Angin laut terasa begitu besar. Dari regu tiga hanya Fiaa saja yang ikut karena kekhawatirannya melebihi kekhawatiran teman regunya. Yoga sebenarnya akan diajak untuk pergi ke daerah regu dua, namun penjagaan regu tiga tidak begitu aman tanpa ada dirinya. Trio angin hanya duduk meratapi api unggun, mereka merasa begitu tidak tertarik. Padahal dalam hati mereka begitu memuncak rasa kepanikan.
Rehan, Fiaa, dan Rizal sedang menuju daerah regu dua. Sebagai jaga-jaga mereka sudah merencanakan rencana lainnya untuk menghancurkan si Leonardo dan teman-temannya itu.
Tangan Fiaa membentuk senjata pisau berkali-kali, yah walau dalam bentuk kertas, tapi kertas itu begitu tajam setajam silet. Rehan menatap gadis di sebelahnya berulang kali, ada keanehan tergambar di wajah Fiaa.
Dia kenapa? Batin Rehan.
"Hanya beberapa jarak saja kita dapat menemukan daerah regu dua. Kalian sudah siap untuk melakukan rencana A?"
Fiaa dan Rehan mengangguk.
Dari lebatnya pepohonan, suasana pantai akhirnya bisa terlihat. Suara angin melesat melewati indra pendengaran mereka. Rizal tersenyum lebar dan memberi sebuah kode menggunakan tangannya sebelum memasuki wilayahnya sendiri. Sebagai ketua, Rizal memang seharusnya selalu ada di dekat teman-teman regunya sendiri. Namun, jelas berbeda jika regunya dalam berbahaya, dia juga harus bertindak walau konsekuensinya besar. Yaitu dilupakan untuk sementara.
"Bukannya itu ... Rizal?" tanya Juan.
Rizal memberi kode lagi. Fiaa menyiapkan senjata pisau di sela-sela jarinya dan Rehan siap untuk membakar musuh.
Ternyata benar, di sini ada orang selain regu dua. Ahh aku jadi bingung kenapa waktu kemarin aku tidak menyadarinya. Apa kekuatanmu Rizal? Ck! Hebat sekali kau bisa menyembunyikannya dariku. Batin Rehan.
Fiaa melihat Yuma yang benar saja telah disekap di sebuah pohon kelapa. Tapi dia tidak melihat keberadaan tiga orang lainnya di sana.
"Kau ke mana saja Rizal? Kami menunggu kedatanganmu."
Rizal masih mempertahankan senyumannya. Hatinya benar-benar sakit saat harus melakukan ini hingga teman-temannya disembunyikan oleh orang-orang jahat di hadapannya. Leonardo memeluk Rizal tiba-tiba, dan dia tersenyum licik yang dilihat Rehan serta Fiaa.
Wajah botaknya menjijikan. Siapa yang suka dengannya lagi? Hoekk! Kata Fiaa dalam batinnya.
"Aku kembali teman-teman. Tapi.. tolong beri tahu aku di mana regu dua yang lainnya."
Leonardo melepas pelukannya. "Mereka sedang tidur. Karena ini masih malam, kau bisa beristirahat terlebih dahulu. Mau aku antarkan ke kamar Rizal?"
Nama 'Rizal' ditekan diakhir ucapan Leonardo. Rizal menghela nafas berat.
"Aku tidak suka bermain-main begini. Aku akan melihat Yuma dulu. Oh iya, tolong jangan ikuti aku Leonardo. Kau 'kan berbahaya."
Kata 'berbahaya' ditekan sebagai sindiran bagi Leonardo. Senyum Leonardo pudar, dia melihat Rizal dengan tatapan dingin.
"Apa maksudmu Rizal?"
Rizal menghentikan langkahnya dan memberi kode menggunakan morse. Fiaa melancarkan serangan tepat di beberapa titik tubuh Leonardo. Dia langsung jatuh tersungkur dan berteriak meminta pertolongan teman-temannya. Juan--adiknya--segera menolong kakaknya itu.
"Jangan panggil aku seperti orang yang sudah lama kenal denganku. Baiklah di mana yah Yuma. Yuma! Halo! Yuma kamu di mana? Oh ternyata dibalik pohon itu yah, oke aku akan menjemputmu."
Leonardo ingin berlari untuk menghentikan Rizal. "Cepat lepaskan tusukan ini! Cepat Juan!"
Juan mencabut pisau satu persatu dari tubuh kakaknya. Teriakan bergema setiap Juan mencabut pisau itu. Fiaa meringis ngeri saat mendengarnya. Fiaa memang belum pernah melakukan serangan kepada orang langsung, jadi dia merasa kesakitan sendiri mendengarnya.
Rehan menampar pundak Fiaa. Fiaa hampir saja berteriak saat itu.
"Jangan lemah! Kau belum membunuhnya, itu hanya latihan."
"Hah? Latihan apa oi! Aku yang melakukannya saja sudah berkeringatan begini, lihat keringat di dahiku."
Fiaa menunjuk keringatnya. Rehan hanya menatap datar.
"Aku tidak peduli. Sekarang kita lanjutkan pengawasan."
"Hm! Dasar tidak peka."
Juan telah melepas setiap pisau di tubuh kakaknya. Kedua teman perempuannya menolong Leonardo menggunakan kekuatan penyembuh.
"Yuma? Kenapa kau babak belur seperti ini?" tanya Rizal.
Dia telah menemukan Yuma yang diikat tidak berdaya. Wajahnya terkena pukulan yang terlihat sangat kencang sampai menjadi biru. Yuma menatap Rizal dengan bahagia.
Yuma mengulum senyum. "Selamat datang. Kau ke mana saja? Kami mengkhawatirkan dirimu bodoh. Lihat pukulan ini, aku berjuang loh."
Rizal hanya terkikik geli. Yuma masih sempat-sempatnya bercanda walau dia terlihat tidak berdaya. "Aku hanya berjalan-jalan sebentar kok. Yum, bagaimana dengan yang lainnya?"
Yuma melihat Leonardo mengepalkan lengannya dan hampir mendekati temoat Rizal berdiri saat ini. "Rizal pergilah, orang bodoh itu akan mendekatimu. Ayo pergilah, aku akan memukulmu kalau ti--"
Rizal masih bersikap tenang. "Aku sudah menyiapkan hadiah bagi orang-orang jahat itu. Lihat dalam hitungan 1.. 2.. 3--"
Leonardo berlari dan melayangkan sebuah pukulan. "MATI KAU!!"
Dar!
Tubuh Leonardo seketika terbakar. Bola api yang tidak terlihat telah membakar baju Leonardo. Leonardo yang panik seketika berputar-putar di tempat karena terlalu serius menghentikan api itu. Rehan tertawa begitu keras dan sempat dihentikan Fiaa, namun dia tetap tidak dapat menahannya.
Yuma yang mendengar tawa Rehan, hanya dapat melihat ke arah hutan dengan bingung. "Siapa orang itu?"
Rizal memberi acungan jempol. "Pedo!"
Frey menggunakan kekuatannya. Sebuah besi bangunan dia arahkan pada Rizal, tetapi sebuah kertas berukuran besar menghentikannya.
"Da-dari mana serangan itu?"
Rizal menggerakkan tangannya. Frey yang melihat itu langsung menyangka Rizal lah yang telah melakukannya. Juan tidak ingin melakukan apa-apa lagi, impiannya untuk mendapatkan teman baik seketika sirna dilahap rencana jahat milik kakaknya sendiri.
Rizal menahan tubuh Yuma di sampingnya. Tangan kanan Yuma dilingkarkan di pundak Rizal. Lelaki itu melangkah maju menuju rumah buatan Frey.
"Woi! Juan kau mau berteman 'kan? Aku bisa mengabulkannya. Tapi kau harus menolong kami kali ini. Perbuatanmu akan mengubah masa depan loh!" teriak Rizal.
Leonardo dan Frey terus bersikeras menyerang Rizal terus menerus. Hingga akhirnya kelelahan dan memberikan jalan. Fiaa bersama Rehan berteriak kelelahan karena energinya seperti dikuras setiap kali melindungi Rizal.
"Kau ... punya minum tidak?" tanya Rehan.
Fiaa meneguk salivanya kasar. "Ternyata kau tidak punya air juga yah. Akhirnya aku akan mati kehausan."
Juan benar-benar mengkhianati teman-temannya. Dia menghentikan dua perempuan menggunakan kekuatan miliknya. Juan sebenarnya tidak ingin melakukannya, tapi ini mengubah masa depan seperti yang diucapkan Rizal kepadanya.
Juan menatap Rizal yang berada tidak jauh darinya. Rumah sudah dekat dan Rizal bisa menyelamatkan yang lainnya juga.
"Rizal, apakah aku bisa mengubah masa depan?" tanya Juan.
"Bertemanlah dengan orang baik dan kau akan merubah masa depan menjadi baik."
To be continued..
Asekk asekk lebaran telah tiba//nangis
Dapat THR? Mimin sih ngga//nangis
Tapi tenang, mimin kasih THR sepuluh chapter buat kalian ahahaha. Silakan dibaca chapter-chapter baru dari FLCA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Four-Leaf Clover Academia 1 [END]
Fantasy[ZRENS Project] "Orang yang mempunyai kekuatan hebat akan menjadi pemenangnya." Ucapan itu terdengar seperti menyemangati orang-orang Indonesia bangkit dari keterpurukannya di bidang sihir Internasional. Four-Leaf Clover Academy menampung anak-anak...