PART 2

235 1 0
                                    

Aku sungguh terkejut dengan kehadiran gadis itu. Darimana ia muncul?  Yang terlihat hanya sebuah pohon beringin besar beserta semak belukar.

Gadis itu sangat cantik, berwajah oval,hidung bangir beralis tebal serta bibir berwarna merah muda, berperawakan tinggi semampai. Rambut hitam panjang terurai,berkebaya kuning emas lengkap dengan kain songket dan sampur berwarna senada menambah anggun pesonanya sehingga membuat jiwa jomblo ku meronta-ronta didalam hati.

Entah berapa lama aku memandangnya dan ia juga memandangku, namun aku sadar dari lamunan setelah tercium bau bunga kantil yang sangat menyeruak dirongga hidung.
Seketika sekujur tubuh merinding manakala ia tersenyum kepadaku.

Ku beranikan diri untuk menyapanya duluan,
"Neng... Ada perlu apa di hutan malam seperti ini? Neng sendirian?"

Gadis itu diam membisu, ia hanya diam seribu bahasa.
Ia berlalu tak menghiraukan perkataanku, ia berjalan ke hadapanku dan Aku terkejut manakala ia mencabut Bunga Emas beserta akarnya dalam waktu hanya beberapa detik saja. Padahal meskipun Bunganya hanya satu tapi pohonnya terlihat kuat dan kokoh. Sungguh pemandangan yang diluar nalar.

Ia pergi membawa Bunga itu dan berjalan ke arah lurus arus Sungai Dawuhrani.
Sungguh gadis yang aneh, gumamku dalam hati.

Tiba-tiba terdengar suara,
"Sst.. Sstt..."
Aku terdiam sesaat untuk mencari tahu darimana asal suara itu.
Semakin dekat semakin terdengar suara itu menggema di telinga.

Ingin ku berlari kencang menjauhi tempat ini dan memanggil Ikhsan, namun entah mengapa kaki tidak bisa digerakkan. Ku palingkan wajah ke arah bekas tanaman Bunga emas yang telah dicabut gadis misterius tadi.

Sungguh diluar nalar, yang kulihat dari lubang itu keluar seekor ular putih ukuran besar, bersisik perak berkilauan dengan mahkota diatas kepalanya.

Ular itu menjulurkan lidah kearahku dan berdesis ,
"Ssttt.. Sstt.."

"Sstt.. Sstt.. Sstt... Sstt"

Seolah ia sedang menyampaikan sesuatu kepadaku, namun aku tidaklah mengerti.
Situasi yang sangat mengerikan seumur hidupku.
Mata ular itu mengeluarkan cahaya bola api yang siap untuk menyerang ke arahku.

Aku pasrah, tak bisa berbuat apa-apa. Tubuh tak bisa digerakkan dan bibir terkunci seolah membisu.
Ikhsan dimana dia?  Tidakkah ia lihat dan merasakan situasi Pamannya yang mencekam ini?
Tak terasa airmata menetes di pipiku, terbayang nyawa yang takkan terselamatkan lagi.

Dalam hati ku beristighfar 3 kali, secara ajaib bibirku bisa terbuka dan berkata,

"Astaghfirullahaladzim"

Seketika pemandangan alam sekitar berubah seperti sediakala, Ular itu telah menghilang. Cahaya kilau dari tumbuh-tumbuhan sekitar telah lenyap, bahkan bunga-bunga yang terlihat tadi juga menghilang secara misterius.

Tubuhku bisa digerakkan, sekujur tubuh bermandikan keringat dingin.
Ikhsan yang tadi tak terlihat, kini ia ada di posisi semula duduk dibatu sambil menunggu ikan memakan umpan di pancingnya. Aku berjalan gontai menuju Ikhsan sambil di dalam hati terus membaca doa yang diajarkan ibu dan guru mengajiku dulu.
Aku berusaha tenang dan santai, aku tak mau memberitahu Ikhsan karena bocah itu tak percaya dengan hal-hal seperti itu.

"San, udah dapat berapa ikannya? " tanyaku.

"Belom dapat Mang, ikannya banyak mang tapi cuma lewat saja ia tak mau makan cacing Ikhsan." jawab Ikhsan dengan ekspresi sedih.

"Ya sudah San, kita pulang saja ya! Nanti bukunya biar beli pakai uang Mamang saja.. "

"Tapi Mang... Ikhsan gak mau merepotkan mamang terus untuk kebutuhan sekolah, maaf ya mang."

"Kamu ini ngomong apa sih, sekolah ya sekolah aja San masalah biaya biar Mamang yang tanggung seperti biasanya, ayo kita pulang. "

Ikhsan mengangguk dan kami berjalan untuk pulang. Sepanjang jalan Ikhsan bercerita tentang prestasinya di Sekolah, dan ia juga mengatakan ingin mendaftar di SMA Favorit di kota. Aku tidak terlalu fokus mendengarkan karena fikiranku masih kacau dengan kejadian yang barusan terjadi.

Apakah aku hanya berhalusinasi? Apakah aku bermimpi? Siapakah gadis cantik itu? Mengapa ia mencabut Bunga Emas itu? Kemana ia pergi? Mengapa ada ular putih dilubang itu? Apa yang ingin ular itu sampaikan kepadaku? Dan mengapa semua ini hanya aku yang merasakan nya?  Padahal Ikhsan tak jauh dari posisi ku tadi.
Apa yang terjadi sebenarnya, entahlah.

Banyak pertanyaan memenuhi rongga dada, Aku hanya bisa menghela nafas panjang dan berdoa semoga itu semua tidak nyata dan bukan sebuah firasat buruk.

BERSAMBUNG.........

NEGERI PUTRI DAWUHRANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang