10. Pantai

45 13 15
                                    

??? PoV

10 tahun di masa depan.

Aku melihat langit. Jika aku melihatnya, aku bisa mengenang seluruh kejadian di masa lalu. Aku senang tapi.. apa aku harus senang? Apa sepantasnya aku ada di sini? Apa bahagia di hidupku adalah sebuah kesalahan?

Suasana dulu yang aku rindukan. Suasana keramaian yang aku inginkan. Apa, suasananya dapat aku rasakan lagi saat kami semua akan dipertemukan kembali?

"Sudah lama kita tidak bertemu."

Aku tersenyum menatap laki-laki di sampingku. Lelaki yang selalu aku sukai sejak aku di akademi dulu. Dia mengusap kepalaku dan aku hanya diam saja. Nyaman.

"Kita akan bertemu yang lainnya yah? Kita pakai kereta jurusan ke arah Bandung 'kan?"

Aku mengangguk kecil. Kereta yang lewat itu.. aku seperti melihat begitu banyak ingatan. Apa mereka masih mengingatnya? Apa mereka tetap mengingat seluruh kejadian di akademi dulu?

"Kereta menuju Bandung sudah siap. Ayo, kau akan terlambat nanti. Kereta cepat bisa saja meninggalkanmu loh."

Aku tersenyum dan menerima uluran tangannya. Kami berdua masuk ke dalam kereta. Bungkam. Tidak ada yang berani bicara sekarang. Pantulan diriku depan jendela membuat aku sadar kalau memang masa depan berlalu begitu cepat. Kami sudah tumbuh dewasa dan tidak seceria dan sebebas dulu.

"Jangan menangis, aku memang merindukan mereka juga."

🍀

Author PoV

"Kita benar-benar berpisah dengan yang lainnya yah." Kata Yuma.

Rizal terduduk di pasir. Dia melihat laut biru yang begitu luas dalam netranya. Regu dua terdiam santai menikmati pemandangan yang baru saja mereka temui.

"KYAA! KEPITING! KEPITING!"

Fururun berlari ke arah pohon. Kepiting mencapit tangannya hingga Fururun merasa tersiksa sekaligus merusak suasana santai regu dua. Yuma mendekatkan kepalanya kepada kepiting itu.

"Oi! Kepiting jelek, ayo cepat lepaskan capitanmu pada temanku." Perintah Yuma.

Kepiting tetap tidak melepas. "Hah? Kau menyukai Fururun? Tidak, kau harus menikah dengan sejenismu. Ayo cepat--"

"Kyaa!! Sakit! Dasar kepiting gak ada akhlak!"

Kepiting berpindah mencapit hidung Yuma. Yuma yang mengamuk langsung menampar dirinya sendiri.

Plak!

"SAKITT!"

Kejadian pencapitan tersebut akhirnya membuat Yuma sedikit was-was. Fururun juga sama seperti Yuma. Ternyata kawasan pantai Hinland memiliki hewan yang cukup barbar. Widya, Rizal, dan Bintang hanya tersenyum tipis karena tidak tahu harus melakukan apa-apa--takut kepiting.

Bintang menatap langit yang mulai terbenam. "Kalian ingat perkataan Master Hagaromo? Ini hanyalah permainan. Apa.. ujian ini adalah permainan?"

Widya menggeleng. "Aku merasakan ini tetap ujian. Jika kalian menganggap ini permainan pasti kita bisa saja meminta untuk berhenti atau menyerah. Kalau aku lihat di kartu, ujian mempunyai beberapa tahap. Tahap pertama adalah menangkap bola. Dan tahap lainnya.. masih misteri."

Four-Leaf Clover Academia 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang