Prolog

66 17 0
                                    

Hujan deras mengguyur kota Jakarta di malam minggu ini. Petir menyambar membuat siluet kilatan cahaya di atas langit malam yang gelap gulita. Tapi itu semua tidak menyurutkan semangat orang-orang yang berkerumun di tengah jalan dengan tingkat penasaran yang tinggi. Pekikan hingga teriakan bercampur menjadi satu. Mereka bingung harus melakukan apa?
Semuanya takut ketika melihat darah segar mengalir menyatu dengan air hujan. Bau anyir menyeruak ke indra penciuman mereka.

"Hubungi polisi, pemadam kebakaran sama ambulance, cepat!!"

"Kita harus bertindak cepat, ini menyangkut soal nyawa."

"Cepat siapapun tolong cepat."

Riuh-riuh kembali terdengar ketika orang-orang sibuk dengan ponsel mereka masing-masing  untuk menghubungi petugas.

"KYRA!!!!"

Teriakan seorang pemuda menggema di sekitaran jalan membuat orang-orang mengalihkan perhatiannya dari ponsel. Dan benar saja seorang pemuda dengan rambut acak-acakan karena sudah basah terkena air hujan begitu juga dengan baju dan celana jeans nya yang sudah basah kuyup.
Pemuda itu menerobos masuk dari depan kerumunan para pengemudi yang lain.

"Hey jangan bahaya! Sebaiknya kita tunggu bantuan dulu. Mereka sedang dijalan akan segera tiba."

"Lepasin saya pak. Itu pacar saya ada disana, biarkan saya bantu dia pak!" Mohon pemuda itu histeris

"Tidak. Mobilnya sudah mengeluarkan asap kemungkinan nanti terjadi ledakan." Laki-laki tua itu mencoba menjelaskan dengan sabar sambil terus menahan lengan si pemuda yang terus memberontak.

"Lepasin saya, pak. Saya mohon, dia butuh saya pak.....dia butuh saya."

Laki-laki tua itu tetap menggeleng. "Jangan, nak. Ini demi keselamatan kamu juga,"

Dengan sekali hentakan pemuda itu terlepas dari genggaman laki-laki tua tersebut. Tidak memperdulikan teriakan-teriakan yang meneriakinya, pemuda itu berlari menghampiri sebuah mobil yang sudah dalam keadaan terjungkal menyamping. Body-body nya pun sudah tidak berbentuk lagi karena tertabrak oleh sebuah mobil tronton dari arah berlawanan.

Jantungnya berdegup kencang dengan sendi-sendi tulang yang melemas seketika. Pemuda itu berjalan pelan, meskipun saat ini yang ingin dia lakukan adalah duduk lemas dan memandang kosong terhadap mobil putih yang sudah tidak bisa di sebut sebagai mobil lagi.
Tapi sekuat tenaga dia berjalan pelan menyeret kedua kakinya yang sudah lemas seperti jelly.

"Kyra......" lirihnya

"Aku disini, aku gak kemana-mana. Aku minta maaf, sayang bertahanlah." Air mata sudah tidak bisa lagi dibendungnya. Isakan-isakan yang menyayat hati untuk siapa pun yang mendengarnya membuat orang-orang yang menyaksikannya hanya bisa berdo'a dalam hati untuk keselamatan orang yang ada di dalam mobil tersebut.

"Aku disini. Kamu akan selamat, Kyra."

"Kamu dengerkan? Kamu akan selamat."

"Maaf aku udah egois tadi. Aku yang salah......aku minta maaf."

Setidaknya kata-kata itulah yang ia ucapkan untuk membuat pikirannya tenang dan menganggap semuanya akan baik-baik saja. Semua orang pun tahu kalau kemungkinan selamat nya itu sangat kecil apalagi kecelakaan tersebut terbilang sangat parah.
Bahkan hujan pun tahu kesedihan yang di alami anak muda ini.

Suara srine saling bersahutan memecah keheningan. Dua mobil polisi, satu mobil ambulance dan satu mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi kejadian. Semua orang disana menghembuskan napasnya lega begitupun dengan pemuda yang sedang berusaha mengeluarkan sang kekasih dari dalam mobil.

Proses efakuasi memakan waktu hampir satu jam lamanya. Hujan pun sudah mulai reda menyisakan rintik-rintik kecil. Korban sudah berhasil dikeluarkan dari dalam mobil dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Belakang kepala dan keningnya mengeluarkan darah yang bisa di bilang tidaklah sedikit, membuat baju yang dikenakannya berubah warna.

Merah darah!

"Tolong beri jalan. Korban harus segera ditangani," jelas pak polisi kepada orang-orang yang berkerumun untuk melihat jalannya efakuasi.

"Kyra.....aku disini. Bertahanlah hanya sebentar!" Pemuda itu terus disamping gadis yang ia sebut sebagai Kyra sampai dimasukan kedalam ambulance.

Di genggamnya tangan si gadis yang sudah sedingin es tersebut sambil sesekali ia menggosoknya pelan. Entah rasa panik yang menyerangnya terlalu besar sampai pemuda itu merasa kalau mobil ambulance yang ditumpanginya melaju sangat lambat untuk menuju rumah sakit.

"Pak tolong lebih cepat!" mohon pemuda itu.

"Sabar. Jalanan licin jadi harus hati-hati," jelas si petugas.

"Please bangun Kyra. Sekali aja buka mata kamu! Lihat aku disini....disamping kamu." Di belainya pipi gadis itu lembut yang masih ada sisa bercak darah menempel disana.

"Aku minta maaf. Maaf."

Rasanya seperti ditusuk ribuan pedang tepat di jantung pemuda itu sehingga untuk bernapas saja rasanya sesak hanya karena melihat orang yang sangat di cintainya terbaring lemah seperti ini.

Tangan yang di genggam pemuda itu bergerak pelan. Kelopak Mata yang tadinya terpejam rapat perlahan bergerak-gerak.

"Kyra.....aku disini." Rasa senang menyelinap di hati pemuda itu ketika mata yang selalu menatapnya dengan penuh cinta perlahan terbuka meskipun tidak sepenuhnya.

"Kyra.....aku disini."

"Abi......" panggilnya susah payah

"Iya aku disini, sayang. Aku disini."

"Abi....." panggilnya lemah

"Iya? Katakan sesuatu, Kyra."

Tidak ada jawaban dari Kyra membuat pemuda yang di panggil Abi itu kembali diserang rasa panik seperti tadi, meskipun mata Kyra terbuka menatapnya dengan tatapan sayu.

"I love you." bisiknya pelan dengan mata yang kembali tertutup.

"Enggak! Enggak. Ini gak mungkin! Bangun sayang......bertahanlah sebentar lagi."

"Kyra..?"

"Jangan kayak gini! Buka mata kamu jangan tinggalin aku, aku mohon." Abi kembali histeris mengguncang tubuh Kyra yang kaku berkali-kali.

"I love you too."

"I love you too."

Di kecupnya berkali-kali tangan Kyra.

"Maaf."

"Aku minta maaf."















😤

You Are My Memory [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang