14) Lentera

97 31 1
                                    


"Ra, gue tunggu." ucap Devan pada Vira yang kemudian pergi keluar kelas.

Vira mengangguk.
"Ayo ke kantin." ajak Vira setelah selesai membereskan buku-bukunya.

"Gue gak ikut, ya? Mau ke perpus." balas Jingga seperti biasanya.

"Ke perpusnya besok aja. Lo gak baca apa di grup semalem?" Maudy sudah siap pergi dari kelasnya.

Jingga memasang wajah bingung.
"Grup apaan?"

"Hadeh... Devan, nyuruh kita ke kantin. Di traktir lagi mungkin." Maudy menjawab kebingungan Jingga.

"Ayo." Diva menarik Jingga agar keluar.
Jingga menuruti permintaan mereka.

"Dan lo tau gak? Devan ngasih nama grupnya apa?" Diva menatap Jingga.

"Apaan?"

"Devanistik coba. Dia pikir kita fansnya apa? Jijik banget gue." Diva bergidik ngeri.
"Emang lo belum tahu?"

"Gue sekarang jarang pegang ponsel."

"Dan lo tau gak? Beruntungnya kita masuk di Devanistik?" Vira menoleh ke belakang pada Jingga dan Diva.

"Apa?" Diva ingin tahu.

"Kita bisa tau nomor ponselnya Biru." Vira memamerkan deretan giginya.

Diva membuang napasnya.
"Cuma bisa dipandang, kalaupun di chat juga Biru gak bakalan bales."

Setelah menemukan meja yang diisi oleh Devan dan teman-temannya. Jingga dan keempat temannya membeli makanan dulu. Supaya tidak membuang-buang waktu istirahat.

"Udah kumpul semua, kan ini?" tanya Devan.

"Bentar gue absen. Devan, gue, Kavi, Biru, Tama, Deni, Jingga, Diva, Vira, Maudy. Udah, lengkap kok!" Yudha mengabsen setiap anggota.

"Oke. Jadi hadiah uang yang futsal kemarin masih banyak, nih. Kita dulu kan sepakat kalau sisanya buat seneng-seneng. Iya, kan?" Devan mulai buka suara

Semua orang di meja panjang mengangguk.

"Gimana kalau kita seneng-senengnya nanti? Bisa kan?"

Semua mengangguk yakin.

"Mau di club mana? Gue pesenin." Tama memajukan badannya sehingga seluruh teman-temannya melihatnya.

Devan memukul kepala Tama. "Ada anak orang woi. Sembarangan lo."

Keempat cewek itu saling bertatap, mereka akan langsung mengurungkan niatnya untuk pergi bersama jika tujuannya adalah ke club.

"Enggak kok, enggak." Devan meyakinkan Jingga dan teman-temannya.
"Di pasar malam aja gimana? Di jalan Kesultanan, gak terlalu jauh, kan?"

"Enggak kok." Diva mewakili teman-temannya.

"Oke deh." Tama akhirnya menurut.

"Kumpul dimana dan jam berapa?" tanya Kavi.

"Kumpul di rumah Kavi gimana?" Devan memberi pendapat.

"Oke."

"Jam lima sore, ya?" Devan memberi pendapat lagi.

Semua teman-temannya kini setuju. Suara gembira kini terdengar di meja Jingga. Suara yang cukup keras, hingga terdengar sampai meja belakang.

___________________________________________

"Jangan lupa nanti jam lima." Vira mengingatkan teman-temannya sebelum mereka pergi meninggalkan kelas. Ya, kelas sudah usai, menyisakan Jingga dan temannya.

Jingga BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang