Pagi ini tak seperti biasanya bagi Jingga, jika berangkat sekolah, kelas lah yang langsung ditujunya. Namun kali ini tidak, perpustakaan lah yang malah pertama kali dikunjunginya hari ini.
"Yah, mana Pak Un belum dateng." gumamnya.
Jingga hanya bisa menunggu hingga pintu perpustakaan dibuka dan mondar mandir di depan bangunan putih itu.
Brakkk
Jingga terkejut, ia tak sengaja menabrak seorang murid yang sedang membawa banyak bola basket hingga bola-bola itu keluar dari jaringnya.
"Sorry sorry, gak sengaja." kata Jingga.
"Yah, elo. Gue jadi harus masukin bola ke jaring lagi kan." murid itu tampak kesal.
"Ya sorry. Gue bantuin kok."
Akhirnya mereka berdua memungut bola itu bersama-sama."Udah udah. Sisanya gue aja. Lo bisa kan ambil bola lagi di gudang?" suruh cowok dengan rambut jabrik itu.
"Lagi?" Jingga tak percaya apa yang akan cowok itu lakukan dengan bola basket sebanyak itu.
"Iya. Buat praktek kelas gue. Buruan cepet."
Jingga menuruti kata cowok itu. Ia pergi ke belakang perpustakaan, dimana gudang tempat menyimpan alat olahraga berada.
Ketika dia sampai, ia kaget ketika banyak anak lelaki yang sedang mengganti kaosnya. Jingga langsung memunggunginya.Selain kelas, banyak anak lelaki yang memakai gudang sebagai tempat ganti bajunya.
"Astaga! Habis gue!" bisik Jingga. "Kalau mereka mikir macem-macem gimana?" Jingga masih menutup matanya.
"Ga, Ga!" seseorang menepuk pundaknya.
Jingga menoleh, ternyata Yudha yang memanggilnya.
"Lo ngapain disini? Untung kita udah selesai gantinya." tanya Yudha.
"Emm. Gue mau, mau ambil bola basket."
"Oh. Gue ambilin bentar." Yudha mengambil benda berbentuk semangka. "Nih."
"Cuma ini?" tanya Jingga.
"Lo butuh berapa?"
"Banyak."
"Buat apaan? Bukannya kelas lo hari ini gak ada mapel OR ya?" tanya Yudha.
"Bantu temen lo tuh. Gue gak sengaja nabrak dia, dan katanya dia butuh bola lagi."
"Temen siapa?"
"Gak tahu. Gue cuma disuruh."
Yudha pun mulai memasukkan bola-bola itu ke dalam jaring. Sementara itu semua teman-temannya meninggalkannya. Kavi dan Biru yang merupakan teman dekatnya pun malah pergi, tak mau membantunya.
"Lima cukup gak?" tanya Yudha yang menghitung bola basket.
"Tambahin lagi aja. Nanti kurang lagi."
"Serius lo? Berat tahu. Lagian lo disuruh mau-mau aja. Lo kan cewek, mana kuat bawa beginian."
"Ya makannya itu. Nanti lo bantuin gue." Jingga menepuk nepuk lengan Yudha.
"Yaelah, ternyata lo bisa aja."
"Hey! Lo masuk ke kelas aja." kata seseorang yang Jingga ingat adalah orang yang menyuruhnya tadi.
"Loh, tapi inikan udah mau selesai. Nanti gue angkat kok." Jingga menunjuk Yudha yang hampir menyelesaikan kegiatannya.
"Gak usah, gak usah. Buruan ke kelas. Sorry ya gue udah nyuruh nyuruh lo."
Mulut Jingga sedikit terbuka. Apa ada angin segar yang menyadarkan cowok itu bahwa cewek tak akan sanggup membawa beberapa buah bola basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga Biru
Novela JuvenilGak masuk sekolah selama satu bulan karena sakit, membuat Jingga ketinggalan semua mata pelajaran. Meski dia berusaha untuk mengejarnya secara online namun tetap saja kalah cepat. Selama sebulan pun dia juga ketinggalan berita update sekolahnya. Ten...