8. Regu

90 17 77
                                    

"Woi kakek jelek! Mau ngejudi tidak?!" teriak Nana.

Minion yang mulutnya dilakban terus-terusan mengumpat walau tidak dapat dimengerti. Dia menggeram marah, tapi tubuhnya yang diikat di batang pohon bersama teman-temannya membuat dia tak dapat pergi ke mana-mana.

Hanaru mengusap bahu kakek itu. "Tenang kek, kita tidak jahat kok. Tapi kalau kakek berbuat jahat lagi, aku bisa saja menyegel kakek ke batang pohon."

Minion hampir berteriak lepas. Hanaru memelototi Minion sambil memegang pipi kanannya, persis seperti seorang gadis yandere dalam anime yang pernah ditonton Hanaru sebelumnya.

"Kakek mau dicincang jadi apa?" goda Hanaru.

Nana terkikik geli. "Kulit kakek jadi kartu judi Nana boleh nggak?"

Minion menggeleng cepat. Nana dan Hanaru tertawa puas karena melihat Minion kencing di celananya.

"Maaf kek di sini tidak ada toilet umum." Kata Yuma yang sedang lewat.

Rizal dan Yuma tersenyum saat Nana serta Hanaru mengibaskan tangannya. Rizal dan Yuma masih ada kesibukan lain di tendanya. Mereka berdua akan membuat makanan enak dari ayam hutan. Bintang yang akan memasaknya.

Ternyata akademi memberikan beberapa sayur dan buah kepada setiap kamar. Semua anak kelas 1 diberikan pasokan tersebut dan akademi juga nantinya akan berhenti memberi pasokan saat sudah menginjak minggu pertama di Hinland.

Yuma menatap Bintang yang sudah menyiapkan air panas menggunakan api unggun. Kata Bintang agar rasanya berbeda dan lebih nikmat. Yah, memang benar juga perkataan Bintang. Tidak ada kompor atau alat bakar lainnya selain menggunakan salah satu kekuatan pengguna elemen api beserta kayu kering.

"Yang menyalakan api unggun Ave?" tanya Rizal dan diberi anggukan kecil oleh Bintang.

"Woi siapa yang naruh bawang di sini?!" teriak Kripik.

Kripik hampir menangis karena mengiris bawang. Carl juga ikut-ikutan menangis karena sedang memotong sayur dekat Kripik.

"Kyaa! Mataku!" teriak Carl.

Fururun mengarahkan tangannya kepada Carl. "Butuh air?!"

Carl serta Kripik berdiri dan melompat-lompat. Matanya semakin perih saat mereka mengucak-ngucak mata. Fururun terkikik geli. Lalu dengan sekali semburan air yang kencang, baju dua anak itu langsung basah.

"FURURUN!!"

"Kaburr!!"

🍀

Salah satu ruangan yang sangat luas di Hinland telah terjadi debat hebat.

Malam sebelum diadakan ujian pertama, terjadi perseteruan yang membuat para guru saling tunjuk dan marah. Pasalnya ujian ini terlalu berbahaya bagi para murid akademi, tetapi kepala sekolah tetap mempertahankan pendapatnya, kalau dengan rencananya murid-murid pasti lebih baik daripada angkatan tahun lalu.

"Bapak kenapa seolah-olah ini sudah aman? Memangnya bapak siap menanggung bahaya?" tanya salah satu guru.

Pak kepala sekolah tersenyum. "Saya siap menanggung apa pun itu. Saya--"

Pak Hashirama langsung memotong. "Pulau Hinland bukan pulau ciptaan kita. Ini begitu berbahaya, pasalnya Hinland belum kita kenal sama sekali. Ini adalah pulau baru bagi akademi, walau Bapak! Membelinya dengan uang! Tapi apa Bapak siap jika murid akademi kita terkena bahaya?!"

Four-Leaf Clover Academia 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang