika kau ingin itu ... aku akan melakukannya."

Miku tersenyum lebar. Ken tidak menginginkan keputusan Miku yang tak pernah ia pikirkan itu. Tetapi dia tidak sepatutnya melindungi Miku setiap kali dia ada masalah, Miku ingin mencoba menjadi seorang yang mandiri.

"Ken, terima kasih."

To be continued..

Ohok! Gatau mimin suka sama masa lalu Pak Hagaromo dan Bu Miku//Pak Hodaka dan Bu Hina numpang lewat

Nah loh pasti udah ketebak 'kan? Siapa orang yang bakal anak-anak 1-E jodohin sama Pak Hagaromo wkwkwk

Four-Leaf Clover Academia 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang