10) Teka Teki Astronomi

144 55 0
                                    

Pagi-pagi Jingga sudah tersenyum merekah memandangi layar ponselnya.

"Dari tadi papa panggil gak dengar. Ternyata lagi sibuk sama ponselnya." papa Jingga kemudian mendekati anaknya yang sedang duduk di sofa lengkap dengan seragam sekolahnya.

Jingga menoleh. "Papa?"

"Kamu kenapa, sih. Senyum senyum gak jelas." tanya papanya.

Jingga kembali memamerkan senyuman manisnya. "Jingga kemarin pergi ke kantor Antariksa. Sekalian foto sama kepala kantornya." Jingga kemudian menunjukkan foto dirinya bersama dua orang pria paruh baya.

Papa Jingga mengambil ponsel anaknya untuk dilihat lebih detail. "Sama siapa kamu kesana?"

"Temen, Pa."

"Siapa? Kayaknya teman-teman kamu susah kalau diajak ke tempat kayak begini." papa Jingga tertawa kecil. Memang benar, Diva, Maudy, dan Vira, tidak suka pergi ketempat yang mereka anggap tidak menyenangkan seperti museum, pameran, termasuk juga kantor kantor penelitian. Orang seperti mereka akan lebih memilih mall, supermarket, tempat hiburan untuk dikunjungi.

"Emm, mau kok."

"Diva, ya?" tanya papanya.

"Bukan."

"Maudy?"

"Bukan."

"Terus temen yang mana, nih?" papanya memamerkan senyum jahilnya.

Jingga berdecak. "Papa." katanya sambil mendorong pelan lengan papanya. "Bukan siapa siapa, kok."

Papanya hanya tertawa melihat tingkah Jingga. Ia kembali meneliti foto di ponsel tersebut. "Papa kok kaya pernah lihat orang ini." papa Jingga menunjuk pria yang berada di sebelah kanan Jingga.

Jingga bingung harus berkata apa. "Emm, katanya, sih, beliau sering mondar mandir di televisi. Buat wawancara seputar astronomi gitu, Pa." Jingga memilih menjawab aman.

"Bukan-bukan. Papa kayaknya pernah ketemu langsung. Kalau di televisi, papakan jarang nonton televisi. Papa lupa ketemu dia dimana." papanya mengingat ingat. Papa Jingga memang jarang menonton televisi, karena waktunya dihabiskan di kantor. Kalaupun dirumah, dia akan memilih berkutik dengan laptopnya ketimbang menonton televisi.

"Mungkin beliau pernah ke kantor papa."

"Staf astronomi ke kantor papa buat apa Jingga? Kalaupun iya pasti papa punya berkas-berkas bukti kerja sama kantor papa sama kantor astronomi."

Jingga heran kenapa papanya ingin sekali tahu dimana dia pertama kali bertemu dengan papanya Biru. "Papa salah orang kali. Orang papanya Biru jarang keluar rumah, kecuali ke kantornya."

"Papanya Biru? Biru, Biru siapa?" tanya papanya. Jingga benar-benar keceplosan, padahal dia berusaha menyembunyikan nama itu pada papanya. Dia tidak mau papanya mengira Jingga tidak serius dengan belajarnya, dan lebih memilih keluar dengan seorang cowok.

"Emmm. Itu... Apa.... Emmm..." Jingga terbata-bata.

"Jingga buruan sarapan." seru mamanya. Yang sekaligus menyelamatkan Jingga dari pertanyaan papanya. Jingga segera pergi ke meja makan.

"Kamu nanti mama antar, ya?" tawar mamanya.

"Gak usah, Ma. Naik bus aja."

"Yaudah kalau gitu." mama Jingga membuka dompetnya. "Nih, ongkos sekalian uang jajan kamu." dia menyerahkan uang lima puluh ribu.

"Makasih, Ma." Jingga kemudian segera menghabiskan sarapannya. Meski masih sangat pagi, dia harus bergegas sekarang.
"Jingga berangkat dulu, Ma, Pa."

Jingga BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang